Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Luna tersenyum bangga karena Mister Black mendengarkan kata-katanya. Biasanya Olivia yang selalu didengarkan kata-katanya oleh Mister Black.
"Bos, Olivia masih menyimpan berlian itu," kata Luna.
"Cari berlian itu dan kamu akan mendapatkan bagiannya," kata Mister Black.
"Baik bos!" Luna menunduk hormat lalu segera pergi dari situ.
Luna. Meskipun dia seorang agen rahasia, tapi dalam meretas, Luna tidak ada apa-apanya dibandingkan Olivia.
Luna ingin seperti Olivia, namun dia tidak bisa menyaingi Olivia. Menurutnya, dengan cara satu-satunya adalah menyingkirkan Olivia bagaimanapun caranya.
Luna mendatangi rumah Olivia yang dulu. Namun setibanya di depan rumah Olivia, Luna menemukan rumah itu kosong.
Luna keluar dari mobil dan mengamati sekitar. Tidak ada siapa-siapa. Namun kawasan rumah Olivia terlihat bersih. Tidak seperti beberapa waktu lalu.
"Huh." Luna mendengus. "Kau memang pintar Olivia. Rumah mu terlihat bersih, tapi kau sendiri tinggal di tempat lain," gumam Luna.
Luna kembali ke mobilnya dan segera pergi dari tempat itu. Luna pun kembali ke rumahnya dan akan menyusun rencana selanjutnya.
...****************...
Waktu pun berlalu ...
Hari ini triple A resmi bersekolah di sekolah ternama di kota ini. Tentu saja yang bersekolah di sekolah itu dari kalangan elit.
Terkecuali mereka yang terpilih sebagai pemenang di kompetisi matematika kemarin yang diterima di sekolah itu.
"Papa antar kalian ke sekolah. Nanti ada beberapa orang yang mengawal kalian di luar sekolah," kata Dewa.
"Jangan terlalu mencolok Pa, biar kami bisa leluasa," kata Arden.
"Papa mengerti, kalian pasti tidak terbiasa dikawal. Tapi itu demi keselamatan kalian juga," ujar Dewa. "Mama mau ikut?" tanya Dewa pada Olivia.
"A-aku, aku tidak usah." Olivia grogi saat Dewa memanggilnya mama.
Dewa hanya tersenyum, dia tahu jika Olivia belum terbiasa dengan sebutan itu. Tapi Dewa perlahan-lahan akan menaklukkan hati Olivia. Baru setelah itu Dewa akan mengutarakan isi hatinya untuk menikahi Olivia.
Dewa tidak ingin Olivia merasa terpaksa menerimanya hanya karena demi anak-anaknya. Tapi, Dewa ingin menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya.
"Kita berangkat dulu Ma, Oma Opa, Nenek," kata triple A secara bersamaan.
"Ya, hati-hati," kata Mia dan Adelia bersamaan.
Triple A mencium tangan mereka secara bergantian. Baru setelah itu mereka pun segera masuk ke dalam mobil.
"Terima kasih sudah mendidik mereka dengan baik," kata Adelia kepada Olivia.
"Aku hanya ingin mereka menjadi anak baik dan berbakti," ujar Olivia.
Adelia tersenyum. Kemudian dia memeluk Olivia. Olivia merasa tersentuh oleh perlakuan Adelia kepadanya.
Olivia tidak menyangka. Dengan kembalinya ke kota akan mempertemukan mereka dengan ayah kandung putranya.
Olivia tidak pernah berharap jika dia bertemu dengan pria pada malam itu. Namun, demi anak-anaknya dia juga tidak boleh egois.
Itu sebabnya Olivia tidak menolak saat Dewa mengajaknya tinggal bersama. Bagi Olivia, kebahagiaan putranya itu lebih penting.
Sewaktu di desa, triple A memang terlihat ceria. Namun Olivia saat di kota, triple A kini lebih ceria. Apalagi setelah bertemu dengan ayah kandungnya.
"Apa kamu tidak ingin menikah dengan Dewa? Dia mencari mu sejak dulu. Dan sekarang dia terlihat bahagia karena sudah menemukan mu dan anak-anaknya. Menikahlah agar kalian bisa bersama selamanya," kata Adelia.
Olivia terdiam. Dia sendiri juga tidak tahu, karena mereka juga baru bertemu beberapa hari. Tapi jika demi kebaikan anak-anaknya, Olivia bersedia menikah dengan Dewa.
Tapi Olivia juga harus menunggu respon dari Dewa. Karena sepertinya Dewa belum menunjukkan tanda-tanda untuk menikahinya.
Hanya sebatas kebaikan dan melindungi mereka demi keselamatan mereka. Adelia menunggu jawaban Olivia dengan sabar.
"Bagaimana Nak?" tanyanya lagi.
"Aku belum tahu Tante. Lagipula Dewa belum menunjukkan tanda-tanda ingin menikahi ku," jawab Olivia. "Dan juga diantara kami tidak ada perasaan cinta," tambah Olivia.
Adelia tersenyum, dia mengerti perasaan Olivia yang tidak ingin menikah tanpa cinta. Tapi perasaan cinta bisa dipupuk perlahan-lahan.
"Sudahlah Ma, jangan dipaksakan. Nanti jika mereka sudah siap, mereka akan memutuskan sendiri mana yang terbaik buat mereka?" ujar Robinson.
Sementara Dewa dan ketiga anaknya masih dalam perjalanan menuju sekolah. Hingga akhirnya mereka pun tiba di sekolah.
Dewa mengantar anak-anaknya hingga ke dalam sekolah. Agar para guru bisa mengenal triple A agar mereka tidak di bully di sekolah.
"Selamat pagi Tuan Dewa," ucap bapak kepala sekolah.
"Pagi Pak Arifin. Ini ketiga anak saya, mereka baru masuk ke sekolah ini. Bolehkah jika mereka langsung di masukkan ke kelas enam?" tanya Dewa.
"Pa, kita baru kelas dua," bantah Arden.
"Bisa Tuan, bisa," ucap pak Arifin.
Dewa berjongkok di depan ketiga anaknya. Dewa yakin anak-anaknya bisa. Guru mereka di desa saja kalah, masa hanya kelas enam mereka tidak bisa? Begitulah pemikiran Dewa.
Pak kepala sekolah juga sudah mengetahui kepintaran mereka bertiga. Itu sebabnya pak Arifin langsung mengiyakan.
Apalagi Dewa adalah donatur di sekolah ini. Jika membantah, bisa-bisa pak Arifin di pecat dari jabatannya sebagai kepala sekolah.
"Terima kasih Pak. Kalau begitu saya titip anak-anak. Jika mereka nakal hukum saja Pak," kata Dewa.
Pak Arifin mengangguk patah-patah. Walaupun sudah mendapatkan izin dari Dewa. Mana mungkin pak Arifin berani menghukum mereka?
"Papa ke perusahaan dulu, kalian belajar dengan benar," kata Dewa. Kemudian Dewa mencium pipi ketiga anaknya.
Pak Arifin dan guru-guru yang lain melongo seketika. Karena yang mereka tahu, sifat Dewa sangat dingin kepada siapapun.
Tapi yang mereka lihat, ternyata Dewa begitu hangat dan sangat menyayangi anak-anak. Jadi mereka beranggapan bahwa rumor itu tidak benar.
"Bu Susi, mereka murid baru yang akan masuk ke kelas ibu," kata pak Arifin.
"Iya Pak," ucap Bu Susi.
Bu Susi pun menuntun mereka untuk masuk ke kelas. Kebetulan bel sekolah pun sudah berbunyi.
Triple A di masukkan ke kelas enam A. Karena Bu Susi adalah wali kelas enam A. Triple A dengan patuh mengikuti Bu Susi ke dalam kelas.
"Anak-anak, mereka bertiga adalah murid pindahan baru. Jadi perlakukan mereka dengan baik," kata Bu Susi. "Perkenalkan diri kalian," tambahnya.
"Halo, namaku Arden."
"Namaku Archer.
"Dan namaku Arjun."
Namun para murid tidak menjawab. Mereka malah tertegun melihat ketiganya yang begitu tampan dan memiliki wajah yang sama persis.
"Silakan kalian pilih tempat duduk," kata Bu Susi.
Arden, Archer, dan Arjun pun menuju tempat duduk yang kosong. Mereka kebagian kursi paling belakang.
"Sekarang kita mulai pelajaran," kata Bu Susi.
Murid-murid pun mulai heboh. Karena pelajaran matematika menurut mereka cukup sulit.
Tapi tidak bagi triple A. Mereka tetap santai apapun pelajarannya pasti dapat mereka selesaikan dengan mudah.