Touch Me, Uncle Dom!

Dom keluar dari kamarnya setelah membersihkan dirinya. Tubuhnya terasa segar dan bugar setelah ia melampiaskan hasratnya dan membuat istrinya tidak berdaya.

Emily masih di atas ranjang, tubuhnya benar-benar terasa lelah dan lemas. Setelah ia dimandikan oleh suaminya, ia langsung merebahkan diri kembali di atas tempat tidur yang masih terlihat berantakan itu.

"Hai, tampan. Kamu terlihat tampan sekali." Arra memuji ketampanan Dom saat mereka berpapasan di anak tangga.

Dom hanya melirik Arra sekilas, Ia terus melanjutkan langkahnya tanpa menjawab ucapan gadis tersebut. Wajahnya terlihat datar dan sangat menyebalkan di mata Arra.

"Dasar manusia kayu! Bagaimana bisa Lily menikah dengan pria menyebalkan itu!" Arra menatap punggung Dom yang sudah berada di puncak tangga.

"Semoga saja rumah tangga Lily tidak sedatar muka Dom. Ah, Aunty-ku yang malang." Arra bergumam sambil melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.

Dom menuju ruangan pribadi Dante, ia tahu jika menjelang sore seperti ini Dante akan selalu berada di ruangannya.

Dom mengetuk pintu ruangan yang berwarna putih itu, tidak berselang lama ada sahutan dari dalam yang mempersilahkan dirinya masuk ke dalam.

"Dom, silahkan duduk." Dante mempersilahkan Dom duduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Kebetulan kamu kemari. Baru saja aku akan memanggilmu," ucap Dante saat Dom sudah duduk di hadapannya.

Dom menatap datar Ayah mertuanya yang duduk berseberangan dengannya, "apa yang kamu butuhkan? Kamu menginginkan aku kembali ke perusahaanmu?" Dom bisa membaca pikiran Dante.

"Iya, salah satunya itu, tapi ada hal lain lagi. Ada undangan makan malam dari Carlos malam ini. Datanglah bersama Lily, dan katakan yang sebenarnya kepadanya, jika kamu adalah suami Lily," ucap Dante seraya menyerahkan kartu undangan kepada Dom.

"Mendatangi makan malam itu bersama Lily sama mengumpankannya kepada manusia berdarah dingin itu!" desis Dom mengeraskan rahangnya saat mengambil kartu undangan tersebut.

"Ingat Dom jika Lily tidak datang, maka kita semua akan hancur. Tujuan utamanya adalah ingin bertemu Lily secara langsung," jawab Dante, dengan wajah yang terlihat frutrasi.

Dom memijat pangkal hidungnya saat mendengar penjelasan Dante. Ia tidak mungkin membawa istrinya ke sarang Mafia.

"Tapi, bagaimana jika nanti Carlos menyakiti Lily-ku?!"

Sumpah demi apa pun ia tidak suka situasi ini. Rasanya ia ingin membawa istrinya kabur, namun jika hal itu terjadi Carlos akan menyakiti semua keluarga Dante dan keluarganya.

Cosa Nostra adalah kelompok Mafia yang kejam, dan akan melakukan apa pun demi mencapai keinginan mereka. Maka dari itu Dom dan Dante harus berhati-hati dalam melangkah.

"Pikirkan Dom, nyawa kita semua ada di tangan Lily," ucap Dante terdengar memohon kepada Dom.

Dom beranjak dari duduknya lalu keluar dari ruangannya itu dengan perasaan kesal luat biasa. "Aku akan menghabisinya jika berani menyakiti istriku!" umpat Dom saat sudah berada di luar ruangan Dante.

Dante memijat pelipisnya saat Dom sudah keluar dari ruangannya. Pusing? Sudah pasti, berurusan dengan Mafia sama saja berurusan dengan maut!

***

Malam harinya, Dom dan Emily sudah siap dengan pakaian formal mereka. Emily terlihat sangat cantik dengan balutan gaun berwarna pink yang press body dan tanpa lengan, membuat Dom semakin tidak rela jika istrinya di lihat oleh pria lain.

Ganteng banget yak🥰

Dom mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan kemeja yang sedikit terbuka bagian dada, pesona pria datar tanpa ekspresi itu sangat luar biasa, membuat Emily sampai tidak berkedip menatap suaminya.

"Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Dom kepada istrinya.

Emily yang menopang dagunya dengan salah satu tangannya pun menjadi salah tingkah.

"Uncle sangat tampan," jawab Emily jujur.

"Apakah kita akan makan malam romantis?" tanya Emily, namun Dom tidak menjawab pertanyaanya.