Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba kalian terbagun di tubuh orang lain. Apa lagi tubuh seorang idola terkenal dan kaya raya.
Itulah yang sedang di rasakan Anya. Namun, ia bangun di tubuh Arka, seorang Leader boyband Rhapsody. Ia mendadak harus bersikap seperti seorang idola, tuntutan kerja yang berbeda.
Ia harus berjuang menghadapi sorotan media, penggemar yang fanatik, dan jadwal yang padat, sembari mencari cara untuk kembali ke tubuhnya sendiri sebelum rahasia ini terbongkar dan hidupnya hancur.
Mampukah Anya bertahan dalam peran yang tak pernah ia impikan, dan akankah ia menemukan jalan pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JUDIYAKAR 35
Anya tertegun, benaknya bertanya-tanya, "Siapa ya, tadi? Rasanya seperti ada seseorang. Apa mungkin hanya ilusi?"
"Ayo, kau harus cepat kembali. Aku juga harus pulang," ucap Arka, bangkit berdiri sambil mengulurkan tangan pada Anya.
Anya menyambut uluran tangan itu.
"Kau pulang ke mana?" tanyanya, rasa khawatir kembali menyergap.
Ke mana Arka tinggal? Dengan keadaannya saat ini, mustahil ia bisa menumpang pada kerabat atau teman.
"Tentu saja ke rumah. Rumahmu, bersama ibu dan adikmu," jawab Arka.
"Apa? Jadi, sekarang kau tinggal bersama keluargaku? Tiba-tiba aku sangat merindukan mereka," sahut Anya, nada suaranya bergetar.
Arka mengusap lembut lengannya, menenangkan. "Tenanglah, aku akan menjaga mereka. Jika situasinya sudah aman, aku akan membawamu menemui mereka."
Anya mengangguk cepat, lalu bergegas kembali ke rumahnya, khawatir kepergiannya akan disadari.
Sesampainya di sana, ia tak melihat Jakson. Ia mencari ke setiap sudut ruangan, namun Jakson tetap tak ada.
"Ke mana dia pergi? Apa dia keluar?" gumamnya, keheranan.
Tak lama kemudian, suara pintu terbuka memecah kesunyian. Anya mengintip dari balik pintu kamarnya.
Gerak-gerik Jakson terlihat mencurigakan. Anya menutup pintu kamar, membiarkan yang lain terlelap di sofa. Ia bersandar di pintu, perasaan curiga mulai menghantuinya.
Jakson tampak berbeda dari biasanya. Namun, lagi-lagi Anya merasa dirinya terlalu berlebihan dalam menanggapi situasi ini.
Anya merebahkan diri di tempat tidur, kepalanya berdenyut nyeri. Minuman yang ia konsumsi dengan tubuh barunya ini membuatnya mudah mabuk.
Belum lama ia memejamkan mata, pintu kamarnya digedor dengan keras. "Arka! Bangun! Gawat!"
Anya tersentak kaget, jantungnya berdebar tak karuan. Ia mengucek matanya yang masih terasa lengket.
Saat melihat jam, ternyata sudah pukul delapan pagi.
"Perasaan baru tidur sebentar, kok sudah jam delapan pagi? Ada apa mereka berteriak-teriak?" gerutunya.
Anya beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamar. Lex dan Jasper sudah berdiri di depan pintu dengan wajah panik.
"Kalian kenapa sih, teriak-teriak? Ini masih pagi buta," ucap Anya kesal.
Namun, mereka justru menarik tangannya. "Aduh ... kita mau ke mana?" tanya Anya.
"Sudah, ikut aja," ajak Jasper.
Mereka membawa Anya bergegas turun ke ruang tamu. Anya didudukkan di sofa, sementara Lex dan Jasper masih tampak panik.
Lex segera menyalakan televisi. Sebuah berita tentang dirinya dan Arka terpampang lebar di layar kaca, menyebar luas di televisi dan media sosial.
"Apa lagi ini? Bukannya masalah ini sudah mulai mereda?" tanya Anya, terkejut.
Kali ini, berita tentang dirinya bahkan lebih besar, dan tuduhan yang dilayangkan semakin menyakitkan. Video dirinya dan Arka semalam juga tersebar luas.
Hatinya terasa perih saat membaca komentar-komentar yang menyebutnya wanita murahan.
Di media sosial, para penggemar Arka mengolok-olok dirinya yang dianggap hanya mendompleng popularitas.
Mata Anya memerah, air mata mengancam untuk tumpah. Namun, sentuhan tangan salah satu anggota Rapsody di pundaknya seolah menahan air mata itu untuk keluar.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Kami tahu kau pasti sedikit syok dengan berita ini, karena selama kita debut, kau belum pernah digosipkan seperti ini, kan?" ucap Lex, mencoba menghibur.
Jasper berlutut di depannya dengan ekspresi sendu. "Kami tahu kau bisa menyelesaikan ini semua seperti biasanya. Gosip ini tidak akan memengaruhi karier kita, tenang saja."
"Iya, benar. Tetap semangat! Kami pasti akan selalu bersamamu," sahut Jakson.
Kata-kata mereka membuat Anya merasa lega, namun sekaligus sedih. Karena dirinya, Arka harus mengalami hal seperti ini.
Dan sekarang, Arka pasti akan kesulitan keluar rumah karena para penggemar akan menyerangnya.
"Tapi ... aku benar-benar penasaran, apa kalian benar-benar pacaran? Soalnya, belakangan ini kalian memang sangat akrab. Terlebih lagi sejak insiden kecelakaan itu," tanya Jasper ragu-ragu.
Meskipun mereka yakin Arka tidak mungkin berpacaran, rasa penasaran tetap menghantui. Pasalnya, hanya Anya yang bisa begitu dekat dengannya.
Sebelumnya, Arka sangat menghindari kontak langsung dengan wanita. Mereka bahkan sempat mengira Arka tidak menyukai wanita.
"Ya ... ya, tidaklah. Mana mungkin aku pacaran sama dia? Dia itu cuma seorang asisten," jawab Anya sedikit ragu.
"Ya, baguslah kalau begitu, kau tidak perlu khawatir. Kau tinggal bikin konferensi pers dan bicara yang sebenarnya. Aku yakin mereka pasti paham," usul Lex.
"Iya, nanti aku akan bicara dengan Sofia," jawab Anya.
Ponselnya bergetar, membuyarkan lamunannya. Anya melihat layar ponsel, ternyata Arka menelepon.
Ia segera menjauh dari yang lain untuk menerima panggilan itu. Setelah merasa cukup jauh, ia mengangkat telepon.
"Halo, Arka," sapa Anya lirih.
"Anya, sepertinya kali ini masalahnya lebih serius. Aku merasa ada yang sengaja mengikuti kita semalam. Dan aku harus ke kantor hari ini, sepertinya Sofia sangat marah," ungkap Arka.
"Iya, semalam aku sempat melihat seseorang di taman. Aku pikir hanya salah lihat, tapi ternyata memang ada mata-mata di sekitar kita. Aku akan menyusulmu," balas Anya.