NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Peluit berbunyi dan senyum Zerga terlihat berseri-seri, merasa menang.  Zerga berkeringat dan napasnya terengah-engah, tetapi dia baru saja mencetak angka terakhir untuk pertandingan dalam sesi latihan.

Rafka menatap kearah Zerga dengan raut wajah datarnya, sementara rekan pemain yang lain memuji Zerga

Pelatih bertepuk tangan dan tersenyum puas, mengingat latihan mereka kali ini benar-benar lebih matang dari yang sebelumnya. "kerja bagus, tim!." Pelatih bersorak kegirangan. "Wah, sepertinya kalian sudah siap untuk Turnamen Antarnegara di Jakarta internasional arena!."

"Siap, coach!." Seru para tim.

Mereka telah berlatih untuk turnamen antarnegara selama berbulan-bulan dan ini adalah kesempatan besar bagi mereka.

Zerga, yang bercita-cita mendaftar ke tim nasional setelah lulus, terlihat bersemangat. Bola basket, seakan sudah menjadi bagian dari hidupnya dan satu-satunya hal yang ingin dia mainkan untuk waktu yang lama.

"Zerga!." Panggil pelatih. "Datang ke kantor saya sekarang."

Zerga mengernyitkan dahinya, tetapi dia mengangguk dan berjalan di belakang pelatih. Mereka memasuki kantor pelatih dan pintu pun di tutup.

"Silakan duduk." Pelatih memberi isyarat pada Zerga untuk duduk di sofa.

Zerga pun duduk dan menunggu hal penting apa yang akan pelatih sampaikan padanya, hingga memanggilnya ke kantor.

"Saya tahu kamu punya banyak masalah dengan Rafka." Kata pria itu.

Zerga mendengus kesal mendengar pembicaraan itu. "Kalau bapak tau, kenapa malah masukin dia ke tim kita?." Tanya Zerga.

Pelatih menepuk punggung Zerga. "Zerga, dengarkan saya." Katanya. "Saya sudah tahu apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Saya datang sebagai tamu undangan di pernikahan ayah dengan ibu kamu. Saya mungkin tidak sepenuhnya tahu apa yang terjadi di dalam rumah tangga ayah kamu. Tapi, bisa saya bilang kamu tidak bahagia ada didalamnya. Dan saya pikir, mungkin sekolah juga bukan tempat yang menyenangkan buat kamu sejak Rafka datang dan gabung di tim kita." Pelatih itu berdehem, sebelum akhirnya kembali buka suara. "Tapi kamu bisa melupakan dendam kamu sebentar dan bekerja sama sebagai tim ketika pertandingan itu tiba." Katanya dengan bijak. "Ini bukan tentang kamu atau dia, tapi tentang keberhasilan dan kesuksesan tim kita! Saya tahu selama latihan, kamu tidak ingin mengoper bola kearah Rafka. Kalian berdua adalah pemain terbaik di tim, tapi kalian bertengkar seperti anak kecil."

Zerga mengepalkan tangannya. "Kalau bapak sudah tau semuanya, kenapa bapak malah diam ketika saya membutuhkan bantuan bapak?!."  Bentak Zerga. "Sekarang, bapak minta bantuan saya untuk bekerja sama dalam tim?."

"Zerga, saya..."

Namun Zerga beranjak dari tempat duduknya. "Bapak tau kalau yang menikah dengan Mama saya adalah seorang monster!." Lagi, Zerga kembali berteriak. "Bapak tau semuanya! Tapi bapak hanya bisa diam!."

Pelatih itu hendak mengatakan sesuatu, tetapi Zerga telah lebih dulu pergi.

Ya, Pak Eko sudah tahu segalanya. Dia tahu bagaimana David menyiksa Zerga di rumah dan bahkan menyiksa Amanda saat tinggal dia tinggal bersama mereka. Namun, ketika Amanda koma, tak seorang pun yang datang menolong Zerga. Bahkan pak Eko pun tidak.

~

Abila berjalan mondar mandir di koridor luar lapangan, mengobrak-abrik isi tasnya. Gadis itu agak khawatir karena akhir-akhir ini, barang-barangnya masih sering menghilang tanpa jejak. Buku geografi baru yang dia beli sendiri juga tiba-tiba menghilang. Aneh, padahal dia baru saja mengemas buku itu beberapa menit yang lalu dan pergi ke kamar mandi sebentar.

Setelah keluar dari kamar mandi, buku itu tiba-tiba menghilang dari dalam tasnya.

Abila begitu asyik mencari bukunya hingga dia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang dan jatuh ke lantai.

"Aduh!." Dia meringis kesakitan, ketika b0k0n9nya menyentuh lantai.

"Kalo jalan itu matanya di pake!." Zerga melayangkan tatapan tajamnya.

"Maaf, aku ngga sengaja." Abila beranjak dan langsung merapikan pakaiannya.

Zerga mengangkat sebelah alisnya ketika Abila tidak terlalu memperhatikannya, gadis itu terlihat kembali fokus mencari sesuatu di tasnya, raut wajahnya terlihat cemas.

"Lo kenapa?." Tanya Zerga.

"Buku ku hilang."

"Beli aja yang baru." Zerga menegdikkan bahunya.

"Ini bukan tentang beli baru atau ngga. Tapi akhir-akhir ini, ada beberapa barangku yang hilang. awalnya, pulpen sama pensil ku yang hilang, terus sekarang buku, jepit rambutku juga pernah hilang. Intinya barang-barang ku hilang. Aku pikir, mungkin aja aku yang salah narok, tapi..." Abila menghela napas beratnya.

Zerga mengernyitkan dahinya mendengar pernyataan Abila. Lyoraa sudah kembali dari izin perjalanan panjangnya dan mulai sekolah lagi hari ini. Apakah antek-antek nya ada di balik semua ini?

"Kamu bener, aku harus beli lagi."

"Itu yang ada diatas lo, apa?." Tanya Zerga sembari menunjuk ke arah sebuah poster kecil yang di gulung dan berada didalam tas Abila.

"Oh ini? Ini poster buat pertunjukan malam ini. Ada konser kecil dan Bunda Ida yang jadi panitianya. Beberapa penyanyi terkenal juga ikut berpartisipasi. Bunda Ida minta aku buat bagiin poster-poster ini. Kamu mau ngga?." Abila mengambil poster itu dari dalam tasnya, dan Zerga mengulurkan tangannya menunggu Abila memberikan poster itu, tetapi sebelum Abila sempat memberikannya pada Zerga, terdengar...

"Abila!." Rafka tiba-tiba datang dan terlihat marah melihat Abila dan Zerga kembali bersama. Rafka melayangkan tatapan tajamnya kearah Zerga. "Ikut gue." Rafka menarik pergelangan tangan Abila, mengajak gadis itu untuk menjauh dari Zerga.

"Rafka, kamu bisa pelan dikit ngga? Sakit loh!." Abila menarik tangannya dari cengkraman Rafka dan menghentikan langkahnya setelah mereka sudah menjauh dari Zerga. "Kita bisa kan ngobrol baik-baik?."

"Lo barusan mau ngundang dia ke acaranya Bunda?." Gigi Rafka menggeretak.

"Aku cuma..."

"Gua pasti dateng." Teriak Zerga, meskipun dia belum mendapatkan undangan dari Abila dan meskipun dia juga tidak mendengar percakapan Abila  bersama Rafka.

Abila dan Rafka yang mendengar hal itu, menoleh sekaligus terkejut.

"Apa? Kalian kaget?." Zerga tersenyum, mengedikkan bahunya. "Itu acara terbuka, kan? Gua tertarik buat dateng. Ada masalah?." Zerga menyeringai saat menatap kearah Rafka yang hanya melayangkan tatapan tajam nya. "Menurut gua, ini pasti jadi momen yang bagus buat tim kita supaya kita bisa lebih akrab." Imbuh Zerga. "Coach bilang kita harus kerja sama sebagai tim. Turnamen kita sebentar lagi dan ini kesempatan bagus. Gua akan minta yang lainnya buat dateng juga."

Rafka mengernyitkan dahinya dan hendak buka suara, tetapi Abila sudah lebih dulu menghentikannya.

"Itu ide bagus. Aku sama Rafka pasti seneng banget bisa liat kamu sama temen-temen yang lainnya dateng."

Rafka bisa merasakan Abila meremas jari kelingkingnya, seakan diam-diam gadis itu memohon agar Rafka tidak bereaksi. Rafka menggigit bibir bawahnya, tidak menatap kearah Zerga.

"Kita ketemu lagi nanti malem, Abila." Zerga tersenyum.

Abila terkejut ketika Zerga memanggil namanya, sementara Rafka menahan amarahnya. Lelaki itu rasanya ingin mencabik-cabik tubuh Zerga karena sudah  menunjukkan senyumnya didepan Abila, tetapi Abila menarik tangan Rafka.

Sementara Zerga langsung pergi setelah itu.

"Aku ngga mau liat kalian berantem." Pinta Abila. "Ngga masalah kan kalau aku ngundang dia? Dia baik kok, kamu tenang aja."

"Itu yang ada di pikiran lo." Saut Rafka. "Lo sadar ngga kalau lo itu terlalu akrab sama Zerga? Lo itu kenapa sih?."

"A--aku cuma ngerasa kalau kalian berdua bisa nyelesain masalah kalian, asal kalian bener-bener mau berdamai." Kata Abila menjelaskan. "Kamu orang baik dan dia juga ngga seburuk--"

"Lo sadar barusan ngomong apa?." Rafka memotong perkataan Abila.

Abila terkejut ketika mendengar suara Rafka yang hampir berteriak padanya, sesuatu yang belum pernah Rafka lakukan padanya sebelumnya.

"Sekarang lo udah berubah."

"Rafka..." Abila meraih pergelangan tangan Rafka. "Kamu denger kan tadi? Dia mau temenan sama kamu supaya kalian bisa kerja sama besok pas  turnamen."

Rafka tidak ingin mendengar perkataan Abila yang seakan terus menerus membela Zerga didepanya. Rafka  mengabaikan Abila dan pergi begitu saja.

Abila memperhatikan kepergian Rafka, merasa sangat bersalah.

Apakah Abila salah karena sudah mengundang Zerga? Gadis itu hanya berusaha bersikap baik pada teman sekelasnya!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!