Follow ig @abil_rahma
Icha gadis cerdas disekolahnya, terbukti dari segudang prestasi yang dia dapatkan. Tetapi sayangnya dia gadis yang terlihat culun dan jarang bergaul, itu disebabkan karena Ayahnya mengatakan kalau dia sudah dijodohkan sejak bayi dengan anak sahabat Ayahnya. Yang dia tau sahabat Ayahnya itu orangnya sangat baik sekali. Tetapi dia tidak tau siapa orang yang sudah dijodohkan dengannya.
Vicky Al Ghifari seorang cowok yang terkenal playboy disekolahnya, suka gonta-ganti pacar. Dia juga tahu kalau sudah dijodohkan sejak bayi, tetapi keadaan itu dia manfaatkan buat mencari pacar sebanyak-banyaknya. Karena dia tak tahu siapa yang sudah dijodohkan dengannya.
Mereka harus menikah saat masih SMA kelas XII karena suatu alasan. Akankah mereka bisa menerima pernikahannya dan hidup bahagia atau sebaliknya?Karena ternyata orang yang dijodohkan tak sesuai dengan harapan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 27
Al berdiri dari duduknya, dia melangkah mendekati meja kedua gadis yang menggunjingnya dengan Icha.
BRAK
Al menggebrak meja yang ditempati dua gadis itu, tatapannya terlihat garang. Kedua gadis tersebut tiba-tiba nyalinya menciut lalu menunduk karena takut melihat tatapan Al yang mengerikan.
“Sekali lagi lo berdua ngomong kayak tadi, gue gak akan segan-segan ngasih pelajaran, meskipun kalian itu cewek, ngerti!” Seru Al.
Icha yang melihat Al marah-marah dia mendekati Al dan berujar, “Udah Al, aku gak masalah mereka mau ngomong apa, yang penting aku gak melakukan apa yang mereka katakan. Ayo kembali, malu dilihat banyak anak-anak,” ucap Icha, lalu dia memaksa supaya Al meninggalkan kedua gadis itu.
Keduanya tidak melanjutkan makannya kembali, tetapi mereka berdua keluar dari kantin, karena selera makan Al sudah hilang sejak mendengar omongan dua gadis itu.
Icha mengajak Al ke taman belakang sekolah, mereka duduk di bangku yang ada di sana.
“Kamu kenapa tadi malah maksa aku pergi?” tanya Al ketika keduanya sudah duduk.
“Aku gak mau kamu kena masalah. Biarkan saja mereka,” ucap Icha dengan santai.
Al menatap wajah Icha, melihat ekspresi wajahnya, ternyata tidak ada raut kesal diwajahnya.
“Kok kamu gitu, mereka kan sudah menyakitimu secara tidak langsung Cha, aku tadi belain kamu lho,” ucap Al masih menatap wajah Icha.
“Iya aku tahu, bukannya keburukan itu gak boleh dibalas dengan keburukan juga? Dan sebaliknya harus kita balas dengan kebaikan bukan?”
“Kamu memang benar, tapi apa kamu gak merasa sakit hati mendengar gunjingan mereka?” tanya Al memastikan.
“Sebenarnya aku sakit hati Al, tapi buat apa sakit hati kalau malah membuat hatiku beku, lebih baik aku membiarkan mereka, anggap saja angin lalu,” Icha tetap santai dengan penuturannya itu.
“Kamu luar biasa Cha, Mama gak salah maksa aku nikah sama kamu, tapi aku baru menyadari itu Cha,” ucap Al lalu meraih tangan Icha untuk dikecup.
“Ayo sekarang masuk kelas, sebentar lagi bel masuk berbunyi,” ajak Icha pada Al, lalu keduanya berjalan menuju kelas Icha, karena Al akan mengantarkan Icha dulu.
Setelah sampai di depan kelas Icha, mereka menghentikan langkahnya.
“Al kamu harus minta maaf dulu sama Doni, bentar aku panggilin dia,” ucap Icha lalu masuk ke dalam kelas mencari Doni, tetapi orang yang dicari tidak ada. Icha pun kembali keluar menemui Al.
“Doni mungkin masih di UKS Al, ayo temui dia dulu,” Icha menarik tangan Al supaya mengikutinya, Al pun tak menolak.
Sebelum sampai UKS, keduanya lebih dulu bertemu Doni dan Nayla yang akan kembali ke kelas, lalu Icha menghentikan langkah keduanya.
“Bentar Don, Al mau bicara sama kamu,” pinta Icha, Doni pun mengangguk sebagai jawaban.
“Gue minta maaf atas kejadian tadi,” ucap Al to the point.
“Iya, gue maklum. Mungkin kalo gue di posisi lo juga akan lakuin hal yang sama,” ternyata Doni memaklumi perbuatan Al.
“Makasih, gue duluan ya,” ucap Al pamit pada mereka.
“Kamu bareng mereka aja ya,” bisik Al pas ditelinga Icha.
Icha tersenyum lalu mengagguk. Al pun pergi menuju kelasnya.
“Lo beneran udah tunangan sama dia? Gue kok baru tau, kalo gak diberi tahu Nayla gue juga gak bakalan tau,” tanya Doni penasaran.
Ucapan Doni membuat Icha terkejut, kenapa juga Nayla bilang kalo dia sudah tunangan dengan Al, kenapa gak bilang pacaran aja, pikri Icha.
Tak urung Icha pun menjawabnya.
“Udah lama sih, tiga bulan lebih,” jawab Icha mengatakan yang sebenarnya.
“Oh, bukannya dia masih pacaran sama tu model ya?” Doni penasaran juga ternyata. Dia menyebut Martha sebagai model, karena memang gadis itu sering jadi peserta fashion show saat ada perlombaan itu.
“Kepo lo Don, gak usah kepo ntar gue pakein rok lo mau?” bukan Icha yang menjawab tapi justru Nayla.
“Nayla!” seru Icha, dia tidak suka dengan ucapan Nayla.
“Maaf Cha,” Nayla menyengir.
“Gak jadi kepo gue dah,” ucap Doni, lalu dia berjalan lebih dulu, karena pintu kelas sudah di depan mata.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
Bel istirahat kedua telah berbunyi, banyak siswa yang berhamburan ke kantin banyak juga yang menuju mushola untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai orang muslim.
Al selalu melaksanakan ibadah dhuhurnya di mushola sekolah sejak pertama masuk sekolah ini. Begitupun dengan Icha.
Saat ini Icha dan Nayla sedang berada di tempat wudhu, disana terlihat masih sepi, karena banyak yang memilih kekantin terlebih dahulu. Keduanya berwudu dengan leluasa.
Setelah selesai wudhu, Icha belum mengenakan semua jilbabnya dan terlihat lehernya, pemandangan itu terlihat oleh penglihatan Nayla, dia terkejut melihat banyak tanda yang tertinggal disana.
“Cha, cepet tutupin tu lehermu, sebelum yang lain lihat,” bisik Nayla pada Icha.
Sontak Icha pun menuruti perkataan Nayla. Kenapa dia sampai seceroboh itu, dia lupa kalau masih ada bekas merah di lehernya.
“Kamu udah gituan ya sama Al? Ngaku aja Cha, buktinya yang tadi itu,” bisik Nayla.
“Gituan apaan sih Nay?” tanya Icha pura-pura nggak tahu
“Gak usah pura-pura gak ngerti deh Cha, wajar kalo emang udah juga, gak ada yang ngelarang kan?” ternyata Nayla tahu kalau Icha hanya berpura-pura.
Icha menyengir mendengar ucapan Nayla. “Belum Nay, lagian kita masih sekolah juga, ya Cuma sebatas yang kamu tau tadi gak lebih,” jelas Icha.
“Oh gitu, gue kira udah. Mau kepo gue kalo udah, gimana rasanya,” ucapan Nayla itu membuat Icha membulatkan matanya.
BUGH
Icha memukul lengan Nayla, tidak terlalu keras, terbukti Nayla tidak mengaduh.
“Pikiranmu itu lho Nay, udahlah aku mau sholat dulu,” ucap Icha lalu masuk mushola meninggalkan Nayla.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
Bel menandakan jika semua siswa sudah diperbolehkan pulang kerumah masing-masing, terlihat Al berajaln beriringan dengan Alvian, mereka meninggalkan kelas menuju parkiran.
Sesuai janji tadi, Al disuruh nunggu di parkiran saja, karena Icha tidak enak jika harus di jemput di kelasnya.
Saat di parkiran Martha datang menghampiri Al dan Alvian yang masih berdiri menunggu Icha sambil ngobrol.
“Al, kenapa kemarin kamu sama Icha gak datang ke acara ulang tahunku?” tanya Martha setelah berada didepan keduanya. Memang waktu itu Martha mengundang Al dan Icha untuk datang ke acara ultahnya.
“Maaf ya Tha, gue gak bisa datang kemarin, selamat ulang tahun ya, maaf telat ngucapin,” ucap Al sungkan.
“Apa Icha gak mau datang?” tanya Martha lagi.
Sebelum Al menjawab, Icha yang baru datang menyela lebih dulu.
Bersambung.....
**Maaf baru bisa up sekarang, karena ada sesuatu hal di real. Makasih yang udah setia menunggu.
Ntar Up lagi, tungguin ya**
sholat terus maksiat jalan