Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minyak wangi
Pembicaraan tadi sore tentang pernikahan benar-benar membuat efek besar bagi kami berdua, sudah tidak ada lagi perasaan canggung seperti kemarin-kemarin diantara kami berdua.
Kini aku dan juga Om Javar sedang berada di balkon apartemen, dia yang sedang meminum kopinya dan aku yang meminum susu kehamilan ku. Aku menyenderkan kepalaku pada bahunya dan dia yang sedang mengelus-elus perut ku yang masih rata.
"Kira-kira dia perempuan apa laki-laki?" Tanya nya tiba-tiba saat sedang mengelus perut ku.
"Eumm yang aku tau sih jenis kelaminnya baru kelihatan pas udah 4 bulan. Emang Om pengennya dia perempuan apa laki-laki?"
"Saya sih pengennya dia perempuan, karena saya udah pernah ngerasain punya anak laki-laki. Tapi mau apapun jenis kelaminnya nanti, saya gak masalah, yang penting dia sehat."
"Aku juga pengennya dia perempuan, biar aku ada temennya. Tapi kalaupun nanti dia laki-laki aku tetep seneng kok, pasti nanti dia bakalan seganteng Geovan."
"Kok Geovan? Saya kan ayahnya." Ucapnya tidak terima.
"Geovan juga kan kakaknya, pasti nanti mereka mirip."
"Tapi kan saya ayahnya, Amira."
"Iya-iya, nanti dia gantengnya mirip kayak Om."
"Nah gitu kan lebih enak didengar. Ada yang lebih enak didengar lagi selain itu."
"Apa?" Tanya ku bingung dengan perkataannya.
"Saya pengen kamu panggil Mas lagi kayak kemarin-kemarin."
"Aku belum terbiasa deh, lagipula panggilan Om juga gak terlalu buruk."
"Buruk, menurut saya itu buruk. Saya ini calon suami kamu, bukan Om kamu."
"Baru calon suami ini." Ucapku sekali lagi, bermaksud untuk menggodanya.
"Saya nikahin kamu sekarang juga kalo kamu mau."
Aku langsung memukul lengannya pelan, pria ini kalau bicara memang suka tidak berfikir dua kali. Terdengar kekehan milik pria yang kini tangannya tengah mengusap lembut bahu milikku.
"Lagian kamu duluan yang goda saya, giliran saya goda balik malah mukul."
"Om nyebelin." Ucapku sambil merenggut.
"Om? Coba ulangi lagi."
"Iya-iya! Lagian Mas nya nyebelin, puas?!"
"Nah gitu dong, jangan sampe lupa lagi."
Aku pun tidak merespon ucapannya itu, tangan ku kembali meraih gelas yang tinggal berisi setengah susu kehamilan itu dan langsung saja aku teguk sampai habis. Dapat aku lihat pria itu pun melakukan hal yang sama, dia meraih cangkir kopi miliknya dan menyesapnya.
Tapi tiba-tiba aku dikagetkan dengan sebuah kecupan mendadak dari nya pada bibirku yang baru saja selesai menyesap sisa susu tadi.
"Tadi ada sisa susu nya di bibir kamu, saya bersihin."
"Kan bisa pake tangan aja Mas, kalo males bisa kasih tau aku langsung aja biar nanti aku yang lap."
"Saya pengennya pake cara yang tadi."
"Itu sih maunya kamu!"
Dia pun membawa tubuhku dalam sebuah pelukan, menyelusupkan kepalanya pada leherku, walaupun sebenarnya aku belum terbiasa dengan hal ini, tapi aku hanya bisa diam dan membiarkannya melakukan itu.
"Geli tau Mas, itu kumis yang tipis-tipis nya mulai tumbuh. Perasaan pas kemarin-kemarin gak ada deh."
"Saya gak sempet buat cukur, sibuk nyari kamu yang tiba-tiba hilang."
"Suruh siapa nyari aku."
"Gak ada yang suruh, itu mau saya sendiri."
Aku hanya memutar malas bola mataku mendengar penuturannya. "Ya tapi jangan sampe lupa ngerawat diri kayak gini."
"Ini semua kan gara-gara kamu, saya jadi gak bisa ngapa-ngapain karena mikirin kamu terus."
"Alasan."
"Saya serius Amira."
"Iya-iya percaya deh. Ya udah nanti sebelum mandi aku bantu buat cukur."
"Kamu mau mandi bareng saya?"
"Enak aja! Aku kan bilangnya sebelum Mas mandi."
"Padahal kalo beneran mau mandi bareng saya juga gak apa-apa, lagipula saya udah pernah lihat semuanya."
Sebuah pukulan aku layangkan pada lengannya, kalau bicara tidak pernah disaring dulu, aku kan jadi malu dengernya.
______________________________________
Dengan hati-hati aku mencukur rambut-rambut halus yang ada di dagu serta di atas mulutnya, tempat biasanya kumis tumbuh. Sesuai dengan apa yang aku katakan tadi, jika aku akan membantunya untuk mencukur kumis tipis milik nya.
"Pasti kalo nanti kumisnya tumbuh, makin kelihatan kayak om-om deh Mas." Ucapku di tengah kegiatan itu.
"Ya emang saya om-om, kamu ngiranya selama ini saya bujang?"
"Nggak juga sih."
Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara kami berdua, aku melanjutkan pekerjaan ku dengan hati-hati karena takut kulitnya ikut tergores. Dirasa sudah cukup rapih dan juga bersih, aku pun menyuruhnya untuk membasuh wajahnya itu.
"Udah selesai, sekarang tinggal Mas bilas aja, sekalian mandi juga sana."
"Gak mau ikut mandi bareng?"
"Gak ya! Udah sana, aku mau siapin baju gantinya."
Perintah dari aku pun langsung dia turuti, dia langsung masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa sebuah handuk, sedangkan aku berjalan ke arah lemari untuk mengambil dan menyiapkan pakaian untuknya.
Selesai menyiapkan pakaian untuknya, aku pun keluar dari dalam kamar menuju ke dapur bertujuan untuk mencuci gelas dan juga cangkir tadi. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengerjakan tugas tersebut, kini aku tengah duduk di kursi yang ada di meja makan sambil memakan sebuah cemilan kentang yang saat itu pernah aku beli.
Terdengar suara pintu kamar yang terbuka dan kemudian di tutup kembali, terlihat seorang pria yang sudah rapih dengan penampilannya sehabis mandi, pria itu mendekat ke arah ku.
Namun, pada radius dua meter aku mencium bau minyak wangi miliknya yang membuat aku mual. Karena sudah tidak tahan untuk mengeluarkan isi yang ada di dalam perutku, aku pun berlari ke arah wastafel untuk mengeluarkannya.
"Huekk.. huekkk.. huekk.." keluarlah semua isi perutku.
Mas Javar sudah ada di belakang ku membantu memijat-mijat tengkukku. Setelah semuanya aku keluarkan, aku pun merasa lemas dibuatnya. Aku pun hendak kembali ke tempat meja makan, Mas Javar berinisiatif untuk membantuku berjalan, tetapi aku melarangnya dan meminta dia untuk menjauh dari ku, karena aku tidak suka mencium aroma yang melekat padanya.
Aku pun kembali duduk di kursi yang ada di meja makan tadi, kemudian meminum air putih milikku tadi yang ada disana.
"Mas pake minyak wangi yang mana deh? Bau nya gak enak banget." Ucapku jujur, karena memang bau nya tidak enak menurutku.
"Ini minyak wangi yang biasa saya pakai, kemarin juga saya pakai yang ini kamu baik-baik aja."
"Nggak tau deh aku, Mas ganti bajunya aja, aku gak suka sama bau nya."
Tanpa banyak protes dia pun kembali berbalik ke dalam kamar dan tidak lama keluar lagi dengan setelan yang baru, tanpa adanya bau minyak wangi tadi yang melekat.
"Nanti saya ganti minyak wangi yang sesuai sama selera kamu."
"Iya, buat sementara ganti aja. Biar nanti aku cariin minyak wangi yang pas dan gak bikin aku eneg."
"Kamu masih lemes? Masuk ke kamar lagi aja biar bisa istirahat."
"Gendong, aku masih lemes buat jalan."
Dia pun langsung menggendong ku seperti bayi koala kembali masuk ke dalam kamar dan merebahkan diriku di atas kasurnya.
___________________________________
Ada pembaca setia yang nungguin cerita ini update gak??