Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dendam
"Huuus, ngomong apaan, sih? Minta sama Allah dipanjangkan umur, dunia ini masih terlalu indah, jangan berputus asa," sahut Darmadi. Ia tak ingin gadis itu terlalu pesimis dengan dirinya. Meskipun pemuda itu tahu tentang sesuatu hal yang tak ingin ia ungkapkan. Ia memilih menyimpannya dalam hati.
"Iya, Bang. Aku tau, berputus asa itu dosa. Tetapi aku sangat membencinya. Apa salahku sampai setega itu diracunnya." Kiky mulai terisak. " Bahkan kenal pun tidak dengannya, tetapi bisa setega itu dia buatkan aku seperti ini," rasa sakit dihatinya, membuat gadis itu semakin membenci pria sepuh tersebut.
"Percayalah. Baik buruknya sebuah perbuatan, maka akan ada balasannya," sahut Darmadi. "Meskipun itu sebesar biji zarah," pemuda itu menimpali ucapannya.
Kedua terlibat obrolan yang serius, hingga mereka tiba didepan rumah kos. "Kamu istirahat saja, nanti biar abang jemputkan Yayuk, dan kak Emy. Kalian istirahat, jangan capek-capek," pemuda itu menurunkan sang gadis. Lalu membantunya memasukkan dua buah kelapa muda yang sudah diberi doa-doa yang ditujukan untuk kesembuhan sang gadis.
Setelah selesai membantu sang gadis. Ia beranjak pergi dan akan menjemput Yayuk untuk menemani Kiky, lagipula gadis itu juga masih belum begitu sehat.
Ia mengendarai motornya, menuju tempat MTQ (Red: Musabaqah Tilawatil Qur'an) diadakan. Fikirannya masih berkecamuk, ada hal yang tak nyaman dihatinya.
Setibanya ditempat tersebut. Peserta qasidah dari kelurahan sudah tampil. Ia hanya melirik sekilas, mengambil foto, sebagai dokumentasi untuk laporan harian kegiatan, dan kembali mencari keberadaan Yayuk.
Setelah cukup lama mencari, akhirnya ia menemukan gadis itu. "Yuk, kami susah banget dihubungi," omelnya pada itu.
"Baterai HP-ku habis, Bang." ia memperlihatkan bukti dari ucapannya pada pemuda itu.
"Gimana Kiky, Bang? Sudah membaik?" tanya Yulia, dengan nada desakkan. Terlihat jelas diwajahnya raut cemas.
Darmadi terdiam sejenak. Ia menatap Yulia dengan pandangan nanar. "Semoga membaik," jawabnya datar. Seolah tidak memberikan sebuah kepastian.
"Yuk, kamu pulang oe kos saja. Kamu masih dalam masa penyembuhan, dan butuh istirahat yang cukup," ajaknya pada gadis itu.
Yayuk imgin menolak, tetapi ia merasa jika tubuhnya seperti lelah.
"Baiklah, aku pulang. Lagipula aku merasa lemah, dan dadaku sedikit sesak." sahutnya. Wajahnya terlihat sangat pucat.
"Ya sudah, ayo pulang. Besok kita berobat yang terakhir. Jaga pantangan, jangan makan sembarangan," pesannya.
"Iya, Bang." iya mengangguk patuh. Lalu beranjak dari tempatnya, dan menghampiri Emy.
Setibanya didekat Emy, ia mencolek lengan sahabatnya. "Kak, kata Bang Darmadi pulang. Soalnya kakak masih dalam masa pemulihan," ucapnya ditelinga gadis itu. Sebab suara berisik dari sound system sudah membuat gendang telinga terasa tak nyaman, apalagi sound horeg, bisa tuli telinga dibuatnya.
Emy melirik Andana. "An, aku balik ya, si ketua suruh balik," ucapnya pada sekretaris Tim.
"Iya. Istirahat saja, jangan dipaksakan," ucap Andana.
Kemudian keduanya pulang ke rumah kos baru, dengan bonceng tiga.
Setelah Emy dan Yayuk pulang, Andana menatap Yudi. "Bang, kak Emy sakit apa?" tanyanya, sebab ia bekum sempat bertanya banyak pada sahabatnya.
"Kena santau," bisiknya pada Andana, yang mana didengar oleh Fitri.
Astaghfirullah." ucap keduanya dengan serentak. "Serius, Bang? Jadi bukan karena acar?" desak Andana.
Yudi menggelengkan kepalanya, lalu melipat kedua tangannya didepan dada.
"Kena dimana?" tanya Fitri.
"Kata yang ngobati, dikirim melalui angin, bukan lewat makanan," ucapnya dengan serius.
"Astaghfirullah. Kok ada ya orang sejahat itu?" Fitri menarik nafasnya dengan berat. Seperti ada rasa kesal didalam hatinya.
"Namanya juga ilmu hitam. Kalau mau cari tumbal, ya tidak perlu memilih siapa yang harus ia tumbalkan. Apalagi kita pendatang, pasti jadi sasaran empuk," sahut Yudi kalem.
"Abang tau tentang racun ini?" tanya Andana.
"Sedikit. Soalnya aku suku Melayu. Tapi lihat langsung orang yang kena begitu baru kemarin, saat Yayuk muntah darah sebanyak itu,"
"Ya, Allah. Jauhkan-lah hamba dan teman-teman dari sihir Santau. Aamiin..." doa Fitri, dengan penuh harap, dan memohon agar kiranya Sang Penguasa Alam mendengarkan apa yang menjadi doanya.
"Semoga itu Atok dapat balasan yang setimpal," ucap Andana dengan geram.
Saat bersamaan, Fitri melihat seorang pria berpeci hitam yang duduk diantara barisan para peserta dari kelurahan desa sebelah. Terlihat kukunya menghitam, dan gerak-geriknya mencurigakan.
"Itu si Bapak, peracun, bukan-sih?" bisiknya pada kedua rekannya.
Andana dan Yudi menoleh ke arah yang ditunjuk Fitri menggunakan ekor matanya, dan mereka bergosip dengan suara yang sangat direndahkan.
"Iya, itu kukunya hitam banget. Apa dia yng buat peserta puteri kita tiba-tiba hilang suaranya?" tuduh Andana. Ia tiba-tiba merasa benci dengan siapapun yang kukunya hitam, dan menganggap mereka adalah orang yang memiliki racun.
"Ya gak tau juga, sih. Soalnya yang punya disini bukan satu atau sua orang, tapi lebih," sahut Yudi.
"Kalau begitu, desa ini disebut desa beracun, dong?" Fitri menyela.
"Iya, kata Bang Darmadi ini julukannya, desa beracun, sehingga kalau ada orang luar datang kemari, mereka takut untuk makan sembarangan. Apalagi kalau dihidangkan sesuatu," sahut Yudi.
"Jadi, kita KKN didesa beracun," Andana bergidik ngeri.
Dan hal itu diikuti oleh Fitri, yang merasa sangat takut saat membayangkannya. Bagaimana tidak, Yayuk memuntahkan darah kental dihadapannya.
*****
Kiky mendengar suara adzan Dzuhur berkumandang. Ia mengambil wudhu, lalu membentangkan sejadah dan melaksankan ibadahnya.
Saat bersamaan, Yayuk dan juga Emy baru tiba, diantar oleh Darmadi.
Keduanya masuk kedalam rumah, dan mendapati gadis itu sedang khusyuk berdoa.
Sedangkan untuk Emy dan Yayuk, mereka sedang menstruasi, sehingga tidak dapat untuk ibadah.
Saat diakhir shalatnya, masih dalam posisi sujudnya, ia melantunkan sebuah doa. "Ya Rabb..., andaikan umurku masih panjang, berilah aku kesembuhan dengan jalan-Mu. Namun, jika umurku tak lagi panjang, maka berikanlah sebuah karma pada pri si pengirim santau. Buatlah rasa sakit ini berpindah ketubuhnya, sama seperti yang ku alami. Jangan lagi ada korban yang lainnya, musnahkan-lah pemiliknya."
Gadis itu bangkit dari sujudnya. Hatinya terlalu sakit. Meskipun berusaha ikhlas dengan ujian yang sedang dihadapinya, tetapi ia hanyalah seorang hamba yang tak luput dari khilaf dan salah.
Ia mengakhiri shalat dan doanya. Lalu menatap kedua rekannya. "Kak Yayuk kena santaunya kapan?" tanya gadis itu dengan lirih.
"Waktu siang, setelah kamu libur." jawabnya.
"Muntah darah juga?"
Yayuk menganggukkan kepalanya. "Ya, cukup banyak," sahut gadis itu.
"Aku juga kena," ucap Emy.
"Astaghfirullah, masa sih, Kak?" Yayuk dan Kiky istighfar secara serentak. Keduanya seolah tak percaya mendengar pengakuan dari Emy.
Emy menganggukkan kepalanya. "Kata yang ngobati dikirim melalui angin,"
"Jahat banget tuh orang! Ada masa nanti dia kena karma!" Yayuk berucap dengan geram.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...