NovelToon NovelToon
KISAH CINTA YASMIN DAN ZIYAD

KISAH CINTA YASMIN DAN ZIYAD

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter Genius / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Kisah Seorang Gadis bernama Yasmin yang baru pindah ke desa, setelah coba tinggal di kota dan tidak nyaman, dia tinggal di rumah sang nenek, Yasmin seorang gadis yang mandiri, ceria diluar, namun menyimpan sebuah duka, bertemu dengan Ziyad seorang dokter muda yang aslinya pendiam, tidak mudah bergaul, terlihat dingin, berhati lembut, namun punya trauma masa lalu. bagaimana kisahnya.. sedikit contekan ya.. kita buat bahasa seni yang efik dan buat kita ikut merasakan tulisan demi tulisan..

yda langsung gaskeun aja deh.. hehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Bab 10

Malam itu, udara di dalam rumah Ziyad seakan membeku. Dinding bambu yang biasanya hanya jadi saksi bisu kehidupan sederhana, kini menggema oleh suara napas tersengal-sengal seorang ibu yang bertarung dengan ajal. Lampu minyak di meja kecil bergoyang diterpa angin, memantulkan bayangan muram ke seluruh ruangan.

Ziyad berjongkok di sisi ranjang, kedua tangannya menggenggam tubuh ibunya yang dingin. “Ibu, jangan pergi… jangan tinggalkan aku, Bu,” ucapnya lirih dengan suara pecah.

Matanya sembab, wajahnya pucat, dan jiwanya hancur. Ia bukan lagi lelaki kokoh yang terbiasa menahan badai hidup. Malam itu, ia hanyalah seorang anak yang ketakutan kehilangan satu-satunya pelindung yang tersisa.

“Air… aku butuh… air…” bisik ibunya dengan suara parau.

Ziyad buru-buru meraih mangkuk di meja, namun tangannya gemetar sehingga sebagian air tumpah. “Minumlah, Bu, pelan-pelan. Aku di sini. Aku tidak akan ke mana-mana,” ucapnya dengan nada panik.

Namun bibir ibunya hampir tak mampu menelan. Napasnya tersendat, dadanya naik turun dengan berat. Ziyad mengguncang tubuh itu dengan hati-hati. “Bertahan, Bu. Tolong bertahan,” ucapnya putus asa.

Yasmin yang sejak tadi ada di sana ikut menangis, tangannya gemetar saat mengusap kening sang ibu dengan kain basah. “Bu, jangan menyerah. Ziyad butuh Ibu. Kami semua butuh Ibu,” ucapnya lirih dengan suara bergetar.

Air matanya jatuh membasahi pipinya, namun ia tetap bertahan di samping ranjang.

***

Namun, kondisi ibunda Ziyad makin buruk. Bibirnya membiru, jemarinya dingin seperti es. Ziyad memeluk tubuh renta itu sambil berteriak. “Tolong! Ada siapa pun di luar? Tolong Ibu aku!” ucapnya parau dengan suara serak.

Tetapi malam terlalu sunyi. Tidak ada jawaban selain suara jangkrik dan desir angin.

Yasmin panik, menoleh ke arah pintu. “Aku akan cari bantuan. Aku tidak bisa diam saja,” ucapnya tegas.

Ziyad menoleh cepat, matanya basah. “Jangan pergi! Aku tidak bisa hadapi ini sendirian,” ucapnya putus asa.

Yasmin menggenggam lengannya. “Aku akan kembali. Aku janji. Kau jaga Ibumu dulu,” ucapnya dengan nada yakin.

Ia berlari ke luar rumah dengan air mata masih mengalir. Kakinya berlari di jalan setapak yang gelap, jantungnya berdegup kencang. Ya Allah, selamatkan beliau. Selamatkan Ziyad dari kehilangan, batinnya berdoa.

***

Ridho yang kebetulan masih berada di desa mendengar langkah tergesa itu. Ia segera menghadang Yasmin di tengah jalan. “Yasmin? Kenapa kau berlari sambil menangis?” tanya Ridho panik.

“Ibu Ziyad! Keadaannya kritis. Tolong, Ridho, aku tidak tahu harus bagaimana,” ucap Yasmin terbata dengan air mata mengalir deras.

Tanpa pikir panjang, Ridho meraih tangannya. “Ayo, kita kembali bersama. Aku akan membantumu,” ucapnya tegas.

Mereka berlari menuju rumah Ziyad. Yasmin terisak sepanjang jalan, sementara Ridho berusaha menenangkan.

***

Di dalam rumah, Ziyad masih memeluk ibunya erat. Bahunya bergetar, suaranya pecah. “Ibu, buka mata Ibu… jangan tinggalkan aku,” ucapnya lirih dengan isak tertahan.

Ketika pintu terbuka, Yasmin dan Ridho masuk tergesa. Ridho segera menghampiri ranjang, membantu memapah tubuh ibu Ziyad agar bisa bernapas lebih lega.

“Angkat sedikit kepalanya, biar jalan napas terbuka,” ucap Ridho cepat.

Ziyad menoleh dengan wajah merah, matanya membara. “Jangan sentuh Ibu aku!” ucapnya keras.

Yasmin kaget, memegang lengan Ziyad. “Dia hanya ingin membantu, Ziyad. Biarkan Ridho menolong,” ucapnya memohon.

Ridho tetap tenang meski tatapan Ziyad menusuk. “Aku tidak punya niat merebut siapa pun, Ziyad. Aku hanya ingin menyelamatkan ibumu,” ucapnya dengan nada tegas.

Ziyad menggertakkan gigi, namun tangannya melemah. Ia akhirnya menunduk, air mata jatuh di pangkuannya. “Lakukan apa saja. Asal Ibu selamat,” ucapnya lirih dengan suara patah.

***

Ridho membantu memapah, Yasmin mengusap pelipis ibu dengan ramuan yang dibawanya. Wajah mereka semua tegang. Ibu Ziyad terengah-engah, namun perlahan matanya terbuka sedikit.

“Ziyad…” panggilnya dengan suara lemah.

Ziyad segera menggenggam tangan ibunya. “Ibu, aku di sini. Jangan tinggalkan aku, Bu,” ucapnya terisak dengan suara serak.

Wanita tua itu tersenyum samar meski napasnya berat. “Nak… jangan keras kepala lagi. Hidup bukan hanya tentang menahan sakit sendirian,” ucapnya lirih.

Ziyad menangis semakin keras. “Aku tidak kuat, Bu. Aku tidak sanggup kehilangan lagi,” ucapnya dengan suara pecah.

Ibunya menggeleng pelan. “Kau harus berani bahagia… meski harus membuka hatimu untuk orang lain,” ucapnya lirih dengan senyum samar.

Matanya kemudian menoleh ke arah Yasmin. Jemari lemah itu meraih tangan Yasmin dan menggenggamnya. “Kau… jangan tinggalkan dia… dia mem.. butuh..kanmu,” ucapnya lirih.

Air mata Yasmin jatuh deras. Ia menggenggam tangan itu erat. “Aku tidak akan pergi, Bu. Aku janji akan tetap ada,” ucapnya tulus dengan suara gemetar.

***

Namun keheningan itu pecah lagi ketika napas sang ibu kembali tersendat. Dadanya naik turun cepat, wajahnya semakin pucat. Yasmin panik, Ridho mencoba menstabilkan posisi tubuh, dan Ziyad menjerit histeris.

“Tidak! Jangan pergi, Bu! Jangan tinggalkan aku! Aku mohon!” ucapnya parau dengan teriakan putus asa.

Isak tangis memenuhi ruangan. Yasmin menutup mulutnya, menangis tersedu. Ridho pun menunduk, menahan haru.

Tubuh Ziyad bergetar hebat, air matanya mengalir tanpa henti. “Ya Allah, selamatkan Ibu aku. Jangan ambil beliau dariku,” ucapnya lirih dengan suara pecah.

Malam itu, rumah kecil itu bergema oleh tangisan, doa, dan kepanikan. Tidak ada kepastian apakah sang ibu akan bertahan atau menyerah pada maut. Yang ada hanyalah isak yang membelah malam, menorehkan luka dalam di hati semua yang ada di sana.

Bersambung…

1
Nadhira💦
endingnya bikin mewek thorrr...
Babah Elfathar: Biar ga sesuai sangkaan, hehehe
total 1 replies
Amiura Yuu
suka dg bahasa nya yg gak saya temukan dinovel lain nya
Babah Elfathar: mkasi jangan lupa vote, like dan subscribe ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!