Demi uang operasi untuk adik nya, Amelia rela menjual rahim nya kepada seorang misterius dengan topeng serigala di wajahnya.
Tanpa tahu bagaimana identitas maupun Wajah pria yang menanamkan benih nya di rahim milik nya.
Dan pada akhirnya Amelia melahirkan bayi untuk pria itu, dan perjanjian pun berakhir. Amelia pergi dengan membawa uang kompensasi dan juga kesembuhan adik kesayangannya.
Apakah Amelia akan kembali bertemu dengan bayi nya, dan apa Amelia akan tahu siapa pria di balik topeng serigala itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
3 bulan kemudian...
Tak terasa kandungan Amelia sudah 7 bulan, Ia mulai merasakan setiap tendangan dari sang bayi. Bibirnya tersenyum merasakan semua itu sambil mengelus perutnya dengan lembut.
"Sayang, jangan nakal di sana! Sebentar lagi kamu keluar dan kita bisa bertemu!" Tuturnya.
Marcell diam-diam memperhatikan Amelia yang tengah mengobrol dengan anaknya. Ia benar-benar tak tega, memisahkan mereka berdua, hatinya bingung dan dilema.
Akhirnya Marcell memutuskan untuk pulang ke kediamannya. Setelah sampai, Ia melihat Indira yang sedang menggunakan bantal yang cukup besar untuk mengelabui sang mertua.
"Sayang, kamu sudah pulang! Coba kamu lihat, aku cocokkan jadi ibu hamil. Meskipun ini hanya bantal, tapi setelah waktunya tiba bantal ini akan menjadi bayi yang lucu." Tuturnya sambil mengelus perutnya.
Marcell menghela nafas panjang dan duduk di tepi ranjang. Indira langsung menghampiri suaminya yang terlihat pucat.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Tanyanya.
"Aku baik, tapi apakah kamu yakin ingin melakukan semua ini?" Tanya Marcell.
"Apa maksudmu?" Tanya Indira menatap heran.
"Aku tak tega memisahkan Amelia dengan bayinya!" Jawab Marcell.
Indira yang mendengar semua itu langsung emosi dan bangkit dari duduknya.
"Apa kamu gila atau kamu sudah termakan cintanya? Jadi kamu lebih memilih perasaan Amelia dari pada perasaanku." Tanya Indira.
"Bukan itu maksudku! Apakah yang kita lakukan ini benar?" Jawab Marcell.
"Tentu saja benar! Kita memberikan uang kepada Amelia dan dia memberikan bayinya. Jadi kita seimbang dan tidak ada yang di rugikan." Tutur Indira dengan ambisinya.
Marcell menyunggingkan senyumnya dan menatap Indira. "Itu menurut pandangan wanita serakah seperti mu!"
Indira membulatkan matanya karena kesal mendengar jawaban itu. "Cukup yah! Aku tak ingin kamu main perasaan sama dia. Dia hanyalah wanita ****** yang rela melakukan semuanya demi uang!" Teriak Indira.
Plakkk...
Marcell melayangkan tamparan di pipi mulus Indira. Indira nampak terpaku, karena baru kali Ia di tampar oleh Marcell.
Indira tersenyum sambil meneteskan air mata. "Demi wanita itu, kamu tega menamparku!"
"Jangan salahkan orang lain, seharusnya kamu bercermin dan belajar dari Amelia. Amelia bukanlah wanita ******, semua ini dia lakukan demi hidup adiknya dan tidak sepantasnya kamu menghina Amelia." Ucap Marcell tanpa merasa bersalah.
Marcell melenggang pergi dan Indira menarik tangannya.
"Tunggu...! Jangan pergi, kita harus bicara." Tahannya.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan!" Jawab Marcell ketus.
Indira menarik wajah Marcell dan menatap wajahnya.
"Kamu lihat, ini aku Indira yang selama ini kamu cintai. Indira yang selalu ada di saat kamu senang dan susah dan Indira yang rela mengorbankan nyawanya hanya untukmu." Tuturnya.
Marcell tersenyum dan menatap Indira dengan mata yang merah.
"Iya, kamu memanglah Indira yang sama tapi untuk sesaat aku seakan tak mengenalmu. Kamu bukanlah Indira yang dulu kucintai, kamu hanya menjadikan Ku budak untuk ambisimi mu." Jawab Marcell sambil meneteskan air mata.
"Aku tidak pernah berubah, kamu yang berubah. Dulu disaat aku sakit, kamu selalu ada di sampingku, menjagaku dan mencintaiku. Tapi sekarang, aku hanyalah sampah di matamu." Tutur Indira.
Marcell membalik badannya dan menghapus air mata.
"Aku tidak tahu, kenapa hubungan kita jadi seperti ini! Saat kamu sakit aku tidak tega melihatmu dan akhirnya aku menyetujui semua keinginanmu untuk mendapatkan bayi dari orang lain. Tapi setelah kamu sembuh, aku sudah tidak mengenal Indira yang baik hati dan kucinta." Jawab Marcell dengan rasa penuh kecewa di hati.
Indira diam terpaku, meratapi kepergian Marcell. Tapi Ia masih bersih keras, bahwa bukan dirinya yang berubah.
"Aku tidak egois dan tak pernah berubah, hanya cintamu saja yang menghilang!" Ucap Indira dengan kesedihan yang mendalam.
Marcell berjalan menuju kamar Anita. Terlihat Anita tengah duduk di sofa sambil memainkan handphone. Marcell masuk kedalam dengan raut wajah yang pucat dan langsung memeluknya.
"Ma, apa dosaku hingga Tuhan menghukum ku seperti ini!" Lirihnya.
Anita mengerti, semua ini pasti akan terasa berat untuk anaknya. Ia membalas pelukannya sambil mencium kening Marcell.
"Marcell, mungkin semua ini sudah salah baru awal tapi kamu jangan sampai membuat kesalahan yang sama dan menyakiti hati Amelia." Tuturnya.
"Ma, situasi ku benar-benar sulit. Di satu sisi , aku tak tega memisahkan Amelia dengan anaknya dan sisi lain Indira sangat menginginkan anak itu." Jawab Marcell.
Anita melepaskan pelukannya dan menatap wajah sang anak. "Nikahilah Amelia! Mama yakin, kalian pasti akan bahagia."
Marcell menatap sang Anita dan menggelengkan kepalanya. "Itu semua tidak mungkin, bagaimana dengan Indira?" Tanyanya.
"Mau tidak mau, Indira harus bisa menerima karena semua ini adalah kesalahannya!" Jawab Anita.
Marcell menggelengkan kepalanya tanpa ekspresi. Anita mengerti dan menyuruhnya untuk tidur. Marcell akhirnya tertidur di pangkuan Anita. Meski Marcell sudah dewasa tapi di mata Anita Marcell masih sama. Ia masih anaknya yang selalu ingin di manja.
Setelah Marcell tertidur lelap, Anita menyelimuti tubuhnya dan Ia keluar dari kamar. Dan di ruang tamu, terlihat Indira tengah minum jus sambil tersenyum.
"Apa kamu lagi bahagia?" Tanya Anita sambil menghampiri.
"Iya, baru kali ini Marcell menamparku!" Jawabnya dengan tersenyum.
"Jadi kamu bahagia di tampar suamimu!"
"Iya, aku sangat menginginkannya. Ma, apakah aku salah mencintai Marcell?"
"Tidak ada yang salah, hanya saja caramu yang salah membuat Marcell menjauh!" Jawab Anita.
Indira terdiam, Ia mulai memikirkan semua ucapan Marcell. Hati dan pikirannya terus berontak karena merasa Ia tidak bersalah.
Anita duduk dan mengelus rambutnya. "Kamu cantik tapi jangan sampai kecantikan mu ini menjadi alasan ketidak berdayaan Marcell. Marcell juga ingin di cintai, dia tak ingin jika pengorbanan dan rasa cintanya di sepelekan." Tuturnya.
Indira nampak heran, ucapan Anita terdengar seakan Ia tahu tentang rahasianya. Tanpa menunggu jawaban, Anita meninggalkan Indira dan pergi dari rumah itu.
"Mungkinkah Marcell menceritakan semuanya!" Batinnya.
Indira pergi ke kamar Anita dan menatap Marcell yang tengah tertidur di sofa. Ia menatapnya dengan lekat dan terlihat kelopak mata Marcell masih basah.
Indira nampak menyesali berkata kadar kepadanya, tapi Ia juga heran kenapa Marcell lebih memilih untuk menjaga perasaan Amelia.