NovelToon NovelToon
Dikutuk Jadi Tampan

Dikutuk Jadi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Harem
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: HegunP

Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.

Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.

Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.

Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Menjadi Sales

Edo memotong-motong daun bawang di dapur dengan wajah ceria. Tentu saja karena ini hari pertamanya bekerja bersama pak Taufik.

Edo yang akhirnya menemukan tujuan yang ingin dicapai di 7 tahun usianya, memulai hari dengan semangat membara. Apalagi di buku catatannya, tertulis: langkah pertama adalah menjadi orang kaya.

Itu tujuan yang tidak mudah tapi harus yakin bisa dengan cara kerja keras.

Tapi kenapa harus jadi orang kaya dulu? Kenapa tidak langsung datangi Putri? Pasti Putri langsung klepek-klepek lihat wajah tampan Edo yang luar biasa.

Edo sebenarnya punya pemikiran seperti itu. Hanya saja, ia tahu betul kalau Putri itu anak orang kaya. Ayahnya saja selain jadi kepala sekolah juga seorang pebisnis sukses.

“Modal ganteng gak cukup untuk menaklukan Putri. Yakali aku nikahi dia dalam keadaan miskin.” Begitulah pemikiran Edo. Mindset yang cukup dewasa di usianya yang 18 tahun.

Tapi sepertinya, untuk mencapai semua target hidup itu akan datang banyak rintangan yang menyulitkan. Salah satunya datang dari Miya. Seperti yang terjadi pagi ini, Edo yang semangat memotong daun bawang, tiba-tiba didatangi cewek itu dari belakang.

“Selamat pagi, Pangeran!” sapa Miya sambil merangkul erat perut Edo dari belakang tanpa ragu-ragu.

Edo tentu kaget. Bisa-bisanya Miya menyapa dengan cara seperti ini. Hampir saja ibu jarinya terkena mata pisau.

“Miya, jangan meluk-meluk kaya gini, lepasin!” tatih Edo sambil menyingkirkan rangkulan Miya dari perutnya.

Miya yang memakai seragam sekolah malah melawan dengan cara semakin mempererat pelukannya.

“Gak mau! Kalau Kakak mau lanjutin kerja, lanjut aja. Aku gak akan ganggu, ko. Hanya meluk kaya gini aja.” Miya menyandarkan kepalanya di punggung lebar Edo dengan wajah girang.

Edo bisa saja lanjut memotong bawang dan mengabaikan apa yang dilakukan cewek di belakang punggungnya ini. Hanya saja pelukan Miya itu benar-benar membuatnya tidak fokus. Terutama ketika Miya mengelus-elus perut ratanya. Aliran darah di sekujur tubuh Edo jadi terasa mendesir kencang.

“Miya jangan begitu. Lepasin!”

“Gak mau, pangeranku!”

Dari pintu belakang dapur, datanglah Taufik sambil membawa kantong kresek berisi sayuran. “Miya itu lepasin Nak Edo. Kamu ganggu dia!” tegurnya.

Untung saja Taufik datang di waktu yang tepat, membuat Miya langsung menuruti perintah sang ayah. Edo pun bernapas lega.

“Hehe iya deh. Pak aku berangkat sekolah dulu ya,” izin Miya.

“Gak sarapan dulu?”

“Miya udah terlambat, Pak!”

Taufik hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah laku anaknya. “Maafin anak saya, ya, Nak Edo. Dia memang genit kalau ada cowok ganteng.”

“Gak apa-apa, Pak.” Padahal kelakuan Miya tadi sangat apa-apa. Tapi Edo cuma bisa tersenyum sopan sambil sedikit menunduk.

Edo kembali melanjutkan pekerjaannya. Namun malah muncul guritan cemas di wajahnya. Gara-gara kelakuan Miya tadi, Edo merasa takut berubah suka sama Miya lalu melupakan tujuan hidupnya untuk menikahi Putri.

Edo akui, Miya itu cewek imut yang juga cantik. Punya lekuk tubuh ideal, serta meski masih SMA sudah diberkati aset dua gunung yang menggoda. Siapa yang tidak akan tertarik ke cewek seperti itu.

Ditambah lagi, meski menyebalkan gara-gara terlalu centil, Edo tidak bisa memungkiri kalau Miya itu cewek yang baik. Dan juga, centilnya itu membuat jantungnya berdebar-debar.

Entah berdebar-debar karena suka atau karena belum terbiasa diperlakukan baik oleh lawan jenis. Yang jelas, Edo berharap tidak menyukai cewek itu demi bisa menjaga hatinya untuk Putri.

Pukul 8 pagi, warung dibuka. Edo diberi tugas menjadi pencatat pesanan dan pengantar makanan untuk pembeli yang datang.

Edo memakai kaos oblong dan celana pendek hasil pinjam dari Taufik karena baju-baju yang ia bawa di tasnya semuanya tidak muat.

Tentu Taufik kemarin malam heran dan sempat bertanya kenapa pergi merantau malah membawa pakaian yang kekecilan. Edo pun berbohong dengan bilang tasnya tertukar dengan milik orang lain saat perjalanan naik bis ke ibu kota.

Kobaran semangat membara memancar dari wajah Edo yang siap menyambut pembeli datang. “Moga yang beli ramai, biar cepat ngumpulin uang banyak!”

Dan pada akhirnya, sampai jam 12 siang, tidak ada satupun pembeli datang. Edo kebingungan, sementara Taufik tidur pulas di meja. Edo jadi curiga kalau ada yang salah dengan tempat usaha milik Taufik ini.

“Pak Taufik, ko gak ada pembeli datang? padahal ini sudah waktunya jam makan siang?” tanya Edo setelah membangunkan Taufik.

Taufik menjawab sembari mengusap-ngusap matanya. “Nak Edo. Sebenarnya usaha bapak sudah sepi sejak seminggu yang lalu gara-gara ada restoran murah yang buka di ujung jalan sana. Satu karyawan bapak sampai minta berhenti kerja. Mangkanya, nak Edo sekarang jadi penggantinya,” jelas Taufik panjang lebar.

Deg!

Mendengar itu, Edo jadi makin cemas. Rasanya untuk bisa jadi orang kaya cepat sebelum sampai 7 tahun jadi terasa mustahil.

“Pantas kemarin pas baru sampai di warung ini, gak ada yang beli. Cuma aku yang beli,” gumam Edo.

Edo yang tidak ingin menyerah begitu saja, mulai berfikir mencari solusi. Dia berjalan keluar lalu duduk jongkok di luar warung makan. Sekalian mencari udara segar karena cuaca sedang panas-panasnya.

Sampai akhirnya, sebuah ide hinggap di kepalanya saat melihat seorang tante-tante muda sedang berjalan menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

“Mungkin jika pakai cara ngajak seperti sales bisa dapat pembeli.” Begitu idenya.

Dia pun bergegas menghampiri tante-tante itu yang penampilannya modis dengan memakai kemeja garis-garis. Edo sebenarnya malu. Tapi demi bisa dapat pembeli, terpaksa harus melawan rasa itu.

“Tan–tante mau makan siang yang murah tapi lezat, gak? Beli di warung saya, yuk!” tawar Edo, sedikit terbata-bata.

“Apaan sih, berisik! Siapa juga yang mau ma …. Aduh gantengnyaaa …!”

Si tante-tante yang awalan bermuka sewot langsung berubah terkagum-kagum saat melihat wajah sosok yang menawarinya.

“Gimana, Tante?” tanya Edo, memastikan meski tak yakin.

“Oh mau … mau banget! ” ucap si tante-tante, tak berkedip. Terbius dengan keindahan paras Edo.

“Kalau gitu. Ayo ikut saya, Tan!”

“I–iya.”

Dan tanpa banyak mengeluarkan kata-kata rayuan, Edo berhasil membawa tante-tante itu masuk ke dalam warung. Si tante benar-benar dibuat terhipnotis. Gara-gara itu juga, kaki kanan si tante yang memakai sepatu hak tinggi terpeleset saat melangkah masuk ke dalam ruangan.

“Eh, eh, eh!” teriak si Tante terhuyung jatuh.

Untung saja Edo cepat tanggap. Datang cepat menangkap. Membuat si tante jatuh ke dada bidangnya.

Tapi gara-gara itu, Edo dibuat melongo. Dua kancing atas kemeja milik si Tante jadi tak sengaja terbuka sendiri.

“Astaga, itu … !” seru Edo.

1
Sharon Dorantes Vivanco
Gak akan kecewa deh kalau baca cerita ini, benar-benar favorite saya sekarang!👍
HegunP: makasih. ikutin terus ceritanya, ya. karena akan makin seru 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!