Mantan pembunuh bayaran jadi pengasuh 4 anak mafia?
Selena Dakota, mantan pembunuh bayaran, mencoba mengubur masa lalunya dengan bekerja sebagai babysitter. Tapi pekerjaan barunya justru membawanya ke mansion Charlie Bellucci — mafia bengis yang disegani, sekaligus ayah angkat dari empat anak dengan luka masa lalu yang kelam.
Di balik peran barunya sebagai pengasuh, Selena harus berjuang menyembunyikan identitasnya. Namun semakin lama ia tinggal, semakin kuat tarikan gelap yang menyeretnya: intrik mafia, rahasia berdarah, hingga hubungan berbahaya dengan Charlie sendiri. Selena terjebak dalam dunia di mana cinta bisa sama mematikannya dengan peluru.
Bisakah Selena melindungi anak-anak itu tanpa mengorbankan dirinya… atau ia justru akan tenggelam dalam romansa terlarang dan permainan maut yang bisa menghancurkan mereka semua?
“Lakukan apa saja di sini, tapi jangan libatkan polisi.” Tegas Charlie Bellucci.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMF — BAB 30
MULAI DEKAT???
Amarah Damian memuncak tatkala wajahnya disiram air putih. “Your fucking— ”
“Kamu yang sialan, bukan aku!” kata Selena dengan tatapan santai melipat kedua tangannya di depan perut. Sementara Damian menatap marah, mengusap wajahnya yang basah dan kembali duduk dengan emosi tertahan.
“Kau tahu, jika Charlie yang melihatmu, maka dia akan menyiram wajahmu dengan alkohol.” Tegas Selena saking kesalnya dan bingung harus merubah si Damian bagaimana.
“Aku lebih suka dia melakukannya, atau jika perlu bunuh saja aku.” Kata Damian dengan enteng sehingga Selena menatapnya lekat.
“Kau begitu biarkan aku saja yang membunuhmu, now! (sekarang)!” kata Selena yang langsung bergerak cepat mengarahkan kunci ke leher Damian, dimana pria itu langsung berdegup kencang dan sedikit condong kebelakang saat hendak menghindar.
“Oh... fuck..” Napasnya memburu hampir mati.
Selena menyeringai kecil melihat wajah panik Damian yang hampir kena tusukan tadi. “Hilangkan ketakutan di wajahmu sebelum kau mengatakan ingin mati.” Kata Selena yang kembali berdiri dan mulai mencari-cari sesuatu— sebuah kotak obat yang mungkin hanya ada beberapa perlengkapan obat-obatan saja di sana.
“Kau wanita gila!”
“Kadang iya, kata tidak. Tergantung dengan siapa aku berurusan!” kata Selena yang masih tersenyum hingga dia menarik kursi kayu dan duduk berhadapan dengan Damian.
“Apa yang kau lakukan? Singkirkan tanganmu.“ Kesal Damian yang berkerut alis saat Selena hendak menyentuh dagunya untuk pengobatan.
Dengan sedikit kasar, Selena langsung mencengkam rahang tegas Damian sehingga pria itu langsung tegang. “Jika tidak mah memikirkan orang lain atau dirimu sendiri, setidaknya jangan menyusahkan orang-orang di sekitarmu. Itu adalah cara gentleman.” Jelas Selena sembari sibuk membersihkan luka di pelipis dan tulang pipi Damian.
Wajah mereka sangat dekat, Damian menatap lekat Selena seolah dia tak pernah diperhatikan seperti itu. Sedangkan Selena sendiri tidak ada niat lain selain mengobatinya dan memberinya ceramahan kecil.
“Aku yakin ini hanya akal-akalan mu saja. Kau berhasil mencuri hati ketiga saudaraku, tapi aku tidak akan terpengaruh.” Kata Damian hingga Selena menatap lekat dengan mata silvernya yang indah. Tentu saja pria itu langsung terdiam menatap nya balik.
“Jika aku melakukan itu, maka sudah kulakukan sejak pertama kali. Hanya dengan kekerasan saja, kalian akan menuruti ku. Tapi aku ingin jalan yang lebih tenang dan damai. Akan aku beritahu sesuatu— ” kata Selena yang mulai berdiri usai mengobati luka Damian.
“Waktuku tinggal 1 hari, jika aku gagal merubah kalian, maka kalian akan mati. Jika kau masih punya hati, maka pikirkanlah soal Alma, Miles dan Clara. Mereka tidak seharusnya mendapatkan kematian itu hanya karena keegoisan mu.”
Ucapan Selena membuat Damian berkerut dan menatap penuh tanya. Hingga Selena pamit pergi dengan santai seperti biasa. “Istirahat dan bersihkan dirimu. Alkohol mu sangat menyengat.” Kata Selena yang langsung menutup pintu kamar itu dan meninggalkan Damian yang sendirian.
Sungguh, pria itu mengumpat kecil dan menyeringai miris.
...***...
Sementara di halaman mansion, Charlie tengah duduk bersama Han sambil berunding soal bisnis. Sementara Isabelle? Wanita itu sibuk bersenang-senang di luar saat jam kerjanya sudah usai.
“Para polisi itu masih ingin mencaritahu soal kita Tuan. Aku berpikir untuk menghabisi mereka yang berpatroli di sekitar pelabuhan.” Ujar Han yang tak bisa sabaran.
Charlie menyeringai kecil seraya menghisap rokoknya santai. “Biarkan saja, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Bagaimana soal pabrik kita yang akan beroperasi?” tanya Charlie.
“Semuanya masih terkendali. Isabelle akan mengurus soal surat legalnya.” Jelas Han yang selalu membuat Charlie puas akan hasil kerjanya.
Pria itu terdiam cukup lama, hingga dia mengingat akan Selena Dakota. “Nikolai Draven sudah kembali. Pria itu akan membuat onar lagi, pantau pergerakan anak buahnya.”
“Saya mengerti Tuan. Bagaimana soal keempat anak angkat Anda?”
“Selena akan mengurusnya, hanya tinggal satu hari maka aku akan tahu hasilnya.” Kata Charlie meneguk minumannya.
“Apa Anda yakin ingin menghabisi mereka? Selama ini Anda memikirkan soal keselamatan mereka daripada membunuhnya.” Kata Han menatap bosnya dengan serius.
Pria tampan berkemeja hitam itu terdiam menatap lurus. “Yeah. Tapi sekarang biarkan keberuntungan yang memutuskannya lagi.” Kata Charlie beranjak dari duduknya seraya menepuk pundak Han yang masih duduk.
“Luangkan jam santai mu untuk bersenang-senang, mungkin dengan seorang wanita. Dan istirahat lah.” Kata Charlie kepada asisten setianya itu sebelum akhirnya dia benar-benar masuk ke ruang mewahnya.
Han sendiri tak tahu harus mencari wanita seperti apa yang cocok untuk ditiduri olehnya. Sudah berapa kali bosnya menyuruhnya untuk santai bersama wanita, namun menemukan wanita yang dia inginkan sangatlah sulit.
Berjalan ke arah ruangannya, Charlie menghentikan langkahnya saat dia akhirnya mengurungkan dirinya dan memilih pergi ke ruang perapian. Di sana, dia menatap api, kobaran api yang sama seperti kecelakaan yang dia alami. Suara tangis Alma saat itu memecahnya.
Charlie langsung menoleh ke belakang saat dia merasakan adanya' seseorang. Dan benar saja, dia melihat Alma si gadis kecil itu berdiri menatap nya sambil membawa segelas air putih yang dia ambil sendiri di saat para pelayan sudah berada di mess mereka.
“Ini sudah malam, kenapa kau masih berkeliaran?” tegas Charlie.
Anak itu menatap ke arah gelas yang dia bawa lalu kembali menatap Charlie. “Kenapa kau tidak tidur? Apa kau suka dengan api?” tanya anak itu yang kini membuat Charlie akhirnya duduk di sofa singel.
Bukannya pergi, Alma meletakkan gelas berisi air tadi di atas meja, lalu dia berjalan menghampiri Charlie. “Boleh aku duduk?” tanya nya.
Pria itu menatapnya lekat dan tak bisa menolaknya. “Hm, duduklah.”
Alma tersenyum kecil lalu duduk di kursi samping Charlie. Memandang ke arah Charlie dengan sangat jelas. “Tuan Charlie! Apa kami anak yang tidak baik setelah kau mengadopsi kami?” tanya Alma yang membuat Charlie terdiam.
Pria itu seolah tak bisa berkata-kata. “Kenapa kau berpikir seperti itu?”
Alma menggeleng dan tak berani mengatakan soal hukuman Selena. Anak itu tersenyum tulus dan menatap Charlie yang kini menatapnya. Pria itu terlihat kebingungan saat hanya ada hening diantara mereka, hingga dia berulang kali menatap lurus lalu menoleh ke Alma.
“Ba-Bagaimana sekolah mu?” tanya Charlie sedikit gugup.
“Menyenangkan! Apalagi setiap pulang sekolah, Selena selalu mengajakku jalan-jalan sebentar! Dia bilang untuk menenangkan otak setelah belajar!” kata Alma tersenyum kecil.
Mendengar tii Charlie mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dia benar.” Kata Charlie yang tak tahu harus mengekspresikan wajahnya bagaimana, dia terlalu kaku apalagi saat dekat dengan Alma.
“Kau tidak ingin menikah dengan Selena? Dia akan menjadi ibu yang baik!”
“Ya. Mungkin aku akan melakukannya!” balas Charlie menoleh dengan senyuman kecil dan membuat Alma ikut senang mendengarnya.
“Aku akan memberitahu mu sesuatu tentang Selena sebelum kamu menikahinya. Tapi ini rahasia kita berdua!”
Ucapan itu membuat rasa penasaran Charlie bertanya-tanya dan berkernyit kening. “Apa?”
Alma mendekat ke telinga nya. “Selena suka dengan warna polkadot!” kata Alma.
“Sungguh? Apa dia mengatakannya?”
Alma mengapa Charlie dan tersenyum lebar. “Tidak! Tapi aku melihatnya sendiri saat di kamar mandi. Celana dalam Selena polkadot, lalu dia bilang, dia suka polkadot!” anak itu terkekeh kecil hingga Charlie yang mendengarnya pun terheran namun menikmati perbincangan itu hingga dia menyeringai kecil.
best thooooorrrr👏👏👏👏👏👏