Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Kediaman Reno mendadak riuh oleh suara gaduh dan langkah kaki berat. Beberapa pria berbadan tegap, berpakaian preman, mengobrak-abrik setiap sudut rumah, mencari sesuatu.
Maya, panik bukan kepalang. Kehidupan yang selama ini dinikmatinya, yang lumayan mewah dan serba berkecukupan, kini terancam berantakan.
"Di mana Reno?" salah seorang pria berbadan besar itu membentak Maya, matanya melotot tajam. "Kami tahu dia bersembunyi di sini! Cepat katakan di mana dia!"
Maya gemetar ketakutan. "A–aku tidak tahu. Dia belum pulang" jawabnya terbata-bata.
"Jangan bohong! Dia punya banyak hutang! Dia harus membayar. Dimana dia menyembunyikan uangnya?" Pria itu semakin mendekat, mengintimidasi Maya.
Maya semakin ketakutan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak tahu menahu soal hutang-hutang suaminya.
Selama ini, Reno selalu menutupi masalah keuangan keluarga dari dirinya.
Para pria itu terus menggeledah rumah, membongkar lemari, membalikkan kasur, dan mencari di setiap sudut yang mungkin.
Mereka tidak menemukan apa pun. Setelah beberapa saat, mereka akhirnya menyerah.
"Kami akan kembali lagi satu jam lagi. Jika Reno belum pulang, kami akan mencari cara lain untuk mendapatkan uang kami," kata pria berbadan besar itu sebelum pergi.
Maya menghela napas lega setelah para pria itu pergi. Ia merasa seperti baru saja lolos dari maut.
Namun, kelegaannya tidak berlangsung lama. Ia tahu, masalah yang lebih besar akan segera datang.
Tak lama kemudian, Reno pulang dengan wajah pucat dan lesu. Maya langsung menghampirinya dan menanyakan soal hutang-hutang yang selama ini disembunyikannya.
"Apa maksud semua ini, Mas?" tanya Maya dengan nada tinggi. "Kenapa ada orang yang mencari-cari mu? Kenapa rumah kita diobrak-abrik?"
Reno terdiam. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya kepada istrinya. Ia tahu, Maya akan sangat marah jika mengetahui kebenaran.
"Jawab aku, Mas! Apa yang sebenarnya terjadi?" Maya semakin mendesak.
Dengan berat hati, Reno akhirnya mengatakan semuanya. Ia menceritakan soal hutang-hutangnya yang menggunung, soal perusahaannya yang hampir bangkrut, dan soal perjanjiannya dengan Edward Frederick.
Maya terkejut mendengar pengakuan suaminya. Ia tidak percaya bahwa Reno telah menyembunyikan masalah sebesar ini darinya. Ia marah, kecewa, dan merasa dikhianati.
"Kenapa kau tidak pernah cerita padaku?" tanya Maya dengan suara bergetar. "Kenapa kau membiarkan masalah ini menumpuk begitu saja?"
"Aku tidak ingin membuatmu khawatir. Aku pikir aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri," jawab Reno merasa bersalah tak jujur pada istrinya sejak awal.
"Menyelesaikan sendiri katamu? Dengan cara berhutang sana-sini? Dengan cara menjual putri kita kepada pria kaya?" Maya memukul dada Reno berulang-ulang, melampiaskan kemarahannya.
"Maafkan aku, Maya. Aku tahu aku salah. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku harus menyelamatkan perusahaan kita," ucap Reno dengan suara serak.
"Menyelamatkan perusahaan dengan mengorbankan masa depan anak kita? Apa kau tidak memikirkan perasaannya?" Maya terus memukuli Reno, air matanya mengalir deras di pipinya.
Di tengah keributan itu, Gisel datang menghampiri mereka. Ia mendengar semua percakapan orang tuanya.
Gisel terkejut dan marah mendengar bahwa ayahnya memiliki hutang yang besar dan akan menjualnya kepada Edward.
"Apa-apaan ini?" tanya Gisel dengan nada tinggi. "Kenapa ayah berhutang sebanyak itu?"
Reno dan Maya terdiam. Mereka tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya kepada Gisel.
"Jawab aku! Kenapa ayah melakukan ini?" Gisel semakin mendesak.
"Ayah melakukan ini demi kebaikan kita semua. Jika ayah tidak membayar hutang, kita akan kehilangan segalanya," jawab Reno dengan suara lirih.
"Dengan cara menjual putrinya? Aku tidak mau hidup dalam kemewahan yang didapatkan dari hasil jual diri!" Gisel membentak orang tuanya dengan nada jijik.
"Gisel, jangan bicara seperti itu kepada ayahmu!" Maya mencoba menenangkan putrinya.
"Aku tidak mau diam! Aku malu punya orang tua seperti ayah! Ayah hanya memikirkan diri sendiri! Ayah tidak peduli dengan perasaan orang lain!" teriak Gisel.
"Sayang, dengar—"
"Pokonya aku tidak mau dengar apapun! Aku tidak mah dijual hanya demi menunasi hutang, Bu!" potong Gisel.
Reno dan Maya saling bertatapan dengan wajah sedih dan menyesal.
Mereka tahu, mereka telah membuat kesalahan besar. Mereka telah menghancurkan keluarga mereka sendiri.
"Kau salah paham, Gisel. Ayah tidak akan menukar mu." Reno mencoba menjelaskan jika bukan Gisel yang akan diberikan pada Edward.
"Maksud ayah?"
"Ayah akan memberikan sepupu tersayang mu itu pada Edward," sahut Maya tersenyum puas dalam hati.
Karena akhirnya, si cacat itu akan segera pergi dari rumah ini.
pernah lihat film ga Thor
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul