Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.
Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.
Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.
Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 - Misi Yang Mustahil
"Tentu saja tidak mungkin semudah itu."
Senyum getir terlihat di wajah Wang Wu Xie saat akhirnya mengerti maksud misi itu. Mengisi gentong air ternyata berarti mengisi sepuluh gentong raksasa---masing-masing seukuran sebuah ruangan. Dindingnya menjulang, seolah menertawakan siapa pun yang mencoba menuangkan air ke dalamnya hingga penuh.
Untuk setiap gentong, Wang Wu Xie harus menuruni sungai di bawah tebing, lalu menaiki lima puluh anak tangga sambil membawa ember besar berisi air. Bahkan bagi orang dewasa, tugas ini bisa melumpuhkan tenaga dalam sekejap. Apalagi bagi anak seusianya.
Wang Wu Xie menarik napas panjang. Berat air bukanlah hal yang menakutkan, tapi kenyataan bahwa misi ini memang dirancang agar para murid luar menyerah di tengah jalan. Punggungnya akan remuk, lengannya bisa saja gemetar hingga tidak mampu menggenggam, tapi satu hal yang pasti... Bahwa menyerah bukanlah pilihan.
"Baiklah. Aku yang membuat pilihanku sendiri. Jadi meski terlihat mustahil, mari kita lakukan." Wang Wu Xie bernapas pelan dan memutuskan untuk mencobanya.
Hari itu, ia mulai dengan berjongkok di tepi sungai, menundukkan tubuhnya yang kecil untuk menimba air. Ember besar itu segera terisi penuh, dan seketika beban dingin menusuk otot-otot tangannya. Wang Wu Xie menggertakkan gigi, lalu mengangkatnya ke bahu.
Langkah pertamanya terasa ringan, tapi ketika mulai menaiki satu per satu anak tangga--lututnya bergetar hebat. Air dalam ember beriak dan sebagian menetes di sepanjang jalan, bahkan membasahi pakaiannya.
“Ha! Lihat itu! Si bocah payah yang mengambil misi dengan token merah!" ejek salah seorang murid luar yang sudah duduk beristirahat karena baru saja selesai dengan tugasnya.
"Dia benar-benar bodoh. Token merah adalah penyiksaan, apa kau tidak tahu?" ejek yang lainnya.
Tawa mencemooh terdengar, menusuk telinga lebih berat daripada beban air itu sendiri. Hanya saja Wang Wu Xie tidak menoleh. Pandangannya lurus ke depan dan napasnya berembus teratur meski dadanya terasa seperti terbakar.
Satu demi satu anak tangga ia taklukkan. Kakinya gemetar dengan punggung yang seakan hendak patah, tapi tekad di matanya tidak goyah. Setiap langkah terasa seperti menyalakan bara kecil di dalam dirinya.
Sesampainya di atas, ia menurunkan ember itu dengan hati-hati ke dalam gentong pertama. Suara ketika air itu menyentuh dasar gentong nyaris tidak terdengar, ini menandakan bahwa perjuangannya untuk mengisi penuh satu gentong air masih panjang.
Wang Wu Xie menutup mata sejenak, membiarkan paru-parunya mencari udara. Lalu, tanpa menunggu lama, ia kembali menuruni tangga, bersiap untuk ember berikutnya.
Langkah-langkah Wang Wu Xie semakin berat, seolah setiap anak tangga berubah menjadi gunung yang menindih tubuhnya. Peluh jatuh menetes, mengaburkan matanya, namun ia tetap maju tanpa menoleh.
"Berapa lama kau pikir dia bisa bertahan? Satu gentong? Dua gentong? Hahaha!" suara ejekan lain terdengar.
"Bahkan dia belum selesai dengan satu gentong, mustahil dia akan mengisi gentong berikutnya."
"Hei, Nak! Menyerah saja!" seorang murid meledek, "Menurutku kau akan butuh waktu sepuluh tahun untuk mengisi satu gentong hingga penuh! Batas maksimal dari misi yang diberikan hanya sebulan. Kau benar-benar menggali kuburmu sendiri!"
Wang Wu Xie tidak merespon setiap cemoohan yang ia dengar. Bahkan genggaman tangannya justru semakin kuat saat memegang ember kayu dengan buku-buku jari yang memutih.
Wang Wu Xie merasakan ketika kulit bahunya terasa perih karena tergores tali ember, tetapi dia tidak berhenti.
Pada perjalanan ketiga, lutut Wang Wu Xie sempat goyah dan hampir saja ia terjatuh, tapi secepat itu juga ia menggertakkan gigi, menegakkan tubuh, lalu melanjutkan langkahnya.
Murid-murid lain yang tadi menertawakan mulai terdiam, menyaksikan Wang Wu Xie yang tetap berdiri meski sudah tampak di ambang kejatuhan.
"Tsk. Benar-benar keras kepala,"
"Sudah. Ayo pergi. Tinggalkan saja dia,"
Murid Sekte Awan Putih pergi menjauh, meninggalkan Wang Wu Xie sendirian. Jujur saja, dia sama sama sekali tidak peduli. Bahkan baginya, dunia seolah mengecil menjadi hanya dirinya, air di dalam ember, dan anak tangga yang tidak ada habisnya.
Napas Wang Wu Xie tersengal, dadanya naik-turun, tapi matanya menyala. Hanya saja bukan karena amarah, tapi karena tekad yang semakin kuat hingga terasa dingin.
Saat ember keempat dituangkan ke dalam gentong besar, suara bluk! air menggema di tengah sunyi. Murid-murid yang tersisa hanya menatap tanpa kata, seakan tidak percaya anak seusianya mampu melakukannya.
Wang Wu Xie berdiri di sana dengan tubuh yang gemetar, telapak tangannya lecet dan bahunya memar. Namun ia justru mengangkat kembali ember kosong itu.
"Masih ada... Banyak gentong yang harus diisi,” gumamnya lirih, nyaris tanpa suara. Tetapi mampu membuat hati yang mendengarnya bergetar.
Matahari semakin tinggi dan bayangan Wang Wu Xie terpantul di tebing. Dia tampak kecil namun tegar. Bahkan ia tetap melangkah membawa tubuhnya yang berselimut keringat dan kelelahan, seolah sedang menepati janji bahwa ia tidak akan menyerah.
Tepat ketika Wang Wu Xie mengisi ember airnya yang kelima di sungai... Pandangan matanya tiba-tiba berubah gelap sebelum dikejutkan dengan wajah sosok yang selalu ia lihat dalam mimpinya selama ini.
!!!
******
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
hehehehe 😁😁😁😁
Kenapa begitu panik...?!
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...
Ini jejak-jejak 👣👣👣👣 kehadiranku