Pembalasan Mantan Istri

"Ternyata hubungan lo sama Tuan Elard udah sejauh itu ya sampai kalian mau nikah, gue gak nyangka ternyata sahabat gue bakal nikah sebentar lagi hiks hiks," ucap Freya yang tidak bisa menahan tangisnya karena terharu mendengar jika hubungan Olivia dan Elard berhasil.

"Kok nangis, maafin gue ya karena gak cerita soal hubungan gue ini, padahal lo yang dari awal dukung gue sama Elard," ucap Olivia.

"Gapapa kali, gue emang marah tadi, tapi cuma sebentar. Sekarang gue seneng banget," ucap Freya.

Olivia pun memeluk sang sahabat, "Makasih ya karena udah selalu dukung gue, kalau gak ada lo mungkin gue gak akan ketemu Elard," ucap Olivia.

"Pokoknya lo harus bahagia sama Tuan Elard, lo harus buktiin ke mantan br*ngsek lo kalau lo bisa bahagia," ucap Freya.

"Kenapa lo kesini dan gak ngabarin gue?" tanya Olivia.

"Ck, gue udah nyoba nelpon sama kirim pesan ke lo ya, tapi lo gak jawab yaudah gue kesini buat ketemu sama lo. Gue kesini tadi mau bilang kalau nama lo jadi trending," ucap Freya.

"Gara-gara kejadian tadi pagi ya, yang dua makhluk halus itu?" tanya Olivia.

"Kok lo tau?" tanya Freya.

"Elard udah bilang sebelumnya, dia kesini juga karena gue bisa dihubungi," ucap Olivia.

"Tuan Elard yang ngasih tau lo ternyata," ucap Freya.

"Panggil Elard saja," ucap Elard.

"Iya Tuan, eh Elard. Maaf, saya masih belum terbiasa," ucap Freya yang cukup canggung mengobrol dengan Elard.

"Tenang Freya, Elard baik kok gak kaya di berita," bisik Olivia.

"Ya lo kan pacarnya, ya jelas dia harus baik dong sama lo," bisik Freya.

"Percaya sama gue, kalau dia jahat sama lo, gue bakal kurung dia," bisik Olivia

Elard yang sejak tadi mendengar bisikan mereka pun tersenyum lalu mendekat pada Olivia dan berbisik di belakang telinga Olivia.

"Emang kamu berani kurung aku," bisik Elard.

Suara rendah Elard membuat Olivia membeku, ditambah dada bidang Elard yang mengenai punggung Olivia karena memang Elard duduk dibelakang Olivia karena Olivia tengah menghadap Freya.

Tangan Elard yang awalnya diam, berubah menjadi begitu nakal, Elard meraih pinggang Olivia lalu memeluknya dari belakang.

Freya yang melihat Elard dan Olivia pun merasa bersalah karena teringat kegiatan sang sahabat dan Elard yang tengah bercumbu mesra tadi.

'Kayaknya kedatangan gue ganggu mereka deh, tadi kan mereka lagi c*uman,' batin Freya.

"Kalian lanjutkan kegiatan kalian deh, sekarang gue pergi dulu ya. Maaf tadi gue ganggu," pamit Freya dan keluar dari ruang kerja Olivia.

Olivia hanya menatap kepergian Freya tanpa mengatakan apapun, Olivia tau jika Freya tidak nyaman berada di ruang kerja Olivia saat ini dan semua itu karena Elard.

Dengan kesal, Olivia melepaskan tangan Elard yang ada di pinggangnya, "Kamu nih kenapa sih?" tanya Olivia.

"Aku kenapa emangnya? aku cuma peluk calon istriku gak boleh ya?" tanya Elard dengan wajah sok bersalahnya.

"Tapi, ya gak pas ada Freya juga. pasti dia pergi karena gak enak sama kamu," ucap Olivia.

"Gapapa, aku emang sengaja tadi biar dia pergi aja, ayo lanjutin yang tadi," ajak Elard.

"Gak mau, aku udah males," ucap Olivia.

Elard tersenyum mendengar jawaban Olivia, ketika Olivia berdiri dan ingin meninggalkan Elard, dengan cepat Elard menarik tangan Olivia hingga Olivia jatuh tepat di pangkuan Elard.

"Lepasin, nanti kalau ada yang masuk lagi gimana," ucap Olivia.

Olivia berusaha untuk melepaskan dirinya dari pangkuan Elard, namun sayangnya tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Elard, ia hanya bisa memberontak, tapi tetap tidak bisa keluar.

"Kenapa berhenti?" tanya Elard ketika Olivia tidak memberontak lagi.

"Capek," jawab Olivia.

"Yailudah sini istirahat dulu," ucap Elard lalu menarik Olivia untuk mendekatinya dan ia sandarakan pada dada bidangnya.

Olivia yang memang sudah lelah hanya mengikuti yang dilakukan Elard, Olivia dapat mencium harum parfum Elard, Olivia begitu nyaman bersandar pada dada bidang calon suaminya itu.

'Kayaknya dadanya Albert gak sebidang dan sekeras ini deh bahkan perutnya udah mulai buncit. Lah ini, padahal ketutup kemeja sama jas, tapi aku bisa rasain kerasnya dada Elard,' batin Olivia.

"Kayaknya nanti aku bakal renovasi ruangan kamu ini," ucap Elard.

"Kenapa?" tanya Olivia.

"Karena gak ada kamar istirahatnya," ucap Elard.

"Gak usah di renovasi, lagipula aku kesini untuk kerja bukan untuk istirahat," ucap Olivia.

"Tapi gak enak, lihat sekarang kita gak bisa tidur," ucap Elard.

Meskipun enggaan untuk menjauh dari tubuh Elard, namun mau tidak mau Olivia pun menjauh dan berdiri dihadapan Elard.

"Kamu gak kerja?" tanya Olivia.

"Kayaknya hari ini aku libur deh. aku mau temenin kamu kerja," ucap Elard.

"Gak boleh, kamu balik ke kantor kamu sekarang. Aku gak mau ya punya suami yang malas-malasan," ucap Olivia.

"Aku malas-malasan gini juga, kamu gak bakal miskin kok. Aku masih bisa biayain kebutuhan kamu bahkan kamu minta apapun aku masih sanggup ngasih kamu," ucap Elard.

"Aku tau, tapi aku gak mau punya suami yang malas-malasan ngerti, jadi sekarang kamu balik ke kantor. Lagipula kita harus jaga jarak sebelum nikah, kamu jangan main nyosor-nyosor aja, kamu harus tahan, nanti malah kayak tadi kita kepergok sama Freya," ucap Olivia.

"Yaudah iya, tapi sebelum itu...," Elard menghentikan perkataannya lalu mendekati Olivia dan mengecup bibir Olivia.

"Aku balik ke kantor dulu ya sayang, nanti malam aku telepon jangan lupa diangkat," pamit Elard dan keluar dari ruang kerja Olivia sebelum mendapat amukan dari sang kekasih.

"Dasar ya, untung aja calon suami," gumam Olivia.

Meksipun kesal, tapi Olivia tersenyum dan menyentuh bibirnya yang baru saja dikecup Elard. "Gimana gak luluh coba yang deketin Elard, aku selama ini berusaha buat biasa aja sama dia, tapi kalau dia kayak gini terus pertahananku juga bakal hancur," gumam Olivia.

Sebelum Olivia melanjutkan pekerjaannya, pandangannya tertuju pada sebuah amplop yang berada di atas meja.

"Amplop apa ini? apa dari tadi ada disini? tunggu, kayaknya tadi aku lihat Elard bawa amplop deh, apa ini amplop dia terus ketinggalan ya," gunam Olivia.

Olivia memutuskan untuk menyimpan amplop tersebut, baru saja Olivia menaruh amplop tersebut pada laci meja kerjanya, Elard sudah mengirimkan pesan pada Olivia.

Amplop diatas meja itu buat kamu, aku harap kamu pertimbangkan isi dari amplop itu.

Semangat kerjanya sayang, aku sayang banget sama kamu.

"Jadi amplop itu buat aku," gumam Olivia lalu mengambil amplop yang sudah ia simpan itu dan membukanya.

.

.

.

Bersambung.....