Ini adalah perjalanan cinta kedua putri kembar Ezar dan Zara.
Arsila Marwah Ezara, si tomboy itu akhirnya berhasil bekerja di sebuah perusahan raksasa yang bermarkas di London, Inggris, HG Corp.
Hari pertama nya bekerja adalah hari tersial sepanjang sejarah hidupnya, namun hari yang menurutnya sial itu, ternyata hari di mana Allah mempertemukan nya dengan takdir cintanya.
Aluna Safa Ezara , si gadis kalem nan menawan akhirnya berhasil menyelesaikan sekolah kedokteran dan sekarang mengabdikan diri untuk masyarakat seperti kedua orang tuanya dan keluarga besar Brawijaya yang memang 90% berprofesi sebagai seorang dokter.
Bagaimana kisah Safa sampai akhirnya berhasil menemukan cinta sejatinya?
Karya kali ini masih berputar di kehidupan kedokteran, walau tidak banyak, karena pada dasarnya, keluarga Brawijaya memang bergelut dengan profesi mulia itu.
Untuk reader yang mulai bosan dengan dunia medis, boleh di skip.🥰🥰
love you all
farala
💗💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 : Si nona tunangan
Dengan penuh rasa malas, Marwah beranjak dan masuk ke ruangan Barra.
Marwah berdiri tepat di depan pria tampan itu.
" Kau lagi sariawan?" Tanya Barra ketus.
" Mungkin." Jawab Marwah lebih ketus.
Barra menghempaskan beberapa kertas di depannya , bukti jika dirinya sedang marah.
" Kau ingin bertengkar dengan ku?" Tanya Barra menaikkan intonasi nya.
Marwah memutar bola matanya malas.
" ARSILA MARWAH EZARA !! "
Marwah mendengus kesal, dan menatap Barra dengan tatapan tidak suka.
" Kenapa harus saya? Apa tidak ada wanita lain di luar sana sampai kau memilih ku?" Nada suara Marwah meningkat satu oktaf di atas Barra.
Barra tertawa.
" Ooo,,itu penyebab sariawan mu hari ini..."
Raut Marwah jengah, ingin sekali dia cabik cabik wajah Barra dan memberikan cabikan nya agar jadi santapan ikan peliharaan opa grandpa .
" Yang jelas, saya tidak mau, tolong bapak batalkan perjodohan ini." Tanpa menunggu jawaban Barra , Marwah keluar dan membanting pintu ruangan Barra dengan keras.
" Astaghfirullah, dari mana temperamen nya itu berasal? " Keluh Barra memperhatikan tingkah Marwah yang uring uringan di meja kerjanya.
Namun, beberapa detik kemudian, seulas senyum terbit dari bibirnya.
" Membatalkan? Oh, tidak akan, jangan mimpi Marwah." Gumamnya .
*
*
Marwah memilih tidak ke kantin kantor untuk makan siang , melainkan mendekam di ruangannya setelah memesan makanan.
Sedikit bernafas lega, Marwah bebas melakukan apapun karena si bosnya sedang tidak ada di tempat. Marwah tidak tau saja, kalau semua gerak geriknya di pantau Barra.
Sedang asik menikmati makan siang, seorang wanita dengan tubuh tinggi semampai datang menghampiri.
" Barra , ada?"
Marwah mengangkat kepala, dan menemukan wanita cantik berambut blonde dengan pakaian yang sangat terbuka.
" Maaf, anda sudah ada janji sebelumnya?" Tanya Marwah penuh selidik. pasalnya , baru kali ini ada seorang wanita muda yang mencari bos nya.
Priscilla terkekeh terkesan mengejek.
" Kamu, anak baru kan?"
Kening Marwah mengernyit.
Priscilla mengulurkan tangan." Kenalkan, aku tunangannya Barra."
Tak meraih tangan Priscilla, Marwah justru sibuk memindai wanita itu dari ujung kaki ke ujung rambut.
Seketika, Marwah tertawa. " Ternyata selera wanitanya kampungan sekali." Marwah membatin.
Priscilla tersinggung.
" Ada yang lucu ?"
" Oh,,,maaf , nona tunangannya Barra. Saya hanya sedang mengingat hal yang lucu saja."
Priscilla mendengus kesal, lalu melewati Marwah dan berusaha untuk masuk ke dalam ruangan Barra.
" Eits...tunggu dulu nona tunangannya Barra."
Marwah menghadang dan menghentikan langkah Priscilla.
" Pak Barra sedang keluar, jadi kalau ingin bertemu beliau, sebaiknya anda menunggu di sana." Tunjuk Marwah di sudut ruangan yang memang di sediakan untuk tamu.
" Apa aku kurang jelas mengatakan padamu kalau aku ini calon istrinya, heh?!"
" Jadi sekarang berubah? Tadi nona tunangan sekarang nona calon istri, ya?" Ledek Marwah.
Kesabaran Priscilla menipis.
" Yaaa...sekertaris sial*n. Jangan membuatku marah, cepat buka pintunya!!"
Tawa Marwah raib mendengar Priscilla mengumpat nya.
" Tanpa ijin pak Barra, anda tidak boleh masuk. Lagian, pak Barra tidak pernah mengatakan padaku jika dia memiliki calon istri yang harus saya buka kan pintu saat datang ke kantor. " Ujarnya mulai ketus.
Plak....
Marwah memegang pipi kanannya, pipi itu terasa terbakar dan perih akibat Priscilla memberinya stempel lima jari.
Kejadian anarkis itu terpantau Barra dari layar ponselnya. Dia nampak tergesa memasuki ruangannya hendak melerai pertengkaran yang dia anggap tidak seimbang itu.
Bagi Barra yang sudah kenal lama dengan Priscilla, Barra tau bagaimana tidak stabilnya tabiat sang mantan yang tidak suka di remehkan. Berbanding terbalik dengan Marwah, Barra menganggap jika Marwah tidak akan bisa melawan Priscilla.
Tapi ternyata....tidak. Apa yang di lihatnya bersama Liam , menghentikan langkahnya di sudut ruangan dan beralih menjadi penonton setia pertemuan dua ras terkuat di bumi itu.
Priscilla memegang pipinya dan bahkan sempat terhuyung akibat tamparan keras balasan dari Marwah.
Sudut bibir Priscilla pecah dan berdarah .
Karena tidak pernah ada yang berani membantahnya, kejadian hari ini cukup membuat Priscilla terkejut.
" Ingat, aku tidak akan tinggal diam, aku akan membuat mu kehilangan pekerjaan mu , sekarang juga."
Priscilla mengambil ponselnya serampangan di dalam tas kecil yang dia pegang sejak tadi.
" Silahkan, saya bahkan menginginkan hal itu terjadi." Tantang Marwah.
" Dasar wanita saiko .."
Belum sempat menelpon Barra, pria tampan itu kini melangkah tegap menghampiri kedua wanita yang baru saja saling tampar dengan berpura pura tidak tau.
" Barra...." Panggilnya manja dan berusaha bergelayut di lengan Barra. Tapi seperti sebelumnya, Barra akan menghindar.
Barra semakin meningkat kan kemampuan beraktingnya dengan berlagak simpati dan perhatian pada Priscilla. Ada tujuan dan maksud di balik tindakannya memuakkan nya itu.
Sikap Barra itu jelas membuat Marwah mual.
Begitu Priscilla masuk bersama Barra. Marwah pun pergi entah kemana.
Pintu tertutup. Tinggallah Barra dan Priscilla.
Karena hanya ada mereka berdua, Barra kembali ke setelan awal.
" Apa yang kau lakukan di sini, Priscillia?" Ketusnya.
" Aku, aku mengunjungi kekasih hati ku. Sudah lama kita tidak bertemu Barra. Apa kau tidak merindukan ku?"
" Kau tidak lupa kan , kalau kita sepakat mengakhiri semuanya."
" Bukan kita, karena aku tidak setuju sama sekali."
" Lalu apa maumu?"
" Kita kembali seperti dulu."
" Tidak bisa Cilla."
" Tapi kenapa?"
" Aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu kenapa kita tidak akan pernah bersama, karena kau sudah tau sendiri jawabannya."
" Aku akan berusaha sekali lagi meraih hati mama mu. Jika aku berhasil, kau harus berjanji padaku untuk melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius."
" Percuma , belum mulai saja, kau sudah kalah." Barra membatin.
" Terserah kau saja." Ucapnya kembali sibuk dengan pekerjaannya.
" Baiklah, sepertinya kau sibuk, aku akan pergi. Tapi, aku baru saja tiba dari Singapura dan aku butuh sejumlah uang untuk menyewa apartemen di sini."
Barra tersenyum tipis. Timbul ide gilanya mendengar perkataan Priscilla.
" Maaf, Priscilla, sekarang ini semua keuangan ku di kelola oleh sekertaris ku. Jadi kalau kau butuh, minta saja padanya."
" Apa kau bilang? Aku tidak salah dengar kan? Bagaimana mungkin hal sekrusial begitu kau serahkan pada wanita sial*n itu?"
Ekspresi Barra berubah . Tatapannya tajam bak elang yang siap menerkam mangsa.
" Perbaiki cara bicaramu, Priscilla. wanita yang kau sebut sial*n itu adalah orang ku. Dan kau tau kan, aku paling tidak suka jika ada yang mengganggu orang orang yang berada di sekitar ku."
Priscilla membisu.
" Sebaiknya kau pulang, kau sudah merusak suasana hati ku."
Tanpa menunggu di usir untuk yang kedua kalinya, Priscilla memutuskan pergi tanpa mendapatkan apapun.
" Ini semua gara gara sekertaris kurang ajar itu." Gumamnya setelah keluar dari ruangan Barra .
*
*
Marwah kini berada di kantin, dia yang malas ke sana dan akhirnya memesan makanan, terpaksa ke tempat itu juga.
Sebuah eskrim coklat nampak tersisa setengah di tangannya.
Sesekali helaan nafasnya terdengar kasar sembari menjilati es krim kesukaannya itu.
" Perasaan, langkah ku baik baik saja pagi tadi sebelum ke kantor, kenapa siangnya aku dapat jackpot." Gumamnya sembari mengusap pipinya yang terlihat memerah.
Asik menghayal, Marwah harus di kagetkan degan suara cepreng seorang wanita yang berteriak memanggilnya.
" Marwah...."
Marwah mengangkat kepala mencari di mana sumber suara.
Begitu melihat wanita dengan rambut keriting , Marwah seketika tersenyum.
" Evelyn.."
" Hai...akhirnya kita bertemu lagi." Ucap Evelyn memeluk Marwah. " Bagaimana kabar mu?" Tanyanya antusias.
" Baik....jadi salah satu manajer dari HG Singapura itu, kamu?"
Evelyn mengangguk.
" Selamat, ya."
" Terima kasih . Karena ini pertemuan pertama kita setelah sekian lama, bagaimana kalau kamu mentraktir ku makan?" Pinta Evelyn.
" Harusnya ibu manajer ini yang bayar, masa minta sama sekertaris sepertiku." Selorohnya.
" Jangan pura pura miskin, nona Brawijaya, aku sudah tau semuanya."
...****************...
asiiikh
pak dewan sudah mulai berani niih
lanjut besok y,ingat lho jangan terburu buru yaaaa
🤭🤭🤭
jangan od pengen deh......langkaaaa
daripada ada gangguan lagi
harus antisipasi za gaaa
kak maaf mau tanya itu kalimat " mengencerkan " emang di buat plesetan atau emang sengaja begitu, kalo emang sengaja nanti aku ikut mengencerkan suasana hati mas Arga yg kepala nya udah nyut²an itu 🤣🤣🤣