Bagi Zain, Zara adalah tambang emasnya namun bagi Zara, Zain adalah malaikat pelindungnya. Hubungan mereka yang saling menguntungkan namun tersimpan banyak misteri berupa kebohongan dan pengkhianatan.
Permainan Zain akhirnya berakhir setelah Zara mengetahui bahwa pria yang mencintainya selama ini ternyata hanya seorang penipu yang mengincar hartanya saja namun tidak dengan Zain yang harus berjuang keras untuk meyakinkan Zara kalau dirinya telah berubah dan mencintai Zara dengan tulus.
"Apakah Zara akan menerima begitu saja ketulusan cinta Zain padanya? rahasia apakah yang membuat Zara menggugat cerai Zain? ikuti kisah cinta mereka berdua...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Masih Ada Harapan
"Kenalkan istri gue, bro..!" Zain memperkenalkan Zara pada sahabatnya Vino yang merupakan dokter ahli bedah syaraf. Vino cukup kaget melihat istri sahabatnya itu.
"Vino."
"Zara."
"Apakah kamu gila menikahi seorang bocah, Zain?" Vino mengamati wajah Zara yang terlihat sangat cantik.
"Tidak juga. 18 tahun cukup matang bagi wanita usianya. Aku sudah sudah menceritakan banyak hal tentang istriku padamu, bukan?" Vino mengingat sesaat percakapan diantara dirinya dan Zain yang mengatakan jika Zara memiliki kemunduran berpikir.
"Baiklah. Untuk lebih jelasnya kita harus melakukan proses pemeriksaan yang lebih mendalam. Biarkan timku yang membantu istrimu melewati setiap tahapan pemeriksaannya." Vino memanggil asistennya untuk melakukan pengecekan fisik Zara.
"Jadi apa tugasmu selanjutnya untuk kondisi istriku?" tanya Zain yang tidak sabaran ingin mengetahui keadaan Zara sebenarnya.
"Sabar bro...! Kita akan tunggu hasilnya satu jam lagi dan aku akan menjelaskan kepadamu setelah melihat laporan medisnya. Semoga Zara masih punya harapan untuk hidup normal. Lalu bagaimana dengan perusahaanmu?" tanya vino saat mereka sedang menunggu Zara dalam tahapan medical check up.
"Alhamdulillah sejauh ini masih bisa berhasil diselamatkan. Banyak investor dari perusahaan Zara yang juga tertarik untuk tanam saham di perusahaanku," jelas Zain.
"Syukurlah. Semoga kembali sukses dan berkibar. Ngomong-ngomong bagaimana hubunganmu dengan Celin?" Vino sedikit berbisik pada Zain yang hanya mengangkat kedua bahunya seakan dia enggan untuk memberi jawaban atas pertanyaan Vino. Vino menepuk lengan Zain yang mungkin ingin merubah haluan hidupnya setelah bertemu dengan Zara.
"Zain, apakah kamu siap jika Zara akan berubah begitu dia menjadi wanita normal dengan akal yang sehat yang mungkin akan mengejar ketinggalannya terutama di bidang ilmu pengetahuan?" tanya Vino.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu, Vino?" kali ini zian bertanya serius tidak sesantai diawal mereka ngobrol.
"Aku yakin kalau Zara sembuh akan berubah total. Ia tidak mungkin mengandalkan lo untuk mengelola perusahaan almarhum ibunya. Dia akan berjuang untuk bersaing di dunia bisnis dengan otaknya cemerlang. Aku yakin itu. Bisa jadi dia yang akan menyingkirkan Lo sebelum lo ingin meninggalkan dua terlebih dahulu," ucapan Vino membuat Zain terhenyak.
Ia memejamkan matanya membayangkan bagaimana percintaan mereka semalam yang membuatnya ketagihan untuk melakukannya lagi dan lagi.
"Apakah aku sanggup meninggalkan dia?" batin Zain melihat ke arah pintu di mana Zara sudah menyelesaikan tahap pemeriksaannya.
"Om Zara lapar," keluh Zara seperti anak kecil membuat Vino membulatkan matanya mendengar panggilan yang disematkan Zara pada sahabatnya itu.
"Om...?" Vino hampir tergelak namun tatapan Zain yang tajam menghentikan rasa gelitiknya.
"Iya sayang, kita akan cari makan dulu." Zain minta ijin pada Vino dengan hanya menatap pria tampan itu. Vino mengangguk.
"aku akan segera kabarkan hasilnya lewat email Lo. Selamat bersenang-senang," ucap Vino kemudian. Zara mengangguk hormat pada Vino.
Keduanya berjalan saling bergandengan. Kelihatan lebih mesra dan lebih intim. Saling bercanda dan mencubit mesra. Mungkin urusan kasur yang menjadi jembatan kedekatan mereka seperti saat ini.
Tiba di restoran, Zara menceritakan pemeriksaan apa saja yang ia lewati. Zain mendengarkannya dengan baik karena setiap penyampaian Zara menjadi poin penting baginya untuk mengubah wanitanya menjadi wanita mandiri dan berkarakter kuat tanpa ada lagi bully an yang ia dengar saat dirinya mengambil rapot kenaikan kelas istri kecilnya itu.
...----------------...
Di kamar hotel, Zara terlihat malas-malasan menscroll media sosial yang menayangkan beberapa tayangan hiburan. Baginya saat ini adalah permainan suaminya yang menyenangkan tubuhnya. Sayangnya Zain saat ini sedang sibuk dengan pekerjaannya dan memintanya untuk tidak diganggu.
"Apakah harus tidur saja? Om suami sangat membosankan," gumam Zara lalu mematikan ponselnya.
Di sudut kamar, Zain menerima telepon dari Vino yang mengabarkan jadwal operasi yang akan dilakukan Zara.
"Bro, istri Lo punya harapan untuk bisa sembuh. Jadwal operasinya lusa, apakah kalian siap?" tanya Vino.
..."It's ok...! No problem. Aku akan bicarakan dengan Zara," ucap Zain lalu mengakhiri obrolannya....
"Sayang. Apakah kamu sudah tidur?" tanya Zain membelai lembut pipi tirus Zara yang langsung membuka matanya.
"Belum. Apakah kita akan main?" tanya Zara girang.
"Jangan dulu sayang. Kamu harus bersiap-siap untuk melakukan operasi lusa nanti. Operasi otak," ucap Zain dan Zara memegang bagian kepalanya.
"Apakah kepala Zara akan dibelah?" Zara kelihatan ketakutan.
"Dokter lebih paham untuk tindakan medisnya. Aku tidak bisa menjelaskan dengan bahasa yang biasa karena aku sendiri tidak paham cara kerja mereka. Kamu cukup mempersiapkan dirimu dan selebihnya serahkan pada dokter dan Allah," nasehat Zain bijak.
Zara sebenarnya kurang paham dengan apa yang dilakukan suaminya. Namun untuk menyenangkan malaikat pelindungnya ia menuruti semua permintaan Zain.
"Ok om suami, Zara insya Allah siap. Pasti om suami lakukan semua ini untuk kebaikan Zara. Terimakasih ya, i love you," Zara mendaratkan kecupannya ke kedua pipi Zain penuh sayang.
Zain sebenarnya merasa terharu namun gengsinya lebih tinggi untuk memperlihatkan empatinya itu pada Zara.
Waktu yang dinantikan akhirnya tiba. Zain menemani Zara melakukan operasi pada otak gadis itu. Sebelum masuk ke ruang tunggu, Zain mencoba menenangkan Zara yang terlihat gelisah.
"Apakah kamu gugup sayang?" tanya Zain mengamati wajah Zara yang cukup tegang walaupun gadis itu berusaha tersenyum padanya.
"Sedikit. Bukankah Zara tidak akan merasakan apapun nantinya kalau sudah dibius oleh dokter?" tanya Zara.
"Iya sayang. Aku bangga padamu. Kamu wanita hebat dan kuat. Setelah operasi sikap kamu akan berubah. Kamu akan tahu banyak hal dan lagi tulalit. Kamu akan berpikir dewasa sesuai dengan usiamu," jelas Zain.
"Apakah om suami merasa kerepotan berhadapan dengan Zara? "tanya Zara merasa minder dengan ucapan Zain.
"Sejujurnya ya. Zara tidak bisa langsung menangkap setiap penjelasanku karena pikiran Zara... -"
"Maksudnya kalau ngomong tidak nyambung, gitu?" tukas Zara dan Zain terkekeh.
"Iya sayang begitulah. Makanya biar nyambung harus dioperasi," ucap Zain membelai kepala Zara lalu mencium kening Zara lembut.
Entah mengapa ia sangat kuatir dengan operasi ini. Bukan tingkat keberhasilannya nanti tapi takut kalau Zara akan meninggalkannya. Padahal jika Zara meninggal mungkin dirinya akan menjadi duda kaya raya. Namun mengingat Zara yang sangat tulus mencintainya dan menganggap dirinya adalah malaikat pelindungnya membuat Zain berusaha untuk mengobati Zara agar cepat sembuh.
"Nona Zara, apakah anda sudah siap?" tanya dokter Vino saat memasuki kamar Zara.
"Insya Allah, siap dokter," Zara tersenyum dan dokter Vino meminta timnya untuk mendorong brangkar Zara menuju kamar operasi.
"Doakan Zara ya om...!" pinta Zara yang masih menggenggam tangan suaminya yang mengantarnya sampai depan pintu kamar operasi.
"Pasti sayang," ucap Zain melepaskan tangannya Zara yang tersenyum padanya.
"Ya Allah. Aku bukan hambaMu yang Sholeh tapi aku mohon mudahkan operasi istriku dan berilah dia kesembuhan," gumam Zain yang akhirnya menangis juga.
aq pembaca setia author
duh zara seharusnya berfikir jernih kl zain g suka n g sayang sama kamu. nggak mgkin dya mau berusaha mengobati operasi kamu
penasaran dg kehidupan zara selanjutnya