Dalam satu hari Tiara kehilangan semuanya...
Orang tuanya yang meninggal secara mendadak, lalu tantenya yang menguasai harta peninggalan orang tuanya, dan terusir dari kamarnya sendiri.
Belum lagi sepupunya yang teramat sangat cantik, yang selalu merebut apapun yang Tiara suka, dan selalu membuat Tiara mendapatkan hukuman dari tantenya.
Dan ketika tiba saatnya ia mengambil alih apa yang seharusnya menjadi miliknya... Tiara harus mencari pria yang sangat berkuasa untuk membantunya, dan pria itu adalah Kenzou.
"Aku akan membantumu, tapi kamu juga harus membantuku..." ujar Kenzou.
"Membantu apa?" tanya Tiara.
"Menjadi kekasih bayanganku, untuk membuat sepupumu itu cemburu...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Sudah Biasa
Tiara baru saja membuka kancing kemeja sekolahnya, ketika pintu kamarnya terbuka dan Dasha berderap maju menghampirinya.
Lalu tanpa basa basi lagi sepupunya itu langsung mendaratkan tamparan kerasnya di pipi Tiara,
"Kenapa kamu menamparku, Cha?!" tanya Tiara sambil memegang pipinya tempat tangan Dasha mendarat tadi.
"Kenapa kamu bisa bersama Kenzou tadi di mall?!!" tanya Dasha sambil berteriak.
"Kami sedang membeli kado untuk Keizaa, adiknya Kak Zou... Dan bukan hanya aku berdua saja, ada Keizaa, Kak Zie, Kak Alson dan juga Aliana...." jelas Tiara.
Tamparan keras Dasha kembali mendarat di tempat yang sama, kali ini membuat sudut bibir Tiara sobek, dan membuat penglihatan Tiara kabur untuk sesaat, hingga Tiara harus menggelengkan kepalanya untuk menormalkan lagi penglihatannya itu.
"Sudah pintar bohong kamu sekarang yaa?!! Jelas-jelas Gisya melihat kamu hanya berdua saja dengan Kenzou, bahkan saat Kenzou meninggalkanmu, kamu masih saja terus mengejar-ngejarnya!!" geram Dasha.
"Karena aku ingin mengembalikan barangnya, Cha. Aku sama sekali tidak ada niat apapun padanya, jadi kamu jangan berpikiran yang macam-macam."
Dasha menarik kerah kemeja Tiara, "Awas kamu kalau berani mengejar Kenzou!! Aku akan meminta Mama untuk mengusirmu dari sini!!!" ancamnya lalu mendorong Tiara hingga jatuh terjengkang.
"Arrgghhh!!" pekik Tiara kesakitan, mengusap kedua sikunya yang menahan badannya saat terjatuh tadi, yang pasti akan meninggalkan memar-memar keesokan harinya, karena Tiara mudah sekali memar.
"Camkan kata-kataku tadi!!!" tegas Dasha lalu balik badan dan keluar dari kamar Tiara.
Tiara menekuk kedua kakinya, hingga kedua lututnya menyentuh dadanya,
"Mama... Papa... Kenapa kalian tidak mengajakku bersama kalian?" isaknya sambil memeluk kedua lututnya.
"Nona Ara... Apa yang sudah dilakukan Nona Dasha padamu?" tanya Mbak Tini khawatir sambil membantu Tiara berdiri.
Mbak Tini memekik ngeri saat melihat sudut bibir Tiara yang pecah, lalu menuntun Tiara ke tempat tidurnya, dan mendudukkannya di sana.
"Sebentar, Mbak ambil kotak P3K dulu...." katanya lalu mencari-cari kotak P3K di laci nakas hingga ketemu, kemudian kembali lagi ke Tiara dan duduk di depannya.
Tiara meringis saat mbak Tini membersihkan luka itu dengan alkohol, sebelum mengoleskan salep untuk luka.
"Makin hari sikap mereka makin kelewatan, Non... Mba Tini tidak tega melihat Non diperlakukan kasar oleh mereka, Non...." desah mbak Tini pelan.
Tiara tersenyum kecut sebelum berkata, "Aku sudah biasa, Mbak...."
"Lebih baik Non ikut Mbak Tini saja yuk ke kampung... Memang rumahnya jauh lebih kecil dari rumah ini, tapi setidaknya di sana lebih tenang, tidak akan ada lagi yang menyakiti Non Ara...." bujuk mbak Tini untuk yang kesekian kalinya, tiap kali Tiara mendapatkan perlakuan kasar dari Tante, om atau Dasha.
Tiara memandang ke sekeliling kamarnya, "Rumah ini peninggalan Mama dan Papa, Mbak... Aku tidak akan menyerahkan rumah ini pada mereka, aku akan tetap bertahan di rumah ini... Banyak kenangan aku dengan Mama dan Papa di rumah ini, Mbak...."
"Tapi mereka tidak berhenti mengganggu Non Ara... Ada saja yang mereka keluhkan pada Non...."
Tiara memeluk mbak Tini, dan menyandarkan kepalanya di bahunya,
"Aku bersyukur memiliki Mbak Tini di sini... Apa jadinya kalau aku melalui semua ini seorang diri? Ah, Mang Jaja juga... Dia suka menyelipkan makanan dari jendela kalau aku sedang di kurung di gudang...." ujar Tiara.
Tiara melepas pelukannya, lalu menatap penuh hari ke mbak Tini, "Dan aku tahu, Mbak Tini yang menyelipkan uang di saku rok abu-abuku kan?" tanyanya, air mata kini mengalir ke pipi putihnya.
Tiara sungguh-sungguh terharu dengan kebaikan mbak Tini padanya, ia sering menemukan uang di saku roknya, siapa lagi yang akan berbaik hati menyisihkan uangnya untuk Tiara, selain mbak Tini.
Asisten rumah tangga yang masih saja setia pada Tiara, meski sekarang Tante Risya yang menjadi majikannya.
"Iya, Non... Jangan pernah tolak uang itu, memang tidak seberapa tapi Mbak Tini ikhlas... Dulu Tuan dan Nyonya sudah bersikap baik sekali dengan keluarga Mbak Tini, dan sekarang saatnya Mbak Tini membalas kebaikan mereka, dengan menjaga putri mereka satu-satunya ini dengan baik...." jawabnya.
"Ohh, Mbak Tini... Mbak sudah menjagaku dengan baik..." isak Tiara dan kembali memeluk mbak Tini.
Keesokan harinya, Tiara sengaja tidak menguncir rambutnya untuk menutupi pipinya yang memar, dari pandangan menyelidik murid lainnya.
Tapi ia tidak bisa menutupinya dari Keizaa, karena mata jeli sahabatnya itu langsung bisa melihatnya,
"Ya Tuhan... Siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Keizaa emosi sambil melihat pipi dan bibir Tiara, "Aku akan mematahkan tangannya! Katakan siapa, Ra?!" desaknya.
"Aku jatuh dari tempat tidur, Zaa... Sudah jangan dibesar-besarkan deh...." elak Tiara sambil terkekeh pelan.
Keizaa menyipitkan kedua matanya, "Mataku tidak bermasalah yaa hingga tidak bisa melihat cetakan tangan di pipimu itu... Sudah katakan saja siapa orang itu?!"
Tiara terdiam, ia tidak berani menatap mata Keizaa. Ia mengalihkan perhatiannya ke isi tasnya, mengeluarkan buku pelajaran jam pertama hingga peralatan tulisnya.
"Tantemu, yaa?" tebak Keizaa.
Tiara masih belum berani menatap Keizaa, ia takut kalau ia akan langsung memeluk sahabatnya itu dan nangis di dalam pelukannya.
"Ara!!" teriak Keizaa hingga memancing perhatian teman kelasnya yang lain, dan Keizaa mengabaikan mereka.
Setelah mendesah pelan, Tiara menatap mata Keizaa, "Bukan, Zaa...." jawabnya.
"Aku serius, bukan Tante Risya yang menamparku...." lanjutnya ketika mendapatkan tatapan tidak percaya Keizaa.
"Sepupu kalau begitu...." tebak Keizaa lagi.
"Ah, ternyata benar sepupumu... Aku akan menghajarnya sampai babak belur!!" geram Keizaa setelah melihat Tiara yang hanya diam saja dan tidak membantah tebakannya.
"Jangan, Zaa... Aku malah akan mendapat lebih banyak masalah lagi nantinya...." cegah Tiara.
"Lebih banyak lagi masalah? Memangnya mereka sering melakukan ini padamu?" tanya Keizaa dan Tiara mengangguk.
"Ya Tuhan... Keluarga macam apa yang kamu miliki itu, Ra? Ok, aku tidak akan menghajar sepupumu itu, tapi kamu harus menceritakan semuanya tentang keluargamu padaku, Jangan ada yang kamu sembunyikan, atau aku akan minta bantuan kak Zou untuk menyelidiki latar belakang keluargamu...." tegas Keizaa.
"Jangan... Tolong jangan libatkan Kak Zou, Zaa...." pekik Tiara, "Iya, aku akan ceritakan semuanya tanpa ada yang aku tutup-tutupi lagi...." lanjutnya.
"Ya sudah, cepat ceritakan!" desak Keizaa.
Tiara menghela nafas panjang sebelum memulai ceritanya, dari mulai kedua orangtuanya yang meninggal mendadak, keluarga Tante Risya yang pindah ke rumahnya dengan alasan untuk menemani Tiara dan mengaku sebagai walinya, hingga kejadia saat Dasha menamparnya tadi.
Tapi Tiara tidak cerita kalau ia di tampar karena Dasha marah, saat sepupunya itu mengetahui Tiara jalan bersama dengan Kenzou, Tiara hanya bilang tamparan itu disebabkan karena sesuatu hal.
"Oh Tiara... Malangnya dirimu sayang...." ujar Keizaa penuh simpati, lalu menarik Tiara dan memeluknya.
sungguh mantap sekali ✌️ 🌹 🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘 😘