"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexy Dinantara
Bastian membelai rambut panjang Riri, gadisnya itu kini terlihat berkali-kali lipat lebih cantik di matanya, sedangkan Riri hanya tersipu karena terus ditatap dalam oleh Bastian.
"Kamu itu senang sekali menggoda saya, tapi selalu takut setiap kali saya membalasnya." Bastian mengejek Riri.
"Aku gak godain Om, kok." jawab Riri beralasan.
"Bukannya tadi kamu yang meminta saya cium? Lalu kenapa sekarang kamu malu-malu seperti ini?" Bastian menahan geli melihat ekspresi Riri.
"Enggak!! Om salah denger." Riri masih tak mau mengaku.
Bastian meraih dagu kekasihnya yang sejak tadi mengalihkan wajahnya dan menghindari tatapan Bastian.
"Lihat saya, Riana." titah Bastian.
"Iya, apa?" ujar Riri menurut.
Saat Riri menatap Bastian, Ia langsung melumat bibir Riri tanpa aba-aba. Riri yang terkejut hanya bisa meremat ujung kemeja Bastian.
Bastian seolah tak memberikan Riri waktu untuk menghirup oksigen di sekitarnya. Ia terus menjelajahi setiap inci bi-bir Riri, sampai membuat Riri kewalahan.
Saat lumatan itu terhenti, Riri tergesa mengisi udara untuk dirinya. Sedangkan Bastian, ia menempel kan kening keduanya mengikis jarak diantara mereka.
"Kamu membuat saya merasa candu, Riana."
"Setiap bersama kamu, saya selalu takut lupa diri. Saya takut melewati batas." ucap Bastian dengan lirih dan nafas terengah.
Riri melingkarkan tangannya pada pinggang Bastian membuat tubuh mereka semakin rapat tanpa jarak.
"Om, kalau aku harus melewati batas, dan Om adalah orangnya, aku siap." ucap Riri tanpa berpikir dan hanya mengedepankan gairahnya saja.
Bastian menggeleng pelan, ia tak habis pikir dengan kekasih mudanya ini. Sudahlah Riri selalu berbuat nekat, kali ini ia semakin berani memancing jiwa kelaki-lakian Bastian dengan semua ucapannya.
Perlahan Bastian menjauhkan kening mereka dan menghadiahkan satu sentilan di kening Riri.
ctak..
"Awww..." Ringis Riri pelan.
"Kok aku di sentil sih Om?" protes Riri seraya mengusap keningnya yang baru saja di sentil Bastian.
"Lain kali kamu gak boleh bicara seperti itu lagi di depan laki-laki Riri, apalagi didepan lelaki lain." ucap Bastian mengingatkan.
"Lho kenapa? Emangnya salah, kan aku mau lakuin itu kalau sama Om." Sahut Riri yang masih bersikukuh dengan perkataannya.
"Dengan saya atau orang lain, kamu tetap tidak boleh melakukan sesuatu yang melanggar norma, Riana. Kamu itu wanita terhormat dan wajib dijaga, jadi mulai saat ini, hilangkan pikiran aneh dalam kepala kamu."
Riri tersenyum ke arah Bastian, senyuman yang menandakan bahwa ia merasa bersyukur karena ia memilih lelaki yang tepat.
"Kenapa kamu senyum-senyum? Kamu ngerti kan apa yang saya bilang?"
"Iya, iya Om... aku ngerti. Tapi kalau lewatin batasnya pas kita udah nikah nanti, boleh kan?"
"Kalau itu beda cerita." jawab Bastian sambil menepuk pelan pipi Riri.
Saat keduanya tengah bercengkrama, suara bel apartemen terdengar berulang kali. membuat Bastian meninggalkan Riri untuk melihat tamu yang datang.
"Kamu tunggu disini, saya lihat dulu ke depan." ucap bastian sebelum meninggal kan Riri. Dan Riri hanya mengangguk patuh lalu menunggu.
Bastian melangkah menuju pintu, ia penasaran siapa yang mendatangi apartemennya di jam sibuk seperti itu.
Saat pintu terbuka, seorang lelaki muda dengan paras tampan, berdiri gagah di depan pintu.
Alexy Dinantara, putra tunggal dari kakaknya Betari Dinantara.
"Lexy, kamu ngapain kesini?" tanya Bastian heran, karena ponakannya itu jarang sekali berkunjung.
"Aku tadi cari Om ke kantor, ternyata Om gak ada. Dirumah pun kata orang rumah, Om gak ada. Jadi feeling aku, Om ada disini."