CEO yang dijodohkan oleh orang tuanya sewaktu kecil. tetapi CEO memiliki kekasih. akhirnya CEO membuat surat kontrak pernikahan selama enam bulan. Dan dia juga membuat surat cerai yang sudah dia tandatangani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Felicia Sonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 Rindu masakan
"kenapa saya tidak bisa balas Sara kalau lagi marah ya" batin dimas yang duduk di kursi kebesarannya.
Tak lama ada orang sedang menelfon.
Dimas hanya melihat saja nama yang tertera di HP-nya tanpa niat untuk mengangkatnya.
"Kenapa hati saya seperti ini ya." Kata dimas sambil melihat HP-nya.
Telfon pun berbunyi lagi dan tetap nama yang tertera tetap sama yaitu sintia
"Hallo" kata dimas yang akhirnya mengangkat panggilan sintia.
"Kenapa telfon saya kamu tidak angkat. Apa kamu sudah tidak sayang dengan ku"
"Tidak seperti itu. Saya dari luar tadi hp saya tinggalkan di ruangan. Bagaimana dengan keadaan kamu"
"Kamu tidak datang menjenguk saya. Saya kesakitan seperti ini tapi kamu tidak mau peduli. Kamu sepertinya tidak sayang lagi dengan saya."
"Maaf sayang. Saya lagi sibuk. Sebentar saya kesitu kalau sudah pulang ya"
"Benar ya"
"Iya"
"Oke sayang. Saya tunggu di rumah"
"Iya"
Dimas matikan telfonnya.
"Saya sudah punya sintia. Dia membutuhkan saya. Hanya dia yang saya cintai bukan yang lain. Ya" batin dimas menguatkan hatinya yang selalu gelisah.
Akhirnya dimas melakukan pekerjaannya kembali.
"Bagaimana ra" tanya dina
"Bagaimana apanya"
"Bagaimana dengan uang itu"
"Dia tidak mau ambil lagi. Katanya apa yang sudah dia berikan orang tidak akan dia ambil kembali"
"Waa kamu banyak uang sekarang kalau begitu haha"
"Ya sepertinya. Tidak salah juga saya gunakan. Sebelum saya benar benar resmi berpisah, tidak ada salahnya kalau menikmati sedikit uangnya haha"
"Kamu benar. Berarti besok jadi ke salon kan"
"Beres. Besok kita belanja sepuasnya saya yang traktir"
"Sip lah haha"
****
"Halo" kata papa rian
"Iya pa" kata dimas
"Kamu sudah mengurus pesta besok lusa. Sisa dua hari lagi pesta akan diselenggarakan."
"Iya pa. Semuanya sementara kami urus. Papa tenang saja."
"Baiklah. Besok lusa papa akan meluncur ke sana."
"Siap pa"
Papa rian mematikan telfon.
"Han keruangan saya sekarang"
"Baik tuan"
Asisten han masuk keruangan dimas.
"Ada apa tuan"
"Bagaimana perkembangan tentang pesta ulang tahun perusahaan."
"Sudah sembilan puluh persen tuan kemajuannya. Besok sudah selesai"
"Bagus. Besok terakhir kita mempersiapkan semuanya. Jangan sampai ada kesalahan."
"Siap tuan. Kalau begitu saya keluar dulu"
"Iya"
Dimas dan asisten han mengerjakan pekerjaannya lagi.
"Hai Sara dina" kata doni
"Kalian kok makan tidak ajak ajak"
"Kami sudah lapar. Kami kira kamu lagi makan diluar." Kata dina
Dina dan Sara makan di kantin kantor.
"Saya lagi malas keluar. O.ia pesta kan dua hari lagi. Kalian datangkan.".
"Iya dong. Saya dan Sara akan datang bersama sama"
"Bagus. Kita bertemu di pesta ya nanti"
"Siap. Pesanlah makanan" kata Sara
"Iya"
Setelah selesai jam perkantoran, dimas menuju ke apartemen sintia.
"Sayang" kata sintia sambil memeluk dimas
"Bagaimana keadaan kamu. Besok kita harus periksa ke dokter lagi"
"Kepala saya baik baik saja. Hanya sedikit sakit yang biasa datang tiba tiba kalau saya banyak pikiran"
"Jangan memikirkan banyak dulu. Kamu harus istirahat yang banyak. Kamu sudah makan.?"
"Tadi siang sudah. Kalau malam belum"
"Kita pesan makanan saja." Dimas memesan makanan. Dan tak lama makanan pun datang.
"Makan yang banyak trus minum obat. Kamu harus rajin minum obat"
"Iya. Asalkan ada kamu saya akan selalu baik baik saja"
Dimas mengusap kepala sintia dengan lembut.
"Habiskan makananmu. Saya akan menemanimu tidur."
"Kamu mau nginap sayang"
"Maaf saya tidak bisa. Saya harus pulang. Biar besok saya datang lagi ya antar kamu ke rumah sakit"
"Ya sudah."
Sintia memakan makanannya dan setelah itu dimas dan sintia menuju kamar untuk beristirahat. Tapi hanya sintia yang akan tidur.
"Tidurlah." Kata Dimas memeluk sintia dan mengusap kepalanya.
Sintia pun akhirnya tertidur dan dimas bangun dengan pelan dari kasur sintia dan pulang.
Pukul dua belas malam, dimas baru tiba dirumahnya.
Dimas melihat kamar Sara sebentar.
"Apa dia sudah tidur" batin dimas. Dimas pergi mengecek keadaan Sara. Dimas membuka pintunya dan masuk melihat Sara yang ternyata sudah terlelap.
"Kamu cantik" batin dimas saat melihat Sara tanpa kaca mata dan poni yang menutupi wajahnya.
Sara bergerak dan dimas langsung berdiri.
"Nanti dia bangun. Lebih baik saya keluar" kata dimas pelan.
Dimas pun keluar dan menuju ke kamarnya.
Pagi datang, bintang bangun dan menuju ke dapur dulu.
"Aaa ngantuk. Sudah lama saya tidak masak. Saya masak nasi goreng saja" Kata Sara
Sara memasak nasi goreng sederhana dengan telur ceplok. Dia membuat dua piring. Biar bagaimanapun Sara sadar posisinya masih sebagai istri seseorang walaupun hanya diatas kertas.
Setelah dirasa sudah selesai, Sara menyajikannya di meja dan pergi untuk bersiap siap dulu. Setelah selesai, Sara turun kembali ke dapur untuk sarapan. Dan tak lama dimas pun sudah keluar. Dimas menuju juga ke dapur.
"Kamu....." Kata dimas terpotong
"Duduklah makan."
"Iya"
Dimas duduk dan mengambil piring yang satunya lagi.
Dimas dan Sara memakan makanannya dalam diam.
"Kenapa canggung begini" batin dimas
"Mmmm besok ulang tahun perusahaan. Kamu datang kan" kata dimas memulai obrolan.
"Iya besok saya datang. O.ia nanti malam saya akan menginap di rumah dina."
"Kenapa harus menginap"
"Tidak apa apa. Saya hanya mau saja"
"Dina itu teman kamu di kantor"
"Iya"
"Saya duluan."
Sara telah selesai makan dan sudah mencuci piringnya. Dia pun keluar dari rumah dan menuju ke mobilnya. Rencana ini hari mereka akan ke salon sehabis pulang kerja nanti dan akan menginap di rumah dina biar besok bisa sama sama ke kantor untuk acara.
Karena besok libur kantor. Malam baru diadakan acara pukul delapan malam.
"Ngapain harus bermalam segala. Kan bisa bertemu disana" batin dimas
Tapi orang yang dia bicarakan sudah hilang dibalik pintu dan pergi dengan mobilnya sendiri.
Dimas memakan makan yang di masakan istrinya itu.
"Rindu juga dengan masakan ini" kata dimas yang melihat nasi goreng buatan Sara. Ketika selesai diapun pergi juga karena asisten han sudah datang .
"Bagaimana semua sudah bereskan" kata dimas
"Iya tuan. Semuanya sudah beres. Acara besok malam pasti akan berjalan lancar" kata asisten han
"Bagus"
Setelah beberapa menit mobil pun tiba di perusahaan.
"ra jadikan nginap di rumah saya" kata dina
"Jadi dong. Ke salonnya besok pagi saja ya. Besok kan kita tidak masuk kerja. Besok acara kantor hanya malam saja. Paginya bisa kita ke salon dulu".
"Iya kamu benar. Lagian kalau nanti malam ke salon pasti pulangnya tengah malam. Kalau cewek ke salon pasti akan lama".
"Itu kamu tahu hahaha"
Mereka pun melanjutkan pekerjaan.
"Halo sayang" kata sintia di balik telfon.
"Iya "
"Dimas kamu lupa ya kalau mau temani saya ke dokter.".
"Aduh kenapa saya sampai lupa" batin dimas
"Maaf sayang. Saya banyak kerjaan tadi" kata dimas
"Kamu sekarang beda dim. Kamu tidak perhatian lagi sama saya. Kamu beda dengan yang dulu. Kamu selalu yang menelfon saya dan selalu tanya apa yang saya lakukan."
"Tidak begitu sayang. Saya sayang sama kamu. Kamu jangan berfikiran yang aneh aneh. Tunggu ya saya siap siap dulu baru menuju ke situ"
"Iya. Saya tunggu"
Dimas mengakhiri telfonnya. Dan mulai memeriksa pekerjaannya sebelum ditinggal pergi.
"Oke semua sudah beres. Han keruangan saya"
Asisten han pun keruangan dimas
"Ada apa tuan"
"Saya mau keluar. Tolong kerjakan ini. Ini kamu cek, dari beberapa perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan ini. Kamu cek perusahaan mana yang cocok bekerja sama dengan kita"
"Baik"
"Saya mau keluar dulu. Mungkin saya sudah tidak akan kembali kesini. Tolong kamu urus semuanya. Dan acara besok saya harap semua sudah beres ya "
"Baik tuan. Tuan tenang saja"
"Bagus kamu memang bisa diandalkan"
Asisten han keluar ruangan, dan dimas juga keluar menuju kekediaman sintia.
terus knp sara gak di bikin istri yg tegas pintar,malah di bikin kalah sama gundik.
bahasanya juga pakai kata saya kek gmn gitu Thor.
kek ngmng sama orang lain bukan orang dekat.