Giani Fifera adalah gadis yang tak pernah mengenal dunia luar. Sejak kecil ia hanya belajar dari rumah, tak pernah mengenal dunia luar seperti kebanyakan gadis seumurannya.
Saat orang tuanya meninggal, Giani tinggal berdua dengan kakaknya Geraldo. Giani bahagia karena kakaknya itu sangat menyayanginya. Namun suasana damai di rumah mereka berubah menjadi neraka semenjak kakaknya menikah dengan Finly Prayunata, anak salah satu konglomerat di Indonesia.
Finly punya selingkuhan. Dan selingkuhannya itu adalah anak angkat papanya. Seorang pria bule keturunan Spanyol-Inggris.
Giani tahu kalau kakaknya sangat mencintai istrinya sekalipun sudah tahu kalau istrinya itu punya selingkuhan. Giani pun bertekad merebut dan menikahi selingkuhan kakak iparnya. Dan untuk bisa melakukan itu, Giani harus merubah penampilannya dari gadis lugu, menjadi gadis dewasa dengan gaya yang sedikit menggoda.
Berhasilkah Giani merebut selingkuhan kakak iparnya itu? Berhasilkah Giani membahagiakan kakaknya Geraldo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Spanyol (part 3)
Jam setengah sepuluh, Giani dan Jero sudah berada di rumah mewah milik Girasol Mendes.
Giani langsung diajak Sarah ke dapur dan Jero langsung masuk ruang kerja Girasol untuk tanda tangan kontrak kerja sama.
"Berapa usiamu, nyonya Dawson?" Tanya Sarah di sela-sela kegiatan memasak mereka.
"20 tahun."
"Sudah ku duga. Kau terlihat sangat muda. Namun aku kagum padamu, kau bisa tampil menarik sehingga suamiku langsung setuju untuk kerja sama. Pada hal ia biasanya tak langsung memberi jawaban. Aku pikir itu karena kamu."
Giani mengerutkan dahinya. "Maksudnya?"
"Aku yakin kau tahu dengan tatapan mata suamiku yang sedikit liar padamu. Dia memang menyukai gadis muda. Apalagi yang masih polos sepertimu."
"Kau tidak cemburu?"
"Untuk apa cemburu?"
"Memangnya kau tidak mencintai suamimu?"
Sarah tersenyum. "Aku menikah dengannya karena terpaksa. Ayahku punya hutang dan tak bisa melunasinya. Lalu aku dijadikan sebagai alat pelunas hutangnya. Kami menikah 5 tahun yang lalu."
"Apakah sampai sekarang kau tidak mencintainya?"
Sarah menggeleng. "Aku hanya perempuan yang ditetapkan untuk melayaninya di ranjang saja. Aku tahu suamiku juga tidak mencintaiku. Kami hanya sama-sama memiliki kepuasaan raga saja namun bukan kepuasan batin."
"Mengapa kau tidak minta cerai?" Tanya Giani. Ia heran dengan kisah hidup Sarah.
"Suamiku akan meninggalkanku jika ia sudah bosan padaku dan menemukan wanita muda lain. Aku akan cari mati saja jika minta cerai padanya saat ini."Sarah terlihat sedih. Namun tak lama kemudian ia tersenyum. "Beruntungnya dirimu yang dicintai suamimu."
"Dari mana kau tahu kalau dia mencintaiku?"
"Dari tatapan matanya saat ia menatapmu."
Benarkah? Apakah aku sudah berhasil membuatnya mencintaiku?
***********
Makan siang pun selesai dibuat. Dua pasang suami istri itu menikmatan makan siang mereka dengan perasaan yang gembira.
Giani melihat bagaimana Sarah melayani Girasol dengan ketulusan walaupun tatapan mata Girasol memang terlihat liar pada Giani.
Selesai makan siang, Giani dan Jero pamit. Tuan Girasol mengatakan kalau Giani bisa datang kembali untuk memasak dengan istrinya selama mereka masih di Madrid.
"Si tua bangka itu sungguh tak tahu malu. Ia memandangmu dengan liar sementara istrinya ada di sampingnya. Ingin sekali aku menonjok wajahnya yang sok ganteng itu." Ketus Jero saat keduanya sudah berada di dalam mobil.
"Kakak cemburukan? Akui saja." Giani kembali menggoda.
"Aku bukan cemburu. Hanya kesal saja."
"Setidaknya kontrak kerja kita berhasilkan? Jadi, kapan kita pulang ke Indonesia?"
Kalau aku sudah mendapatkanmu. Batin Jero.
"Kita akan pergi ke suatu tempat saat ini. Jadi jangan dulu ingat Jakarta." Kata Jero penuh misteri.
"Kemana?"
"Rahasia." bisik Jero lalu mencium leher Giani membuat gadis itu sedikit terkejut. Namun sedetik kemudian, Giani membalas kecupan Jero dengan mencium pipi pria itu.
Hampir satu jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di stadion Santiago Bernabeu. Mata Giani langsung terbelalak. Ia turun dari mobil sambil melompat-lompat kesenangan. Apalagi di stadion ini sedang dilaksanakan latihan menjelang liga. Entah koneksi apa yang Jero dapatkan, mereka diijinkan masuk dan melihat latihan tim kesayangan Giani itu.
"Akhirnya, aku bisa melihat mereka secara langsung, terima kasih ya kak?" Kata Giani saat keduanya sudah keluar dari stadion dan Giani mendapatkan kesempatan berfoto dengan beberapa bintang lapangan hijau itu.
"Baguslah kalau kau senang."
Sebelum mereka sampai di tempat parkir, Jero melihat ada tim mariaci. Ia mendekati mereka. Meminta menyanyikan lagu untuk istrinya itu. Tim mariacipun melakukannya.
Giani terpana melihat indahnya lagu yang mereka nyanyikan.
"Espero que sean una pareja feliz para siempre." (Semoga kalian menjadi pasangan yang berbahagia selamanya). Kata pemimpin grup sambil menyerahkan setangkai mawar pada Giani.
Wajah gadis itu bersemu merah. Hatinya bahagia. Bahkan sampai di hotelpun ia tak henti-hentinya tersenyum sambil memegang bunga mawar itu.
"Aow..., ada durinya!" pekik Giani.
Jero langsung mendekat, ia memegang tangan Giani. "Ada yang sakit?"
"Nggak. Durinya hanya kecil." Giani menarik tangannya dengan cepat. Ia tak mau Jero memasukan tangannya dimulutnya seperti waktu itu.
Jero menatap Giani. "Aku ingin menciummu." Kata Jero dan tanpa menunggu persetujuan Giani, Jero langsung mencium istrinya itu dengan sangat lembut. Menggoda dengan gigitan kecil di bibir Giani dan berhasil membuat Giani membalas ciuman itu.
Merasakan ada respon dari Giani, Jero semakin memperdalam ciumannya. Tangan kanannya memegang tengkuk Giani sementara tangan kirinya mengusap punggung gadis itu.
Hati Giani yang sedang bahagia karena bisa bisa datang ke markas club sepak bola kesayangannya, membuat gadis itu lupa memasang pagar pembatas untuk mencegah Jero membawanya ke suasana romantis dengan ciuman yang mulai dibumbuhi hasrat gairah.
Tangan Jero bergerak perlahan, menurunkan reslating gaun Giani. Lalu mengangkat tubuh gadis itu, meletakannya perlahan di atas tempat tidur tanpa melepaskan ciumannya. Jero lalu membuka kemejanya sendiri, melepaskan celana panjangnya secara cepat lalu kembali mencium Giani.
Saat ciuman Jero sudah turun di lehernya, Giani baru sadar kalau Jero kini menggiringnya untuk lebih intim lagi. Giani merasakan jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Ia ingin bangun, namun kata-kata Joana terngiang kembali ditelinganya. Jero harus mendapatkan semua yang dibutuhkannya dari dirimu. Hanya dengan cara itu, ia akan melupakan Finly. Nikmati saja, jangan menolak.
Giani memejamkan matanya. Ia berusaha membuang semua rasa benci dalam dirinya. Ia akan melakukan apa yang dikatakan Joana padanya. Demi kakaknya, demi keutuhan rumah tangga, Giani membiarkan Jero mendapatkan apa yang diinginkannya.
Saat Jero merasakan kalau tak ada penolakan dari Giani, ia memposisikan dirinya untuk penyatuan yang sebenarnya. Giani memejamkan matanya. Merasakan sakit yang tak terkira diinti tubuhnya saat si palo mendorong masuk. Namun gadis itu berusaha tak menangis. Ia ingin menaklukan Jero dengan kesan pertama yang tak akan pernah Jero lupakan.
Keduanya tenggelam dalam hasrat yang sama. Ingin mencapai kenikmatan raga. Jero begitu lembut membimbing Giani. Ia tak mau egois dan membuat Giani trauma pada kesan pertamanya. Sampai akhirnya mereka sampai pada puncak yang begitu indah. Jero telah mendapatkan Giani secara utuh, sebagai istrinya.
Luar biasa!
Jero hampir meneriakan kata-kata itu ketika semuanya selesai. Ia menatap mata indah Giani yang juga sedang menatapnya. Wajah gadis itu sama berkeringatnya dengan wajah Jero.
Frangky benar. Mendapatkan perawan itu sangat beda rasanya. Jero tak pernah merasakan kepuasan raga yang seperti ini. Bahkan saat ia bersama Finly.
Setelah Jero membaringkan tubuhnya di samping Giani, tanpa memberi jarak diantara mereka, keduanya diam tanpa bicara sambil menetralkan deru napas yang masih saling memburu.
Giani memejamkan matanya. Ia tak mau munafik. Ia sungguh menikmati penyatuan ini. Namun, perasaan jijik perlahan merasuki hatinya. Membayangkan Jero melakukan ini bersama Finly.
Tidak! Aku harus membuang perasaan jijik ini..Aku harus menunjukan pada Jero bahwa aku juga mendambanya. Aku lebih hebat dari Finly! Demi kakakku, aku harus bisa!
Jero yang merasakan ada pergerakan tubuh Giani, menatap Giani sambil membelai pipi gadis itu.
"Ada apa? Masih sakit?" Tanyanya lembut.
"Nggak, kak. Aku mau lagi."
Jero tak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia bangun dan menatap Giani tak percaya. "Apakah aku tak salah dengar?"
"Aku mau lagi kak!" ucap Giani dengan suara yang lebih nyaring.
Jero tersenyum penuh kegirangan. "Ah palo betapa beruntungnya dirimu." ujar Jero dan langsung kembali mencium Giani dengan hasrat yang sama seperti pertama tadi.
*********
Sudah 30 menit Giani berendam di dalam bak mandi. Namun ia tak mau mengahirinya. Tangannya masih menggosok bagian-bagian tubuhnya yang tadi disentuh oleh Jero. Kulitnya bahkan sudah agak memerah karena Giani menggosoknya secara berulang-ulang.
Tulang-tulang Giani bagaikan mau lepas dari sambungannya. 5 jam lebih ia dan Jero saling memuaskan. Dan kini Jero sudah tertidur pulas setelah meninggalkan banyak jejak merah di tubuh Giani.
Mulai sekarang, aku harus menjadi wanita dewasa yang akan membuat Jero hanya menatapku dan melupakan Finly.
Selesai mandi, dengan langkah yang agak tertatih, Giani keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaiannya. Setelah itu ia mengambil pil pencegah kehamilan yang memang sudah ia siapkan sebelumnya. Giani tak ingin benih Jero bertumbuh di rahimnya. Karena tinggal 6 bulan lagi mereka akan berpisah.
Jadi sampai di sini dulu ya kisah Malam Pertamanya Jero dan Giani. Jangan lupa like, komen dan Vote ya..
tpi lebih enak dibaca kata memelihara diganti dg kata " merawat" ☺☺☺