Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Arumi menghampiri Shaka dengan kotak bekal yang telah dipersiapkannya dengan penuh kasih. "Shaka, mau berangkat sekolah bareng kita atau berangkat naik mobil sendiri di antar sopir?" tanya Arumi dengan nada lembut.
"Sendiri saja, sekolahku jauh dari sekolah mereka. Kasihan om Al kalau harus antar aku juga," jawab Shaka dengan nada bijaksana. Dia tidak ingin merepotkan omnya, terlebih lagi jarak sekolahnya yang memang cukup jauh dari rumah.
Arumi mengangguk penuh pengertian. Dia bangga memiliki anak yang sudah cukup dewasa dan selalu memikirkan kenyamanan orang lain.
"Baiklah jika begitu, ini bekal kamu," ucapnya seraya memberikan kotak bekal kepada Shaka.
"Terima kasih," ucap Shaka sambil menerima kotak bekal tersebut. Dia membuka sejenak dan tersenyum melihat isi bekal kesukaannya yang telah disiapkan dengan penuh perhatian oleh tantenya. Shaka kemudian mengambil tas ranselnya dan memasukkan kotak bekal di dalamnya.
Dia berjalan menuju pintu, berpamitan dengan ibu dan adik-adiknya. Saat di hadapan Arumi Shaka terlihat gugup seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Kenapa Shaka? Itu pak sopirnya sudah menunggu. Nanti kamu terlambat" tanya Arumi
"Tante, bagaimana dengan lukamu?" tanya Shaka.
Arumi tersenyum, ia mengira terjadi sesuatu, ternyata hanya mengkhawatirkan dirinya. "Lukanya sudah membaik, semalam sudah di obati sama om Al" jawab Arumi
Shaka tersenyum, dan bernafas lega.
"Sekarang, pergi dan lakukan yang terbaik di sekolah, ya. Terima kasih sudah membela tante" ucap Arumi, memberikan dukungan dan kekuatan.
Shaka mengangguk, memberikan senyum paling tulusnya. Dia berbalik, melangkah menuju mobil dengan rasa percaya diri yang baru, sambil sesekali melihat ke belakang, memastikan bahwa Arumi masih berdiri di sana, melambai kepadanya. Saat itu, Shaka tahu bahwa dia tidak lagi sendiri.
Interaksi mereka tidak terlepas dari perhatian Alvaro yang sejak tadi sudah menunggunya di dalam mobil. Dia merasa bersyukur, akhirnya keponakannya itu kembali ceria.
"Mama ayo, kapan kita belangkatnya? lama kali lah mama ini" seru Bella yang sudah tidak sabar ingin berangkat ke sekolah.
Arumi menghela nafas pelan, dan masuk kedalam mobil, duduk di samping bangku kemudi.
Sambil mengendalikan kemudi, Alvaro mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sampingnya. Wajahnya terlihat damai dengan senyum mengembang tanpa sebab yang jelas, membuat Alvaro penasaran dan sedikit terganggu.
"Kamu kenapa? Kok senyum-senyum sendiri. Jangan bilang kamu sudah mulai gila," tanya Alvaro sambil fokus kembali pada jalan raya.
Plak...
Tamparan kecil mendarat di lengan pria itu, membuatnya terkejut.
"Kamu ngeselin banget sih mas, istri sendiri di katai gila," ucap Arumi dengan nada kesal namun masih dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
Alvaro hanya bisa tersenyum geli melihat reaksi Arumi. Meski terkesan menyebalkan, ia tahu cara untuk membuat suasana menjadi lebih ringan.
"Terus kenapa senyum-senyum seperti itu?" tanya Alvaro, pura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Kegembiraan terpancar dari mata Natasha, "Aku hanya senang dengan keceriaan Shaka pagi ini," ucapnya dengan suara yang bergetar. Senyumnya kali ini lebih lebar, penuh dengan rasa syukur dan kebahagiaan yang mendalam.
Sementara itu di jok belakang Bella dan Naka kesal, karena merasa di acuhkan oleh kedua orang tuanya.
"Dahlah, kita cuma di anggap toping doang di dunia ini. Meleka acik pacalan tanpa peduli dengan kita" ucap Naka drama.
"Eum, dunia celaca milik beldua, yang lain ikan Nila" sahut Bella.
Nak mengerutkan keningnya, ia merasa ada yang salah dengab ucapan Amora. "Bukan ikan Nila, tapi ngontlak" seru Naka membenarkan ucapan Bella.
"Cuka-cuka Bella lah, mulut mulutnya Bella kok. Kenapa citu yang cewot" balas Bella tidak mau kalah.
"Cucah kali ngomong cama pintu ini, cudah calah tapi di benelin malah emoci" ucap Naka sambil merotasi bola matanya malas.
Tak terasa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan sekolah. Arumi dan Alvaro mengantar mereka sampai ke depan kelas, karena hari ini merupakan hari pertama Bella dan Naka masuk sekolah.
"Semoga hari pertama kalian berjalan lancar," katanya sambil mengusap-usap punggung Bella dan Naka.
Alvaro memberikan semangat dengan cara yang lebih lugas, "Ingat, tunjukkan yang terbaik dan buktikan bahwa kalian bisa!" ucapnya dengan nada bersemangat.
Bella hanya mengangguk, sedangkan Naka memberikan senyuman yang agak dipaksakan. Mereka berdua melangkah menuju gerbang sekolah dengan langkah yang sedikit berat.
Bella melirik Naka, mencoba mencari dukungan. Naka, yang merasakan hal yang sama, memberikan anggukan kecil sebagai isyarat bahwa mereka akan melewati ini bersama.
Saat mereka memasuki kelas, beberapa murid menatap mereka dengan tatapan penasaran dan bisikan-bisikan mulai terdengar. Bella merasa sedikit gugup, namun dia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya.
Guru pun meminta mereka berdua untuk memperkenalkan diri di hadapan teman-teman kelasnya.
"Silahkan perkenalkan diri kalian terlebih dahulu" ucap Guru.
Naka dan Bella saling tatap, mereka saling menyenggol meminta untuk maju terlebih dahulu.
"Naka dulu, Bell malu" ucap Bella.
"Bella dulu, Naka juga malu" kata Naka.
"Ayo, Naka maju terlebih dahulu" lerai Guru.
"Kata papa ladies filst, jadi Bella duluan Naka belakangan" ucap Naka alasan.
Alvaro dan Arumi menatap satu sama lain dengan senyum tipis di bibir mereka, tertawa kecil melihat tingkah lugu anak-anak mereka. Mereka tahu betul, di rumah Naka dan Bella adalah dua anak yang cerewet dan penuh percaya diri, namun begitu berada di depan orang banyak, mereka berubah menjadi dua sosok yang sangat pemalu.
Bella dengan perasaan gugup, maju ke depan. Dia mengambil langkah kecil menuju ke depan kelas, matanya menunduk, mencuri pandang ke arah teman-temannya yang menatapnya dengan penuh perhatian.
"Namaku Bella, aku cantik dan juga lajin menabung" katanya, suaranya mulai mendapatkan sedikit kepercayaan diri. "Aku juga cuka bantu mama jualan baju." Sementara itu, Naka masih duduk di bangkunya, menggenggam erat tangan, matanya menatap Bella yang berdiri di depan.
Ia tahu gilirannya akan tiba, dan perasaan gugupnya semakin menjadi-jadi. Namun, melihat saudaranya berbicara dengan lebih tenang, memberinya sedikit keberanian.
Setelah Amora selesai, Guru memandang ke arah Naka dan tersenyum, "Sekarang giliran kamu, Naka."
Dengan langkah yang masih ragu, Naka berdiri dan perlahan berjalan ke depan kelas. Dia mengambil napas dalam, berusaha menyembunyikan kegugupannya.
"Namaku Naka, aku cuka makan dan lebahan," ucapnya, matanya masih sering berpindah-pindah dari satu wajah ke wajah lainnya di kelas.
Kedua orang tua mereka, Alvaro dan Arumi tertawa terbahak bahak mendengar perkenalan mereka. Namun, meskipun begitu mereka merasa bangga melihat anak-anak mereka berusaha mengatasi rasa malu mereka di depan banyak orang.
Mereka saling bertukar pandang dan tersenyum, merasa yakin bahwa ini adalah langkah besar bagi Naka dan Bella dalam mengembangkan kepercayaan diri mereka.
seharusnya ganti tanya Arumi
bagaimana servisku jg lbh enakan mana sm clara wkwkwk
Alvaro menyesal menghianati clara
kok minta jatah lagi sama arumi
itu mah suka al