Berkali-kali dikhianati membuat Marwah mengalami trauma, dia tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun juga. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha berkedok ustaz yang sedang mencari orang untuk mengurus ibunya.
Nahyan ternyata tidak jauh berbeda dengan Marwah. Keduanya tidak beruntung dalam hal percintaan.
Akankah Allah menjodohkan mereka berdua dan saling mengobati luka satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Sebuah Ungkapan Cinta
Marwah masuk ke dalam kamarnya dan duduk di ujung ranjang. Tidak tahu kenapa, air matanya menetes dengan sendirinya. Memang sejak awal bertemu dengan Nahyan, Marwah merasakan kagum kepada Ustaz muda dan tampan itu.
"Aku jatuh cinta kepadanya disaat aku tidak ingin jatuh cinta kepada siapa pun, dia hadir disaat aku sedang mati rasa, dia mengembalikan kembali perasaan hatiku yang sudah lama hilang, jatuh cinta kepadanya sungguh diluar kendaliku, dan aku tahu jika perasaan ini ada karena kehadirannya. Ya, Allah aku harus bagaimana? perasaan ini sulit untuk aku tolak tapi aku takut sakit untuk kesekian kalinya," gumam Marwah dengan deraian air matanya.
Marwah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Hingga pintu kamar pun terbuka membuat Marwah segera menghapus air matanya. "Astaghfirullah, maaf Nak, Ibu kira kamu tidak ada di kamar. Ibu hanya mau mengambil bonek Namira," ucap Ibu Ani kaget.
"Tidak apa-apa, Bu," sahut Marwah.
"Kamu nangis Nak? ada apa? apa Ibu Halimah memarahimu?" tanya Ibu Ani khawatir.
Marwah menggeleng. "Terus, kamu kenapa?" tanya Ibu Ani kembali.
Marwah menatap Ibunya, dan air mata kembali menetes membuat Ani semakin panik. "Marwah bingung, Bu," ucap Marwah.
"Bingung kenapa, Nak? coba cerita sama Ibu," pinta Ibu Ani.
Marwah menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. "Ibu Halimah meminta Marwah untuk menikah dengan Ustaz Nahyan," sahut Marwah.
"Apa?" Ani terlihat sangat terkejut.
"Marwah bingung harus bagaimana?" ucap Marwah.
Ani menggenggam kedua tangan Marwah. "Apa kamu mempunyai perasaan kepada Ustaz Nahyan?" tanya Ibu Ani.
Marwah menatap Ani. "Perasaan ini sulit untuk dikendalikan, Bu. Dari awal Marwah sudah kagum kepada Ustaz tapi Marwah tidak menyangka jika Ibu Halimah ingin Marwah menikah dengan Ustaz Nahyan," sahut Marwah.
"Istikharahlah Nak, Bapak yakin kamu akan mendapat jawaban dari Allah," ucap Pak Dadang yang tiba-tiba muncul di depan pintu.
"Marwah takut, Pak," lirih Marwah.
"Marwah, Bapak pernah mendengar ceramah dari Ustaz, carilah pasangan yang mampu membuatmu ingat kepada penciptamu dan Bapak yakin kalau Ustaz Nahyan bisa membawamu ke surga-Nya," sahut Pak Dadang.
"Pak, yang minta itu Ibu Halimah dan Ustaz belum tentu mau sama Marwah," ucap Marwah.
Dadang mengusap kepala Marwah. "Istikharah karena itu satu-satunya jalan supaya kamu dapat jawaban dari Allah," sahut Pak Dadang.
Malam pun tiba....
Seperti biasa Marwah keluar dari kamar Halimah setelah selesai memberikan makan malam untuk Halimah. Setelah terlihat Halimah tertidur, Marwah pun segera keluar dari kamarnya. Marwah berjalan melewati ruang tamu yang lampunya sudah mulai dipadamkan.
Pandangan Marwah terhenti ke sudut ruangan, ternyata di sana ada Nahyan yang sedang duduk melamun. Sedangkan di luar, sedang turun hujan cukup deras dan beruntung tidak disertai dengan petir. Marwah segera ke dapur untuk menyimpan piring kotor, dia juga membuatkan kopi untuk Nahyan.
"Ustaz, ini aku buatkan kopi," ucap Marwah.
Nahyan tersentak kaget. "Ah iya, terima kasih," sahut Nahyan.
"Ehmm... Ustaz kenapa? sepertinya Ustaz sedang memikirkan sesuatu?" tanya Marwah.
"Tidak ada, aku hanya sedang berdiam diri saja," sahut Nahyan.
Nahyan menyesap kopi buatan Marwah lalu dia menoleh ke arah Marwah. "Duduklah, aku yakin kamu juga belum ngantuk 'kan?" seru Nahyan.
Marwah pun dengan ragu-ragu duduk di hadapan Nahyan. Nahyan berdehem dan membenarkan posisi duduknya seakan ada sesuatu hal serius yang ingin dia sampaikan kepada Marwah. "Marwah, boleh aku tanya sesuatu?" seru Nahyan.
"Boleh, Ustaz."
Nahyan menghela napasnya. "Apa kamu sudah punya calon?" tanya Nahyan yang membuat Marwah terkejut.
"Maksud Ustaz apa?" tanya Marwah gugup.
"Selama ini ada sesuatu yang sudah aku abaikan, setiap kali melihat kamu dan mendengar suara kamu, aku merasakan ketenangan yang tidak pernah aku temukan sebelumnya," ucap Nahyan.
Jantung Marwah kembali berdetak tak karuan mendengarkan ucapan Nahyan. "Maukah kamu menjadi bagian dari hidupku?" seru Nahyan sembari menatap Marwah.
Akhirnya Nahyan mengungkapkan isi hatinya, sebenarnya dia melamun karena dia sudah tidak sanggup menahan beban dalam hatinya. Setidaknya malam ini dia sudah mengeluarkan isi hatinya, mau diterima atau tidak itu urusan nanti. Marwah mulai meremas kedua tangannya bahkan tangannya mulai bergetar. Nahyan tahu itu.
"Aku tidak mau menakutimu jadi kamu jangan takut. Aku juga tidak akan memaksa kamu, itu hak kamu mau menerima aku atau tidak," ucap Nahyan.
"Ke--kanapa Ustaz bicara seperti itu? aku tidak punya apa-apa dan aku juga tidak selevel dengan Ustaz, aku hanya orang kampung yang bekerja di sini," sahut Marwah tanpa berani menatap Nahyan.
Nahyan mengerutkan keningnya. "Semua ini adalah titipan, aku tidak punya harta sedikit pun. Justru karena ini semua titipan, setidaknya aku punya sesuatu yang berharga yang bisa aku miliki dan bisa membawa aku ke surga. Menikah adalah sebuah kewajiban, selama ini aku selalu melaksanakan istikharah untuk mendapatkan jawaban atas perasaan yang aku rasakan ini. Tapi ternyata perasaan ini tidak pernah hilang justru semakin besar, aku meyakini jika ini adalah jawaban dari Allah atas pertanyaanku selama ini. Jika Allah tidak menjodohkan kamu denganku, mungkin perasaan ini sudah hilang tapi nyatanya perasaan ini malah semakin besar," jelas Nahyan.
Mata Marwah berkaca-kaca, dia berusaha untuk menahan air matanya supaya tidak menetes. "Kenapa Ustaz mempunyai perasaan itu kepada aku?" tanya Marwah dengan suara bergetar.
"Allahlah yang menanamkan rasa cinta di hatiku, jadi jangan bertanya kepadaku kenapa aku mencintaimu," sahut Nahyan.
Marwah seketika menatap Nahyan, air matanya sudah tidak bisa ditahan lagi. "Aku bukan wanita yang sempurna Ustaz, masih banyak wanita sempurna di luaran sana yang pantas mendampingi Ustaz," ucap Marwah dengan deraian air matanya.
"Sesungguhnya tidak ada pria dan wanita yang sempurna, tapi kesempurnaan tercipta ketika keduanya dipersatukan dan saling melengkapi kekurangan masing-masing," sahut Nahyan.
Air mata Marwah semakin deras, baru kali ini dia melihat pria seperti Nahyan. Dulu, pria yang mendekati dia tidak pernah ada yang berkata seperti itu. "Aku masih takut Ustaz, aku sudah dua kali gagal menikah dan aku takut gagal lagi," lirih Marwah kembali menunduk.
"Masa lalu itu memang tidak mudah untuk dilupakan, tapi minimal kita bisa memaafkan masa lalu. Cara untuk memaafkan masa lalu adalah dengan menutup semua memori yang pernah terjadi dan membuka lembaran baru untuk mendapatkan cerita-cerita baru dan kenangan-kenangan baru," sahut Nahyan.
Marwah terdiam, dia tahu jika tidak semua laki-laki menyakiti. Dan Marwah juga yakin jika, Nahyan bukan lelaki yang suka menyakiti hati wanita.
"Bismillah." Akhirnya Marwah pun mengangguk pelan pertanda jika dia menerima Nahyan.
"Alhamdulillah." Nahyan begitu sangat lega dengan jawaban Marwah.
*
*
*
Cerita Marwah dan Nahyan memang hampir tidak ada konflik berat, nanti dibikin konfliknya di season 2 ya. Cerita anaknya yang harus berhadapan dengan pria brandalan😅😅
Coba cek ombak, siapa yang mau lanjut season 2? kalau gak rame, gak bakalan di lanjut.
kasihan blm dpt jodoh nya