Niatnya ingin bertemu teman lama, Anne malah salah masuk kamar. Bukan bertemu teman malah bertemu lawan.
Sky dalam pengaruh obat merasa tenang saat seorang wanita masuk ke kamarnya. Ia pikir wanita ini telah di atur oleh asistennya untuk melepaskan hasratnya.
Anne memberontak saat Sky menarik dan menciumnya secara paksa. Tenaganya jelas tidak sebanding dengan pria ini. Sekuat tenaga memberontak pada akhirnya Anne hanya bisa pasrah. Kesuciannya diambil oleh orang yang sangat ia benci.
**
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Apa yang akan Sky lakukan saat tahu Anne hamil anaknya? Menikah atau ada opsi lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anne : Dia Bukan Mamaku
"Pergi malam pulang pagi, pantas kah seorang gadis seperti ini? Bikin malu keluarga saja."
Baru melangkahkan kaki masuk rumah, Anne disambut dengan kalimat sindiran yang dilontarkan oleh istri papanya.
"Aku tidak pernah ikut campur urusan orang lain. Tapi kenapa orang lain suka sekali ikut campur urusan ku ya?" Tanpa takut Anne menjawabnya dengan santai, bahkan mendekati mereka yang tengah duduk di depan sana.
"Begitulah kamu bersikap pada mama mu, Anne? Tidak bisakah kamu menghargainya?" Ares langsung menegur Anne, merasa putrinya tidak sopan dengan istrinya.
"Dia bukan mamaku. Mamaku hanya satu, Amira Rahayu Helton. Orang yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena mengetahui suaminya memiliki istri siri di belakangnya." ucap Anne dengan suara tegas. "Mau dihargai? 5 juta cukup kan. Nominal yang sama digunakan papa untuk menikahinya."
"Anne, jaga mulutmu." bentak Dea mendengar ucapan anak tirinya.
"Kenapa tante? Tidak terima dengan apa yang aku katakan? Ya sudah pergi saja dari rumah ku." usir Anne dengan wajah tersenyum puas. "Kalian itu menumpang disini, jadi bersikaplah sopan dengan tuan rumah. Jangan mencampuri urusan ku."
Dea berniat menjawab permata Anne namun Ares segera menarik tangannya. "Jaga sikapmu, Dea. Jangan buat Anne marah pada kita. Memang kamu mau hidup diluar sana dengan rumah sepetak?" Ares mencoba memperingatkan istrinya karena memang mereka tidak memiliki apa-apa.
Anne tersenyum melihat keduanya, lalu memilih pergi ke kamarnya.
Annelia Jelita Helton. Putri bungsu dari pasangan Ares dan Amira Rahayu Helton. Kakaknya bernama Adam Julian Helton, sudah memiliki keluarga kecil sendiri.
Semua yang dimiliki Anne, termasuk perusahaan adalah peninggalan mamanya. Amira memang keturunan orang berada yang kala itu jatuh cinta dengan pria biasa yaitu Ares. Demi di izinkan menikah dengan Ares, orang tua Amira memberikan syarat jika mereka memiliki anak harus ikut nama keluarga besar mereka yaitu Helton. Maka tidak usah heran jika nama Amira dan kakaknya tidak mengikuti papanya.
Rupanya syarat yang diberikan opa dan oma mereka bukan tanpa alasan. Mereka ingin melindungi harta keluarga agar tidak jatuh ke orang tidak bertanggungjawab. Hal itu dibuktikan dengan terbongkarnya perselingkuhan papanya bersama wanita lain.
Hampir 20 tahun menikah, ternyata Ares berselingkuh dengan cinta pertamanya bahkan menikahinya secara siri. Amira yang tahu hal itu mengalami serangan jantung dan meninggal dunia. Jelas itu pukulan berat bagi Anne dan kakaknya.
Setelah Amira meninggal dunia, Ares tanpa malu membawa Dea tinggal bersamanya. Tentu saja di rumah milih istrinya. Keputusan itu tentu di tentang oleh Anne, merasa papanya tidak berhak membawa siapapun tinggal tampa izin darinya.
Namun karena Ares tengah sakit keras, Anne masih memiliki hati karena bagaimana pun itu papanya. Dea juga di izinkan tinggal di rumah ini dengan alasan ingin merawat Ares. Namun siapa sangka parasit itu sering kali lupa diri, bersikap bak dirinya nyonya rumah. Jika saja Anne gadis yang lemah sudah pasti dirinya terusir dari rumahnya sendiri.
"Lihat anakmu itu, tidak pernah bisa menghargai ku sama sekali. Padahal aku ini istrimu, Ares." keluh Dea setelah Anne menghilang dari pandangan.
"Kamu sendiri yang memancing emosinya, sudah tahu bagaimana sifat Anne padamu. Kita harusnya bersyukur Anne masih mengizinkan tinggal disini. Berhentilah mencoba mengaturnya atau mencampuri urusannya." Jawab Ares kesal dengan sikap istrinya.
"Kamu itu selalu saja lembek pada anakmu. Disini kamu kepala rumah tangganya, Ares. Harusnya Anne yang tunduk padamu, agar gadis itu tidak menyepelekan aku." balas Dea.
"Dalam kartu keluarga memang aku kepala keluarga, namun jangan lupa kepemilikan rumah ini adalah atas Anne. Sepeserpun mendiang Amira tidak meninggalkan apapun padaku. Karena sejak awal orang tua Amira tidak mempercayai aku. Lihat nama belakang Anne dan Adam, apakah ada namaku? Tidak ada, Dea. Perusahaan dan kepemilikan aset lainnya juga atas nama Helton. Aku disini tidak punya apa-apa. Bersyukur Anne masih membiayai kebutuhan kita dan pengobatan ku. Jadi berhentilah memancing keributan padanya." jelas Ares cukup panjang lalu pergi meninggalkan Dea.
Ares jelas cukup tahu diri meskipun dia sangat kecewa saat tahu namanya tidak tertera dalam ahli waris. Tapi mau bagaimana lagi, sejak awal memang sudah diberitahu oleh mertuanya dulu. Terlebih dirinya berani berselingkuh dengan Dea hingga menikah siri.
Sayangnya Dea tidak berpikir demikian, hatinya telah dipenuhi rasa iri. Ingin menguasai semua yang telah ditinggalkan Amira. Tidak cukup merebut Ares, harta juga ingin dia rebut dari tangan Anne dan Adam.
"Sudah cukup aku bersabar dengan sikap anak-anak mu, Ares. Aku telah banyak mengalah pada mereka. Bahkan status pernikahan kita masih belum kamu buat secara hukum. Lihat saja, bagaimanapun caranya rumah dan perusahaan harus jadi milikku. Toh Amira kan istrimu, sekarang dia sudah mati maka biarkan kita yang mengurusnya. Bukan malah Anne, bocah sialan itu."
Dengan tekad bulat, Dea merencanakan sesuatu untuk melancarkan aksinya. Cepat atau lambat ia ingin semua berhasil di dapatkan.
"Jika memang harus melenyapkan nyawa Anne, aku akan tetap melakukannya." batin wanita itu sudah tidak memiliki rasa takut.
Sedangkan di kamar Anne bergegas membersihkan diri. Pakaiannya di buang ke tempat sampah karena merasa jijik mengingatnya.
"Haruskah aku mandi kembang tujuh rupa agar bisa menghilangkan jejak pria cabul itu." Anne menggosok keras tubuhnya sendiri tidak peduli kulitnya memerah.
"Sky, aku memang salah masuk kamar. Tapi tidak seharusnya kau melakukan itu padaku."
Anne terus mengoceh dan memaki Sky. Kejadian ini jelas melukai hatinya dan sulit untuk dilupakan.
"Aku sudah tidak perawan gara-gara dia. Jika tidak ada yang mau menerimaku, akan ku hajar Sky hingga burungnya tidak berfungsi sama sekali. Dengan begitu kita impas."
Di sebuah apartemen, Sky menonton rekaman CCTV yang di dapatkan oleh asistennya. Dia sudah memutar berulang-ulang video itu namun belum juga menemukan jawaban di otaknya.
"Kenapa wajahnya tidak asing. Siapa dia?" ujarnya kesal karena mendadak pikirannya kacau.
Wajar saja Sky tidak mengenai Anne karena gadis itu yang biasanya mengikat rambutnya dengan rapi, malam itu sebagai di gerai begitu saja. Belum lagi pakaian gadis itu sedikit terbuka di bagian pundak dan riasan tipis. Ini cukup jauh berbeda dengan penampilan Anne yang selalu berpakaian formal dan berdandan.
"Kenapa juga hanya ini rekaman yang tersisa? Rekaman dia keluar kamar tidak ada. Apa jangan-jangan dia yang menghapusnya?" kata Sky dengan curiga. "Jika memang dia, berarti gadis ini bukan orang sembarangan."
Sky melihat kepalanya yang mendadak pusing memikirkan orang yang tidur dengannya semalam.
"Ahh sialan, siapa dia sebenarnya?"