NovelToon NovelToon
Satu Atap Dua Rumah

Satu Atap Dua Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan rahasia / Wanita Karir / Keluarga / Poligami / CEO / Selingkuh
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Zara adalah gambaran istri idaman. Ia menghadapi keseharian dengan sikap tenang, mengurus rumah, dan menunggu kepulangan suaminya, Erick, yang dikenal sibuk dan sangat jarang berada di rumah.

Orang-orang di sekitar Zara kasihan dan menghujat Erick sebagai suami buruk yang tidak berperasaan karena perlakuannya terhadap Zara. Mereka heran mengapa Zara tidak pernah marah atau menuntut perhatian, seakan-akan ia menikmati ketidakpedulian suaminya.

Bahkan, Zara hanya tersenyum menanggapi gosip jika suaminya selingkuh. Ia tetap baik, tenang, dan tidak terusik. Karena dibalik itu, sesungguhnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hasil Tes

​Bangun tanpa kehadiran Erick, Emily sama sekali tidak merasa kehilangan. Sejak membuka mata hingga berangkat ke kantor, fokus Emily hanya tertuju pada setiap kegiatan yang ia jalani. Ia menikmati ritual paginya: merasakan lembutnya sabun dan aroma wangi saat mandi, mengenakan pakaian yang sudah disiapkan oleh pelayan, dan menikmati setiap gigitan sarapannya.

​Telinganya tersumpal earphone, mendengarkan musik. Alunan lagu langsung terhenti saat sebuah panggilan masuk. Itu Darren, pacarnya.

"Pagi-pagi sudah nelpon, honey, ada apa? suara Emily terdengar manis.

"I miss you, Baby." Lagi di mana? Weekend kemarin nggak ketemu. Aku kangen banget, serius. Nanti siang lunch bareng, ya? Atau sore sekalian dinner?"

Emily tersenyum tipis. "Aku juga kangen, Sweetheart. Tapi kayaknya nggak bisa deh untuk hari ini. Aku ada sesuatu yang perlu aku kerjakan."

"Sesuatu apa, Em? Jangan bilang kerjaan lagi." Nadanya seperti cemberut, tapi diseberang sana, Darren lagi sibuk manicure and padicure.

"Bukan, bukan kerjaan. Ini urusan pribadi yang mendesak, dan aku nggak bisa tunda. Penting banget." Emily bersandar di jok mobilnya yang empuk. Sejujurnya urusan pribadi itu adalah moodnya yang sedang malas berinteraksi, ditambah pikirannya yang terus berputar pada satu hal, yaitu tentang kesuburan.

"Ah, kamu mah gitu. Jadi kapan kita bisa ketemu, dong?"

"Nanti aku kabarin ya, Honey. Kamu ngambek nih?"

"Nggak ngambek, cuma sedih aja. Yaudah, kalau gitu semangat kerjanya, Sayang. Jangan lupa makan siangnya. I love you."

"I love you too, Darren."

Panggilan terputus. Emily melepaskan earphone-nya. Dia tidak berbohong soal urusan penting. Urusan terpenting yang sedang bersemayam di otaknya saat ini adalah... Erick. Suaminya.

Pikiran Emily melayang pada hasil tes kesuburan Erick yang sebentar lagi akan keluar. Ia jadi penasaran setengah mati. Emily tahu betul betapa ia mendambakan anak, namun gengsinya jauh lebih besar daripada keinginannya itu. Jika Erick yang bermasalah, maka ia punya alasan kuat untuk... ya, melampiaskan kekesalannya.

Matanya kemudian tertuju pada handphone kedua yang ada di dalam tasnya. Itu adalah handphone milik Erick. Sengaja ia bawa. Emily meraihnya.

"Astaga, handphone begini amat modelnya. Tidak ada keren-kerennya. Kayak zaman batu," ejeknya sambil terkekeh pelan. Handphone itu memang tampak biasa saja, kontras dengan gaya hidup mewah mereka.

Namun saat ia menatap layar ponsel itu, ia teringat pada password-nya. Enam digit angka yang merupakan tanggal lahir Emily. Bucin banget. Emily tertawa kecil

Ngerjain dia apa lagi ya yang seru? gumamnya, matanya menyipit dengan rencana jahat. Awas saja kalau sampai hasil tesnya kau yang menyebabkan rumah tangga kita belum ada anak, aku pastikan hidupmu lebih buruk.

...****...

Semua proses pemeriksaan kesuburan Erick sudah Emily siapkan dengan sangat matang. Emily tidak mau ada celah sedikit pun bagi Erick untuk memanipulasi hasilnya. Ia takut Erick licik, takut suaminya itu memesan surat keterangan palsu dari klinik abal-abal, mengingat betapa mudahnya hal itu dilakukan di era digital ini. Oleh karena itu, Emily sendiri yang memilih klinik paling terpercaya dan dokter spesialis andal di kota itu. Semuanya diatur dan dibayar olehnya.

Erick pergi ke sana sendirian, tanpa ditemani istrinya. Setelah proses pengambilan sampel selesai, hasil baru bisa keluar beberapa jam kemudian. Erick pun meninggalkan klinik. Tugasnya sudah selesai, mengeluarkan kecebon. Setelah itu, ia mandi junub, dan kembali melanjutkan pekerjaannya di kantor.

Awalnya Erick berniat melipir sebentar dari kantornya. Ia ingin melakukan video call dengan Zara, memastikan pesanan rahasianya tempo hari sudah terlaksana atau belum. Pesanan itu adalah urusan penting yang ia gadang-gadang hanya Zara yang bisa menyelesaikannya.

Tetapi rencana itu terganggu. Ia mendapat kabar mendadak dari Bapak Mertuanya, Papanya Emily, yang memintanya datang ke kantor saat itu juga karena beliau ingin bertemu.

Maka, Erick pun kembali masuk ke gedung kantornya, menuju ruangan Ayah mertua yang sudah menunggunya.

Erick sampai ruangan dimana Papa Emily menunggu.

"Duduklah, Erick," sapa Papa Emily dengan suara yang tenang.

Erick duduk tegak di sofa mahal di hadapan Ayah Mertuanya.

"Bagaimana kabarmu? Emily baik-baik saja?" tanya beliau berbasa-basi.

"Alhamdulillah baik, Pa. Emily juga baik," jawab Erick sopan.

Papa Emily tersenyum tipis, lalu meletakkan secangkir kopi di meja. "Langsung ke intinya saja, ya. Papa perhatikan, performa kamu belakangan ini agak menurun. Tidak segesit dulu."

Erick terdiam sejenak. Ia tahu ini akan terjadi.

"Papa tidak bilang perusahaan merugi. Sama sekali tidak. Kamu tetap menjaga agar operasional berjalan lancar. Tapi, dalam beberapa bulan terakhir, kita juga tidak mengalami keuntungan signifikan. Target selalu tercapai, tapi hanya itu. Tidak ada lompatan besar seperti yang kamu lakukan di tahun-tahun awal sebelum pernikahanmu dengan Emily. Padahal potensi pasar kita jauh lebih besar."

Papa Emily berbicara dengan bijaksana dan cerdas. Tidak ada kesan menuntut atau marah, hanya nada kekhawatiran seorang mentor.

"Papa ingin kamu maju, Erick. Papa ingin melihat Erick yang dulu, yang penuh bara semangat dan ide-ide brilian. Jangan biarkan kepercayaan Papa hancur. Memangnya kesulitan apa yang tengah kamu alami?"

Erick termangu. Dalam hati, ia tahu alasan sesungguhnya. Ia malas mengembangkan perusahaan yang pada akhirnya akan dipandang rendah oleh Emily. Seberapa pun bagus prestasinya, di mata istrinya itu, ia hanyalah seorang menantu yang beruntung menikahi anak orang kaya.

Namun ia tidak bisa jujur. Ia tidak akan merusak citranya di hadapan Ayah Mertua, yang sejauh ini selalu ia hormati. Erick harus membuat alasan yang profesional dan dapat diterima.

"Maafkan aku, Pa. Aku akui performa diriku ini sedang menurun. Bukan karena ada masalah di perusahaan, atau di rumah. Hanya saja, belakangan ini aku terlalu fokus pada konsolidasi internal, memastikan semua fondasi kuat sebelum kita melakukan ekspansi besar-besaran lagi. Aku akui itu membuat ku sedikit kurang gesit dalam mengambil langkah maju. Aku terlalu hati-hati, Pa."

Erick menatap mata Ayah Mertuanya dengan yakin. "Tapi aku janji, ini tidak akan berlarut. Aku akan kembali. Erick yang gesit, yang penuh terobosan, akan segera kembali, Pa."

Mendengar janji itu, raut wajah Papa Emily langsung cerah. "Bagus! Papa pegang janjimu. Papa percaya padamu."

Dalam hati, Erick menghela napas. Gapapa ngoyo lagi. Ia akan bekerja keras untuk beberapa bulan ke depan. Bagaimanapun, sebentar lagi adalah ulang tahun pernikahannya yang kelima, dimana saat itu juga ia bercerai dengan Emily.

Hitung-hitung kontribusi perpisahan, ia akan meninggalkan perusahaan dalam kondisi terbaik. Memberikan kesan yang paling baik sebelum akhirnya ia menjalani hidup yang ia idamkan seutuhnya, berumah tangga dengan Zara. Tanpa kekhawatiran, tanpa tuntutan, dan Zara menjadi istri satu-satunya. Tak mengapa hidup sederhana, asalkan bahagia dan tentram, dan yang terpenting, saling menghargai.

Di sisi lain,

Saat Erick sibuk bercengkrama dengan Ayah Mertua, Emily sedang menghadapi kenyataan pahit.

Ia telah menerima e-mail berisi hasil tes kesuburan Erick. Emily membuka file itu di kantornya yang mewah, jantungnya entah kenapa berdegup kencang.

Matanya menyapu deretan data. Volume, Jumlah Sperma, Motilitas (pergerakan), Morfologi (bentuk). Semuanya berada dalam batas normal. Bahkan, beberapa indikator menujukkan hasil yang baik.

Kesimpulannya, Erick dinyatakan subur, mampu membuahi sel telur. Tidak ada masalah apapun.

Emily membeku di tempat duduknya.

Hasil ini tidak bisa ia sangkal, tidak bisa ia tuduh palsu, karena dialah yang menyiapkan segalanya. Dokter, klinik, bahkan pembayaran. Semuanya terpercaya. Tidak ada manipulasi.

Tidak lama kemudian, ada notifikasi pesan masuk. Itu adalah video dari klinik. Emily membukanya. Itu adalah rekaman di bawah mikroskop pembesar, para kecebong milik Erick bergerak-gerak dengan lincah, bentuknya sempurna, dan jumlahnya tak terhitung. Emily menelan ludah dengan susah payah. Video itu adalah bukti yang mutlak.

Itu artinya, kemungkinan yang menjurus bahwa dirinya lah yang bermasalah jadi semakin kentara.

Nggak mungkin, kan uangku banyak, masa bisa-bisanya aku yang tidak subur, batin Emily, sebuah pemikiran arogan yang tidak masuk akal.

Rasa penasaran itu kini berubah menjadi ketakutan. Ia harus memastikan dirinya sendiri. Emily kepengen tes tapi gengsi. Gengsi jika sampai Erick tahu bahwa ia, wanita sempurna ini, ternyata memiliki kekurangan.

Emily mengambil keputusan. Ia akan memeriksakan diri secara rahasia. Jangan sampai Erick tahu.

Dan semenjak ia tahu bahwa suaminya sehat, rasa ingin mengulik lebih dalam terhadap Erick seperti benda-benda miliknya, kegiatan apa saja yang dia lakukan, meningkat berkali-kali lipat.

Sebuah kegilaan baru akan segera dimulai.

.

.

Bersambung.

1
nowitsrain
Kalaupun Zara nggak sama Erick, yang pasti nggak boleh sama kau juga sih Rayhan 😌😌
nowitsrain
Idih idihh
nowitsrain
Kostumnya mana Milaaaaa
〈⎳ FT. Zira
pacar apaan oiii/Curse/
〈⎳ FT. Zira
mila bisa diandalkan disegala situasi ya ternyata
🔵 Muliana
ini pasti akibat stress
🔵 Muliana
apa ini perintah ayah emily?
🔵 Muliana
sesuatu apa? kagum? anda telat
🔵 Muliana
dalam keadaan genting gini aja, kamu masih melindunginya
Dewi Payang
Semiga saja kandunganbya baik² aja...
nowitsrain
Ekhem... permisiiii, mbaknya juga selingkuh tapii
nowitsrain: Tapi aku nggak membenarkan tindakan Erick ya. No no ☝️☝️
total 1 replies
nowitsrain
Kan yang mulai duluan your bos yh..

Yaaa tapi kan hukum di negeri enih bisa dibeli 😌
nowitsrain
Ihhh beraninya keroyokan
nowitsrain
Tumbukkkkk Millll. Hajarrrrr
nowitsrain
Fun fact, makin sebel sama orangnya, akan makin sering dipertemukan.
tinie
hamil muda, punya madu kaya setan
jelas bikin perut keram
aku gak punya madu aja sering keram, gara dongkol hati ini 😁😁😁

jadi curhat nih
🔵 Muliana
dia lupa, kalo dia sendiri aja selingkuh /Facepalm/
🔵 Muliana
bisa jadi keputusan menyembunyikan masalah ini, akan jadi masalah di kemudian hari
🔵 Muliana
reyhan ini mata-mata, atau memang org yang menyukai zara?
〈⎳ FT. Zira
jmbak benerann🤣🤣
Zenun: wkwwkk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!