Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Aura menatap masam pria yang duduk didepanya, ia tampak santai menikmati mie yang belum sempat ia makan, dan kini justru dimakan Haikal.
Sedangkan Aura menatap makanan lezat yang di bawa Haikal dengan tatapan kesal bercampur dongkol.
"Makan Aura, apa perlu aku yang menyuapi," Ucap Haikal dengan tatapan lurus.
Aura mendengus kesal, "Aku tidak mau! Aku hanya mau mie ku!" Katanya dengan nada ketus.
Aura sudah membayangkan makan mie kuah yang lezat, tapi tiba-tiba datang pengacau yang membuatnya benar-benar kesal.
"Ck, sudah ku bilang, makan mie itu tidak sehat," Haikal mengusap sudut bibirnya dengan tisu setelah mengabiskan makanan yang di masak Aura.
Bahkan mangkuk mie kuah itu tak ada sisa sama sekali.
Aura tampak masam, "Tidak sehat tapi anda menghabiskannya," Ucapnya dengan nada sinis.
"Hn.. mungkin ini pertama kali setelah bertahun-tahun aku tak mencicipinya," Katanya diiringi dengan senyum kepuasan.
Aura semakin mendengus keras dan menyuapkan makanan kedalam mulutnya dengan kesal, entahlah dia benar-benar merasa jengkel, padahal hanya karena semangkuk mie.
"Aura, aku ingin mengajak mu tinggal dirumah ku,"
Hah
Aura yang sedang mengunyah tiba-tiba tersedak, Haikal langsung memberikan segelas air.
"Pelan-pelan, aku hanya mengajakmu tinggal bersama, kenapa kamu terkejut seperti itu," katanya sambil menatap Aura yang baru saja menenggak minuman.
"K-kenapa harus tinggal bersama, aku tidak mengapa jika harus tinggal disini," Katanya dengan suara serak, tenggorokannya jadi sakit setelah tersedak.
Haikal menghela napas, ia hanya tak ingin terjadi sesuatu dengan Aura jika gadis ini tinggal sendiri.
"Biarpun apartemen ini dijamin keamanannya, tapi aku tetap merasa khawatir jika kamu tinggal sendiri,"
Lagipula Haikal jarang berada di apartemen, karena ia lebih nyaman tinggal dirumah.
Aura menghela napas, ia menatap Haikal dalam-dalam, "Aku tidak masalah, kamu hanya berpikir terlalu jauh Om," Aura menyentuh tangan Haikal diatas meja, yang di balas dengan tatapan pria itu.
"Kamu tidak tahu seberapa banyak musuh ku di luar, pesaing bisnis tak melihat siapa lawan," Haikal mencoba memberikan pengertian, "Dan Mario, dia pasti akan berusaha mencarimu bukan,"
Aura menipiskan bibirnya, ternyata Mario adalah alasan utamanya, dalam hati Aura merasa geli, ia tak menyangka jika pria dewasa seperti Haikal jika cemburu terlihat begitu menggelikan.
"Meskipun dia mendekat ku lagi, aku tak akan tergoda, tetapi akan berbeda jika sudah ditolak tapi masih gatal untuk menggoda," Kata-kata Aura diakhiri dengan tatapan tajam.
Haikal tampak terdiam, ia memikirkan kata-kata Aura yang sepertinya menyindirnya.
"Kenapa masih mengungkitnya, bukankah aku sudah mengatakan kalau dia tak ada apa-apanya disandingkan dengan mu," Haikal menatap Aura dengan dalam.
Pria itu tak sedikitpun membuka hatinya untuk wanita manapun, setelah kejadian lima belas tahun lalu. Haikal sudah menjatuhkan pilihannya dengan seorang gadis yang sudah menolongnya lima belas tahun lalu.
Aura berdecih, ia tetap kesal jika mengingat bagaimana Vina memanggil Haikal dengan mesra.
Sungguh sangat menjengkelkan.
"Kemasi saja barang yang penting, tidak perlu mambawa banyak barang." Haikal berdiri dari duduknya dan berlalu ke ruang televisi.
Sedangkan Aura menatap punggung Haikal cukup lama, setelah melihat tatapan sendu pria itu.
Tak ada pilihan lain, Aura sudah terlalu nyaman untuk dekat dengan Haikal, dia pun menurut dan membereskan barang penting miliknya.
"Setelah apartemen dan tinggal di rumahnya apa setelah ini dia akan mengajakku menikah," Katanya sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.
Aura tak menyadari jika Haikal berdiri diambang pintu dan mendengar apa yang keluar dari bibirnya.
Haikal tersenyum, langkah kakinya mendekati Aura yang berdiri membelakanginya.
"Tentu saja aku akan menikahi mu, saat kau siap,"
Cup
Kecupan lembut mendarat di pucuk kepala Aura, gadis itu tersentak saat tiba-tiba tubuhnya dipeluk dari belakang.
Aura membalikkan tubuhnya, dan menatap wajah tampan Haikal yang sudah mengalihkan perasaanya.
Aura menelan ludah sebelum bicara, "M-menikah? Siapa yang ingin menikah," katanya dengan gugup, menyembunyikan rasa malunya.
'Kau bicara tak hati-hati Aura,' Batinya meringis.
Haikal semakin mengeratkan pelukannya, hingga tubuh keduanya saling menempel tanpa celah.
"Tentu saja kita, kau tidak mau menikah dengan ku?" Tanya Haikal.
Jemarinya mengusap pipi lembur nan mulus Aura dengan sayang.
Aura menundukkan wajahnya sesaat, ia merasakan debaran jantungnya yang tak terkendali, apakah ini yang di namakan cinta tanpa kenal waktu.
"Om, tapi-"
"Sssttt..." Haikal menyentuh dagu Aura membuat tatapan keduanya terkunci satu sama lain, tatapan dalam yang mengalirkan gelayar hangat merasuk dalam diri keduanya.
"Kau tahu aku sangat menunggu saat seperti ini, saat dimana aku menemukan gadis yang begitu tulus padaku, aku tidak peduli dengan wanita diluaran sana, tapi jika gadis itu kau aku tidak akan pernah bisa melepasnya sampai kapan pun,"
Aura justru dibuat bingung dengan kata-kata Haikal, apalagi tatapan pria itu yang begitu menyiratkan akan sebuah kesedihan.
"M-maksud Om apa," Gumam Aura dengan wajah bingung.
*
*
Lusa yang ditunggu Lisa datang, wanita itu sudah menyiapkan diri semaksimal mungkin untuk tampil cantik didepan calon ayah mertuanya, agak berlebihan, tapi itulah Lisa yang sedang berusaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Sayang ayok," ucap Lisa saat sudah selesai merias diri.
Mario hanya bisa menatap Lisa dengan tatapan puas.
"Kau sangat cantik sayang," katanya sambil mendaratkan kecupan bibir singkat pada Lisa.
"Ck, kau kemana saja baru menyadarinya, aku memang lebih cantik dari pada mantan pacarmu yang naif itu," Balasnya dengan senyum percaya diri
Mario hanya tersenyum kaku, 'Kamu memang cantik, tapi Aura lebih cantik..dan itulah kenyataanya,' Batin Mario menolak kepercayaan diri Lisa.
Keduanya keluar dari kamar apartemen Lisa untuk pergi ke rumah Haikal ayah Mario, sebelumnya Mario sudah mengirim pesan singkat pada Haikal jika dirinya akan berkunjung, pada akhirnya Mario memberanikan diri untuk menemui ayahnya itu.
Mobil sport putih milik Mario melesat dengan kecepatan sedang. Didalam mobil sejak tadi Lisa terus saja membenahi riasanya, membuat Mario hanya geleng kepala.
"Kenapa kamu sibuk sekali, padahal hanya bertemu dengan Papa," ucap Mario yang melihat Lisa sibuk sendiri sejak tadi.
Lisa pun tersenyum dan menatap Mario dengan wajah senang, "Tentu saja senang, aku akan bertemu dengan calon ayah mertua, jadi aku harus tampil maksimal agar disukai," katanya dengan ringan.
Mario tersenyum kecut, Lisa dan Aura adalah dua orang yang berbeda, jadi cara mereka pun juga berbeda, Mario ingat saat membawa Aura untuk bertemu dengan Papanya, Aura tampak biasa saja dan tak seantusias Lisa, jika Aura gugup lain dengan Lisa yang excited dan heboh.
Mobil Mario sampai di kediaman Haikal, rumah mawah dua tingkat yang membuat Lisa cukup terpukau.
'Kenapa Mario tidak tinggal disini saja, jadi aku bisa ikut tinggal disini,' Batinya.
"Ayoo.." Mario mengandeng tangan Lisa untuk dibawa masuk.
Mereka di sambut dengan seorang pelayan wanita dan membawa mereka ke meja makan yang sudah di siapkan.
Lisa tampak sumringah, sepetinya calon ayah mertuanya sengaja ingin meyambut kedatangannya.
"Silahkan duduk Tuan, saya panggil tuan Haikal dulu," ucap pelayan wanita.
Mario mengajak Lisa lebih dulu duduk sambil menunggu.
"Sayang, melihat seperti ini, sepetinya Papa mu sudah tak marah, buktinya dia meyambut kedatangan kita bukan," Ucap Lisa sambil menatap Mario dengan senang.
Mario mengangguk saja, dia pikir juga begitu.
Tap...Tap..Tap...
Suara langkah kaki menuruni tangga, di mana terdengar begitu nyaring. Haikal menuruni tangga dengan seorang gadis cantik yang melingkarkan tangannya di lengan kekar itu.
"Aura," gumam Lisa dan Mario bersama.
Aura tersenyum cerah saat keduanya justru menatapnya dengan ekspresi terkejut, berbanding balik dengan ekspresi Aura.