Transmigrasi Menjadi Ibu Muda Yang Tangguh

Ternyata Adelle mengajak mereka semua pergi ke sebuah resort di tepi pantai dengan pemandangan yang benar-benar memanjakan mata.

Atlanthea Resort, terpampang sangat besar di depan pintu masuk. Walau mereka datang malam hari, tapi masih ramai orang menikmati pemandangan diluar.

Adelle segera memesan sebuah kamar dengan extra bed. Sebab Esme mengatakan tidak mau tidur sendiri. Jadi mereka akan tidur di kamar yang sama dengan ranjang berbeda.

Mungkin karena kelelahan mereka semua sudah tidur di ranjang masing-masing. Sedangkan Adelle matanya terasa masih segar meskipun jarum jam sudah menunjukkan waktu tengah malam.

Ia memutuskan berjalan-jalan sebentar di pantai untuk mencari rasa kantuk. Sebuah kebiasaan yang dulu sangat sering dilakukan Isabelle. Ketika pemotretan dan ia tidur di tempat yang baru, ia pasti akan berjalan-jalan lebih dulu.

"Tuhan, kalau bisa aku ingin bertemu dengan David". Katanya saat kakinya keluar dari kamar.

Isabelle memang sengaja memilih pergi kesini sebab ini adalah salah satu resort milik David. Dan dulunya, David seringkali mengajak Isabelle ketempat ini sebab pantainya yang memang terkenal indah.

Adelle menatap ombak yang bergulung jauh di sana. Suara deburan nya membuat Adelle merindu. Entah apa yang ia rindui, tapi yang pasti seperti sesuatu yang tidak bisa digapai lagi.

Beberapa orang masih terlihat di tepi pantai. Ada yang sendiri bahkan berdua. Mungkin mereka sama seperti dirinya yang tidak bisa tidur di tempat yang baru. Pikir Adelle.

Kakinya melangkah lebih jauh lagi. Mendekati sebuah kastil buatan yang terlihat megah. Tulisan Atlanthea yang berhiaskan lampu warna putih sudah nampak di depan matanya.

"Kenapa aku pergi sejauh ini ?". Gumam Adelle bingung sendiri. Udara dingin mulai menusuk kulit nya. Bodohnya kenapa tadi tidak memakai mantelnya.

Banyak hal yang Adelle pikirkan. Ia terus berjalan tanpa melihat arah depan hingga langkahnya terhenti karena menabrak sesuatu.

Rupanya ia menabrak punggung kokoh yang berdiri di hadapannya.

'Bodoh. Kenapa aku sampai tidak tau ada orang Sebesar ini berdiri. Haduh malu sekali rasanya'. Gumam Adelle merutuki kecerobohan nya.

Sosok itu berbalik badan, dan Adelle seketika terkejut saat melihat nya.

'David''.

Mulutnya reflek ingin menyebut nama itu. Tapi otaknya segera menghentikannya. Jadi mulutnya hanya sedikit terbuka tanpa ada kata.

"Kau berjalan sambil melamun ?" Tanya David.

'Tuhan, ini benar-benar suara yang aku rindukan'. Kata Adelle bersorak dalam hati.

"Iya. Maaf Tuan aku tidak melihat mu. Aku yang salah". Jawab Adelle menundukkan sedikit tubuhnya.

David mengerutkan keningnya. Tatapan mata itu, seolah David sering melihatnya.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya ?" David bertanya untuk memastikan sesuatu yang terbersit dalam benaknya. Sebab rasanya ia begitu mengenal wanita dihadapannya ini. Tapi David mencoba mengingat nya, tetapi tetap tidak tau.

"Mungkin belum. Ini pertemuan pertama kita". Jawab Adelle tenang meskipun jantung nya berbedar sangat keras.

"Benarkah ? Aku seperti tidak asing dengan mu". Balas David lirih.

Adelle tersenyum kecil. Rupanya, perasaan cinta dihati Adelle perlahan-lahan mulai terkikis. Apa seandainya ia menjalin hubungan dengan David....

Ah tidak tidak. Adelle segera menyingkirkan pikiran itu. Tidak mungkin ia bisa bersama David lagi dengan keadaan nya yang menjadi Adelle.

David, seorang pewaris semata wayang tidak mungkin bersama nya yang kelak berstatus janda anak dua.

"Sedang apa disini ? Apa kau menginap di resort itu ?" Tanya David setelah mereka terdiam beberapa saat.

"Oh iya. Aku menginap disana. Aku sedang berjalan-jalan agar cepat mengantuk. Aku seringkali tidak bisa tidur jika berada di tempat yang baru". Kata Adelle.

David menatap lekat Adelle. Ucapan wanita itu mengingatkan nya pada Isabelle.

"Ayo kita duduk disana. Aku akan menemanimu". Kata David menunjuk sebuah bangku panjang di depan kastil.

Adelle bingung harus setuju atau menolak. Jujur di dalam hatinya ada sedikit kekecewaan mengapa David sangat baik pada perempuan lain.

Sebab setau nya, David adalah pria dingin kepada semua wanita. Kecuali Isabelle. Apa karena kini Isabelle sudah tiada jadi David ingin segera mencari pengganti ?

Kenapa memikirkan itu membuat Adelle tidak terima. Padahal kenyataannya, hanya padanya saja David bicara. Pada jiwa Isabelle maupun Adelle yang menarik perhatian nya. Bukan wanita lain.

"Apa kau juga tidak bisa tidur ?" Adelle memulai pembicaraan.

"Iya. Aku merindukan kekasih ku". Jawab David tanpa menoleh. Ia menatap ombak yang bergulung kemudian pecah dan begitu seterusnya.

"Kemana dia ? Tidak ikut ?" Pancing Adelle. Ia ingin tau lebih dalam lagi.

"Dia sudah tiada. Sudah hampir dua bulan. Tapi aku tidak bisa melupakannya". Jawab David. Dan Adelle bisa melihat setitik air lolos dari matanya namun segera dihapus oleh pria itu.

Adelle memegang dadanya. Melihat David yang nampak rapuh, membuatnya sakit juga.

"Maafkan aku. Aku tidak tau. Sepertinya kau sangat mencintai nya hingga terpukul atas kepergian nya". Kata Adelle lagi.

Kini David menatap Adelle. "Iya, aku sangat mencintainya. Aku bekerja keras agar bisa meraih kesuksesan dan menikahinya. Tapi dia malah meninggalkan ku". Kata David dengan senyum kepedihan. Matanya pun berkaca-kaca.

Entah keberanian dari mana, Adelle menepuk punggung David seolah menenangkan nya.

Dan David tiba-tiba saja tersedu. Ia merendahkan punggungnya, bertumpu pada lutut. Ia keluarkan segala sesak yang menghimpit dadanya. Juga rindu yang tidak tersampaikan.

"Isabelle". Ucapnya lirih di akhir tangisannya.

Adelle pun juga menangis. Tapi ia tahan suaranya. Ia juga segera menghapus air matanya agar tidak terlihat oleh David.

"Maaf aku jadi menangis seperti ini. Kau datang untuk menikmati pemandangan malah melihat ku begini. Sangat konyol". Kata David duduk kembali setelah melepas beban nya.

'Kaulah pemandangan indah itu, Dav'.

"Tidak masalah. Aku juga senang berada disini. Aku tidak keberatan sama sekali. Meskipun kau pria, menangis tidak dilarang kan ?".

Sekali lagi, David terpaku pada kata-kata Adelle.

'Kalau kau sedih atau marah ya menangis saja jangan ditahan. Pria menangis kan tidak dilarang'

Ia mengingat saat Isabelle mengomel padanya dulu. David menggelengkan kepalanya. Ia pastikan, dihadapannya ini bukanlah Isabelle. Meskipun wanita ini cantik, tapi dia bukan Isabellenya.

"Oyah, siapa namamu ?" Tanya David.

"Adelle. Namaku Adelle, Tuan David". Jawab Adelle.

"Kau tau aku ?"

"Tentu. Tapi aku baru mengingat nya". Jawab Adelle dengan senyum manisnya.

Mereka mengobrol lagi. David bertanya dengan siapa ia kemari dan Adelle mengatakan dengan kedua anaknya.

David tidak menyangka kalau wanita ini seorang ibu muda.

"Ayo kita masuk. Udara nya semakin dingin". Ajak David.

Adelle menyetujui nya, sebenarnya sedari tadi ia sudah menggigil.

Tiba-tiba David melepas mantelnya dan menyerahkan nya pada Adelle.

"Pakailah ini. Besok lagi jika keluar gunakan mantel. Kau harus jaga kesehatanmu untuk anak-anakmu". Kata David.

Adelle menerimanya. Kemudian memakainya.

Mereka berjalan bersama kearah resort kemudian berpisah di depan lobi dengan tujuan yang berbeda.

Saat Adelle akan mengembalikan mantelnya, David menolak. Anggap saja sebagai hadiah karena Adelle menginap di resort nya.

Yang pada nanya kapan ini Adelle cerai. Sabar ya bestie, tunggu dulu. Kalau dibikin cerai sekarang nanti ceritanya selesai dong. Tunggu sebentar lagi, kita menguak dulu beberapa kasus.

Makasih yang udah komen dan like. Othor itu seneng banget tau kalo ada yang komen. Semua masukan akan othor tampung sesuai request kalian jika itu tidak melenceng dari alurnya.

Pokoknya banyakin dukungan nya, biar othor juga semangat up nya.

Semoga teman-teman semua sehat selalu. Love banyak-banyak 🥰