NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:57.6k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

“Minum dulu.” Ucap Biantara seraya memberi segelas air putih untuk Ajeng.

Tentu saja, Ajeng menerimanya karena tangisannya membuat lelah.

“Makasih.” Lirihnya dengan suara serak.

Tak tanggung-tanggung, Ajeng menghabiskan sekaligus segelas air yang Biantara berikan. Nampak sekali jika wanita itu kehausan.

“Sudah tenang?” Tanya lelaki itu lagi. Tangannya mengambil alih gelas yang digenggam Ajeng.

Ajeng mengangguk, meskipun akhirnya berkaca-kaca lagi. Entahlah, sekian lama menyembunyikan luka dalam ketegaran, kini  luruh sudah saat ada seseorang yang memberinya sandaran.

Sebuah perhatian yang tak pernah dia dapatkan dari suaminya sejak setahun yang lalu.

Ya, hampir setahun yang lalu, hubungan Ajeng dan Rendy merenggang karena Rendy ingin menikahi Sabrina. Kemungkinan, saat itu pun Rendy sudah berhubungan dengan Sabrina secara intens.

“Tadi, kamu mau kemana, Mas?” tanya Ajeng sadar diri. “Kamu boleh pergi kalau lagi sibuk. Tapi, aku boleh ya, numpang di sini sebentar?”

“Tentu saja, Baby. Kamu boleh tinggal disini sampai kapanpun yang kamu mau. Kalau kamu butuh tempat sendiri, aku akan tinggal di sebelah sama Wisnu.”

Ajeng tertawa kecil, tapi tawanya menimbulkan air mata lagi.

“Kamu baik banget, Mas. Padahal, kita baru kenal.”

“Aku sudah pernah mengatakan maksudku, kenapa aku baik sama kamu, Ajeng.”

Ajeng menunduk pilu. “Aku takut disakiti lagi, Mas.”

“Ya. Aku mengerti. Aku nggak maksa kamu. Aku sudah cukup senang bisa deket sama kamu.”

Ajeng menatap Biantara dengan matanya yang sayu. “Apa aku sespesial itu?”

“Tentu saja. Kamu berharga buat aku.”

“Tapi, nggak seperti itu buat Mas Rendy.” Ajeng nampak kecewa.

“Kamu sedih berpisah dari dia, Baby?” Suara Biantara lebih lembut dari kain sutera. Tapi, tatapannya benar-benar mendesak Ajeng untuk menjawabnya.

“Entahlah… aku nggak tahu, perasaan mana yang lebih besar dan masih bertahan. Apakah itu cinta, benci, atau justru kecewa?”

“Kamu kecewa karena masih mencintainya. Kalau kamu nggak mencintai Rendy, nggak mungkin kamu merasa sedih dan kecewa.”

Biantara memberitahu, tapi dia sendiri juga tengah  menutupi rasa kecewa.

“Aku sudah sering mati rasa karena berulang kali dikecewakan sama Mas Rendy, Mas. Tapi, saat aku mengungkapkan semuanya, rasanya sangat berat. Dua tahun pacaran dan tiga tahun pernikahan, bukan waktu yang singkat untuk saling mengenal satu sama lain. Bahkan, kami nggak cuma saling mengenal. Tapi, kami sudah menjadi satu dalam hal apapun.”

Ajeng menghela nafas, nampak berat sekali.

“Tapi, semua itu hanya semu setelah datang orang lain di hidup kami.” imbuhnya lagi.

“Sabar ya…” Biantara tersenyum seraya mengelus kepala Ajeng. “Lambat laun, kamu juga akan ikhlas melepaskan Rendy.”

Ajeng menarik nafasnya dalam-dalam. “Aku rasa, itu bukan karena perasaanku yang masih tersisa untuk Mas Rendy, Mas. Tapi, untuk semua kenangan yang harus berhenti begitu saja.”

“Kalau hanya kenangan, kamu bisa membuat kenangan baru yang lebih indah. Yang nggak ada sedihnya seperti sebelumnya. Dan aku, bersedia menamanimu membuat kenangan itu.”

Tiba-tiba, Ajeng memeluk Biantara. Tentu saja, Biantara membalas pelukannya.

“Kamu benar-benar kayak dewa penolong buat aku, Mas. Kamu bisa segalanya dan kamu tahu segalanya."

“Oh ya? Tapi, aku melakukan semua ini nggak ada yang gratis, Baby.” Biantara berbicara seperti itu, karena tahu Ajeng mulai membaik.

Dia tahu, Ajeng mulai berbicara berlebihan saat mengatakan jika Biantara adalah Dewa penolongnya.

“Ish, perhitungan! Ah iya, black card mu masih di rumah. Tapi, aku udah minta Monik ngamanin kok.” Mendadak sekali Ajeng teringat black card.

“Kamu tahu, Ajeng?”

“Hem?” Wanita itu mendongak di dekapan Biantara, agar bisa melihat wajah lelaki itu.

“Belanja menggunakan black card itu adalah cara menghibur diri.”

“Tapi, nanti ketahuan Mas Rendy kalau aku keluar. Aku belum siap ketemu sama dia.” Ajeng menunjukkan wajah kecewa.

“Baiklah… kalau begitu, kapan-kapan saja nunggu mood kamu naik. Gimana kalau sekarang kita bercinta saja? Kamu masih punya utang dua ke aku.”

“Ih, kamu manfaatin aku ya, Mas?” Ajeng mendorong Biantara pelan.

Mereka terlepas, lalu Ajeng melengos dengan tangan menyilang di dada.

“Itu juga salah satu caraku untuk menghiburmu, Baby. Kamu tahu kan kalau pelepasan itu bikin rileks?”

“Itu sih mau kamu.”

“Aku memang mau, Baby.”

Tiba-tiba, Biantara memeluk Ajeng dari belakang karena wanita itu melengos ngambek. Hidungnya mulai mengendus le her dan bahu Ajeng yang masih tertutup pakaian.

“Mas… jangan begini. Kasih aku waktu dulu.” Pinta Ajeng.

“Aku hanya memelukmu.”

Tiba-tiba, Ajeng teringat sesuatu. “Em, Mas. Kayaknya, aku mau membatalkan perjanjian tidur bersama kita aja deh.”

Biantara sontak mengangkat kepalanya, menatap Ajeng dari samping.

“Kenapa?” Nampak sekali jika lelaki itu tak suka.

“Aku nggak peduli lagi kalau kamu bilang sama Mas Rendy, kalau kita pernah tidur bersama. Seharusnya aku nggak pernah takut ancamanmu karena aku bisa mengelak. Aku bisa menuntut pertanggung jawaban pihak glamping kalau mau. Tapi, kenapa kemarin aku malah menawarkan diri ke kamu ya?”

Biantara tergelak kecil.

“Kamu terlalu polos, Ajeng. Kamu itu sok kuat, tapi sering gegabah mengambil keputusan saat dalam tekanan.”

“Ish, harusnya kamu ingetin aku, Mas.” Ajeng menyikut pelan dada Biantara yang mendekapnya.

“Rugi dong kalau aku ingetin kamu. Aku nggak jadi dapet tubuhmu lagi. Tapi, sayang juga sekarang, kamu udah ingat sendirinya.” Biantara malah tertawa, tak selaras dengan ucapannya.

“Sengaja banget sih manfaatin situasi?” Ajeng berdecak.

Wanita itu sok kesal, tapi dia malah memegangi tangan Biantara di perutnya. Ajeng juga tak segan-segan bersandar di dada bidang lelaki itu.

“Kamu lucu kalau lagi sewot. Kamu orangnya panikan juga.”

“Abisnya kamu ngomongnya selalu mesum. Gimana aku nggak panik?"

“Itu memang aku, sayang. Aku selalu mesum sama kamu.”

“Tapi, perjanjian kita batal ya…” entah sejak kapan, Ajeng jadi manja kepada lelaki itu.

“Kok batal? Gimana sama cincin yang aku kasih? Lalu i phone, kemudian black card?” Biantara sengaja memancing.

“Ah, iya. Ini ambil lagi aja.” Dia memegangi cincin di jarinya. Namun, berhenti saat ingat jika cincin itu sulit lepas. “Tapi, ini nggak bisa diambil, Mas. Gimana kalau anggep aja sebagai bayaran waktu kamu nidurin aku di puncak?”

“Baiklah… kalau handphone dan black card?”

“Nanti aku kembalikan.”

“Tapi, aku tidak membutuhkan itu, Ajeng."

“Kamu berniat membeliku, Mas?”

“Enggak. Kalau gitu, lupakan bagian itu. Ambil semuanya karena aku nggak butuh.”

“Oh ya? Serius buat aku? Kamu ikhlas kan? Tapi perjanjian kita batal loh, Mas.”

Mereka berbicara masih dalam posisi yang sama, dengan Ajeng menoleh ke samping hingga wajah mereka sangat dekat.

“Oke. Tapi, untuk membantumu lepas dari Rendy dan mempertahankan hakmu, aku mau kamu jadi istriku.”

“Hah? Kamu serius?”

“Aku nggak pernah main-main, Ajeng.” Biantara kembali mengendus leher Ajeng, menghidu aroma lembut wanita itu.

“Engh, Mas… tapi kita belum saling kenal lebih dalam.” desahan kecil lolos karena nik matnya sentuhan kecil lelaki itu.

“Kalau begitu, jadi kekasihku saja tidak masalah, sampai kamu yakin menikah sama aku.”

“Baiklah… deal! Tapi, bantu aku sampai semua prosesnya selesai ya.”

“Oke.” Biantara seyakin itu.

“Em, Mas.”

Lelaki yang sibuk kecup-kecup kecil itu, langsung fokus kepada Ajeng yang memanggilnya.

“Apa lagi? Ada yang kamu inginkan, hem?”

“Em, aku tadi bilang sama Mas Rendy kalau aku udah tidur sama laki-laki lain. Tapi, aku nggak sebut namamu kok.”

“Kenapa? Sebut saja nggak apa-apa. Aku jadi lebih terbuka kalau harus merebutmu.”

“Ish, jangan! Nama baikmu nanti terancam. Apalagi, tahu sendiri gimana netizen jaman sekarang.”

“Kan kita sama-sama buruk.”

“Jangan seperti itu. Cukup rumah tanggaku aja yang rusak. Nama baikmu jangan.”

“Ya sudah, terserah kamu saja.” Biantara menarik Ajeng hingga wanita itu duduk di pangkuannya.

“Ish, kenapa sih suka banget pangku orang?” Meskipun protes, tapi Ajeng menurut. Bahkan, dia melingkarkan tangannya di leher Biantara.

“Ada sensasi yang bikin enak.” Biantara memasang wajah tengil. “Jadi, mulai kapan kamu jadi kekasihku?”

Ajeng berpikir sejenak. “Mulai sekarang juga boleh.”

“Nanti, kamu terpaksa. Kamu kan masih cinta sama suamimu.”

“Nggak tahu ya kalau soal itu. Tapi, bohong kalau aku nggak tertarik sama kamu dan semua perhatianmu.”

“Apa kamu mulai menyukaiku, hem?”

“Mungkin. Tapi, menyukaimu itu mudah sekali.” Ajeng terkikik kemudian. “Aku sudah sama seperti perempuan lain kan? Aku mudah tertarik sama kamu. Aku udah nggak ada spesialnya lagi sekarang.”

“Entahlah, tapi kalau yang mengatakan itu, aku justru menyukainya.”

“Masa?” Ajeng meledek.

“Tentu saja, Baby. Mungkin, aku menyukaimu bukan karena penasaran. Tapi, karena aku memang menyukaimu.”

“Wah, aku tersanjung sekali.”

“Harus, Ajeng. Kamu harus tersanjung. Rasakan setiap perhatian yang aku lakukan ke kamu.”

Ajeng tersenyum tulus. “Makasih ya, Mas. Kayaknya, kamu memang dewa penolong yang diberikan Tuhan buat aku. Nggak cuma membantuku, tapi kamu juga bikin aku seneng.”

“Berterima kasih makanya.” Titah Biantara.

“Kan udah tadi.”

“Bukan pakai ucapan. Tapi, pakai ini.”

“Emph…”

1
Umi Badriah
kpn up nya thor, lama banget
Rohabiyah Biya
Luar biasa
kalea rizuky
np g cerai wanita bodoh
Umi Badriah
bakalan melahirkan dipenjara Lo brina
Yunita aristya
kok malah jujur 😁 padahal belum saat nya tau kalo cowo itu bian🤭🤣
Cookies
eit dah tuh org, jujur lg 🤭
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!