Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 06
"Lagipula, para bandit itu pasti sedang bersembunyi ketakutan sekarang. Apalagi, pasukan pangeran kedua sedang gencar berpatroli setelah serangkaian kematian mengenaskan para pejabat daerah," lanjut prajurit itu dengan nada meremehkan.
Tiba-tiba, kereta kuda yang mengangkut lima ratus pedang itu berhenti mendadak. Kuda yang menarik kereta itu meringkik keras, suaranya memekakkan telinga dan penuh ketakutan.
"HIIIIIIIIIIII-YAH!" Kuda itu meringkik panik, menarik perhatian semua orang.
Seketika, tatapan para prajurit yang mengawal pedang-pedang itu untuk sampai ke kediaman pejabat daerah tertuju pada sesosok tubuh yang berdiri tegak di depan kuda mereka. Sosok itu mengenakan pakaian serba hitam, dan wajahnya tertutup rapat oleh weimao, membuat identitasnya tak mungkin dikenali.
"Kalian merasa senang telah menipu orang lain?" Suara rendah dan dingin itu terdengar seperti bisikan kematian yang mengintai, membuat bulu kuduk para prajurit itu meremang.
Dengan sigap, para prajurit itu menghunus pedang masing-masing, menodongkannya ke arah sosok misterius yang mereka yakini sebagai seorang wanita, berdasarkan suaranya.
"Siapa kau?! Berani-beraninya menghalangi jalan prajurit kediaman pejabat daerah!" bentak prajurit itu dengan nada angkuh dan penuh amarah.
Wei Lin Hua mendengus sinis. Dengan gerakan secepat kilat, ia melepaskan tali kekang kuda dari kereta, membebaskan hewan itu dari bebannya. Kuda itu, seolah mengerti, segera berlari kencang meninggalkan kereta dan para prajurit yang meraung marah karena ulahnya.
"Kau pasti salah satu dari bandit itu!" Teriak prajurit yang lain, dia maju hendak menyerang Wei Lin Hua, tapi dengan gerakan cepat Wei Lin Hua menghindar, lalu menendang kaki prajurit itu hingga terjatuh.
"Kalian yang salah, karena sudah menipu orang lain demi keserakahan." Jawab Wei Lin Hua dingin.
"Jangan banyak bicara! Habisi dia!" Teriak prajurit yang terlihat seperti pemimpin dari para prajurit yang lain.
Seketika, para prajurit itu menyerang Wei Lin Hua secara bersamaan. Wei Lin Hua dengan lincah menghindari setiap serangan yang datang ke arah nya, dia bergerak dengan gesit seperti angin, membuat para prajurit itu kesulitan untuk menangkap nya.
"Gerakan kalian lambat sekali." Ejek Wei Lin Hua.
Para prajurit itu semakin marah mendengar ejekan Wei Lin Hua, mereka semakin meningkatkan serangan mereka, tapi tetap saja Wei Lin Hua dengan mudah menghindari setiap serangan yang datang.
Dengan gerakan tiba-tiba, Wei Lin Hua mengeluarkan belati yang selama ini dia sembunyikan di balik pakaian nya. Belati itu berkilauan tertimpa cahaya bulan, menambah kesan mengerikan pada diri Wei Lin Hua.
"Mari kita mulai permainan yang sebenarnya." Ucap Wei Lin Hua dengan seringai yang mengerikan.
Wei Lin Hua maju dengan cepat, dia menyerang para prajurit itu dengan belati nya. Setiap gerakan nya sangat mematikan, dia menusuk, mengiris, dan memotong setiap bagian tubuh para prajurit itu dengan presisi yang mengerikan.
Para prajurit itu tidak mampu menandingi kecepatan dan kekuatan Wei Lin Hua. Mereka jatuh satu per satu, mengerang kesakitan sambil memegangi luka mereka yang berdarah.
"Ampun! Ampun!" Teriak salah satu prajurit memohon ampun.
Wei Lin Hua tidak menghiraukan permohonan ampun para prajurit itu. Dia terus menyerang mereka tanpa ampun, hingga semua prajurit itu tergeletak tak berdaya di tanah.
"Ini adalah balasan untuk keserakahan kalian," ucap Wei Lin Hua dingin, suaranya memecah kesunyian malam. Kemudian, ia berjongkok, mengeluarkan selembar kertas dan sebuah dip pen yang dibuatnya sendiri dengan penuh ketelitian.
Dengan gerakan yang tenang, wanita itu mencelupkan ujung dip pen ke dalam luka berdarah para prajurit yang telah tumbang, memanfaatkan darah mereka sebagai tinta. Aroma anyir darah memenuhi udara, bercampur dengan bau tanah dan rerumputan.
Di atas kertas kosong, Wei Lin Hua menuliskan sebuah pesan dengan tinta merah darah:
[Serakah adalah mati]
Dengan hati-hati, ia menempelkan kertas itu di sisi kereta kuda yang telah ditinggalkan oleh kudanya. Pesan itu menjadi peringatan mengerikan bagi siapa pun yang berniat mengambil pedang-pedang tersebut.
Wei Lin Hua berbalik, hendak meninggalkan tempat itu, namun tiba-tiba sesosok tubuh berdiri tegak di belakangnya. Seorang pria dengan tatapan datar namun penuh amarah dan rasa ingin tahu yang membara.
"Jadi, kaulah yang membunuh semua prajurit sebelumnya?" tanya pria asing itu, suaranya berat dan mengintimidasi.
Wei Lin Hua mendengus sinis, matanya menyipit menatap pria itu. "Itu bukan urusanmu," ucapnya dingin, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
Wanita itu berbalik, berniat pergi meninggalkan pria itu begitu saja. Namun, tiba-tiba Wei Lin Hua merasakan bahaya mengintai. Dengan refleks cepat, ia kembali berbalik dan berhasil menangkis serangan sihir yang dilancarkan pria asing itu menggunakan belati miliknya. Percikan energi sihir dan logam beradu menciptakan suara mendesis yang memekakkan telinga.
Wei Lin Hua terkejut bukan main, matanya membulat saat menyadari bahwa pria asing di hadapannya memiliki akar sihir. Kemungkinan besar, pria itu adalah seorang bangsawan. 'Cih! Aku tidak menyangka akan bertemu dengan seorang bangsawan di tempat seperti ini,' gumamnya dalam hati, bibirnya tertekuk sinis.
Pria asing itu pun tak kalah terkejutnya. Ia tak menyangka bahwa seseorang yang jelas-jelas tidak memiliki akar sihir mampu menangkis serangannya. Rasa penasaran dan amarahnya semakin membara.
"Siapa kau sebenarnya?" Tanya pria itu dengan nada dingin, dia bersiap untuk menyerang Wei Lin Hua lagi.
Wei Lin Hua tidak menjawab, dia hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam. Dia tahu, jika dia tidak bisa mengalahkan pria itu dengan cepat, maka dia akan berada dalam masalah besar.
Pria itu kembali menyerang Wei Lin Hua dengan sihir nya, kali ini serangan nya lebih kuat dari sebelumnya. Wei Lin Hua dengan susah payah menghindari setiap serangan yang datang, belati nya berkali-kali beradu dengan sihir pria itu, menciptakan percikan api di udara.
"Kau tidak bisa mengalahkan ku." Ucap pria itu dengan nada meremehkan.
Wei Lin Hua mendengus sinis, dia tahu pria itu benar. Dia tidak mungkin bisa mengalahkan seorang bangsawan yang memiliki akar sihir dengan hanya mengandalkan belati dan batu kristal pelindung nya.
Tapi Wei Lin Hua tidak menyerah, dia terus berusaha menghindari serangan pria itu sambil mencari celah untuk menyerang balik. Dia tahu, jika dia bisa mendapatkan satu kesempatan saja, dia bisa mengubah jalannya pertarungan ini.
Tiba-tiba, Wei Lin Hua melihat sebuah kesempatan. Saat pria itu menyerang nya dengan sihir, dia melihat pria itu sedikit kehilangan keseimbangan. Tanpa ragu, Wei Lin Hua memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang balik.
Dengan kecepatan penuh, Wei Lin Hua berlari ke arah pria itu sambil mengayunkan belati nya. Pria itu terkejut dengan serangan tiba-tiba Wei Lin Hua, dia tidak sempat untuk menghindar atau menangkis serangan itu.
Belati Wei Lin Hua menusuk tepat ke jantung pria itu. Pria itu terhuyung ke belakang, matanya membulat karena terkejut dan tidak percaya.
"Ba-bagaimana mungkin..." Ucap pria itu dengan suara tercekat, lalu dia jatuh terjerembab ke tanah.
Wei Lin Hua menarik belati nya dari tubuh pria itu, lalu menatap mayat pria itu dengan tatapan dingin. Dia tidak merasa menyesal sedikit pun telah membunuh pria itu. Dia tahu, jika dia tidak membunuh pria itu, maka pria itu yang akan membunuh nya.
"Kau terlalu meremehkan ku." Ucap Wei Lin Hua dingin.