Setelah menaklukan dunia mode internasional, Xanara kembali ke tanah air. Bukan karena rindu tapi karena ekspansi bisnis. Tapi pulang kadang lebih rumit dari pergi. Apalagi saat ia bertemu dengan seorang pria yang memesankan jas untuk pernikahannya yang akhirnya tak pernah terjadi. Tunangannya berselingkuh. Hatinya remuk. Dan perlahan, Xanara lah yang menjahit ulang kepercayaannya. Cinta memang tidak pernah dijahit rapi. Tapi mungkin, untuk pertama kalinya Xanara siap memakainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran Dibawah Sorotan
Lampu-lampu kamera meledak seperti kilatan petir di langit malam. Ruang konferensi pers itu sesak oleh wartawan, mikrofon-mikrofon berderet di hadapan Harvey, dan puluhan pasang mata menunggu setiap yang keluar dari bibirnya.
Harvey berdiri tegak, setelan jasnya rapi namun auranya bagaikan badai yang tak bisa di hentikan. Di kursi VIP sebelah kiri, Xanara duduk dengan tenang dengan menggunakan gaun hitam sederhana, wajahnya nyaris tanpa ekspresi, meski dalam hatinya, detak jantungnya berlari.
“Terimakasih sudah hadir” ucap Harvey dengan suara terdengar mantap, tanpa getar sedikitpun.
“Hari ini saya ingin mengakhiri semua spekulasi, gosip, dan fitnah yang beredar selama ini” lanjut Harvey menjelaskan.
Ruangan seketika menjadi hening.
“Hubungan saya dengan Winny resmi berakhir beberapa waktu lalu. Dan penyebabnya bukan karena wanita yang saat ini duduk di samping saya, melainkan karena penghianatan yang berulang kali dilakukan oleh Winny” ucap Harvey yang melirik sejenak kearah Xanara dengan senyum tipis namun penuh makna.
Beberapa wartawan mulai berbisik, kilatan kamera makin gencar.
Harvey lalu mengeluarkan sebuah map dari tasnya. Ia membukanya di hadapan semua orang, menampilkan foto-foto dan tangkapan layar percakapan. Wajah Winny dan Rey berdua di hotel, tersenyum tanpa rasa bersalah.
“Saya tidak berniat membeberkan ini, tapi terlalu banyak pihak yang menyeret Xanara ke dalam masalah yang bukan miliknya. Hari ini saya pastikan dia tidak bersalah, justru dialah yang menjadi korban gosip dan fitnah”
Suara wartawan saling tumpeng tindih, mikrofon maju-mundur mencoba menangkap setiap kalimat.
“saya tidak akan membiarkan orang yang saya cintai disudutkan oleh kebohongan, jika ada yang masih ingin menyerangnya, maka mereka akan berhadapan dengan saya” ucap Harvey melanjutkan, nadanya lebih rendah namun tegas.
Seketika ruangan dipenuhi bisikan-bisikan dan suara kamera yang tak henti.
Xanara merasakan tatapan itu, tatapan yang menegaskan bahwa Harvey benar-benar berdiri di pihaknya, di hadapan dunia sekalipun. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa tak perlu melindungi dirinya sendirian.
Diluar gedung, gosip mulai berubah arah. Dari fitnah terhadapnya, menjadi serangan balik terhadap Winny.
Namun Xanara tahu, jika ini baru permulaan.
Disebuah apartemen mewah, layar televisi menampilkan siaran langsung konferensi pers Harvey. Winny berdiri di depan layar, tubuhnya tegang, matanya memulat tak percaya ketika Harvey dengan dingin membeberkan bukti perselingkuhannya selama dua tahun belakangan.
“Gak mungkin” bisik Winny dengan suara tercekat.
Tangannya gemetar saat foto dirinya bersama Rey terpampang jelas di layar tanpa sensor. Ia bahkan bisa melihat cincin pemberian Harvey di jarinya difoto itu, seolah menjadi symbol pengkhianatan yang tak terbantahkan.
Ia meraih ponselnya, mencoba menelepon Harvey, tapi panggilannya langsung di putus. Sekali, dua kali, tiga kali.
“HARVEY!!!” jerit Winny sambil melempar ponsel itu ke soda. Napasnya tersengal, wajahnya memerah antara malu dan marah.
Sementara itu, disisi lain kota, Rey duduk santai di kursi bar sebuah lounge hotel, menonton siaran yang sama melalui ponselnya. Di bibirnya mengembang senyum puas.
“Bagus” gumamnya pelan sambil menyesap minumannya.
“Akhirnya dia lepasin kamu Winny, dan kamu hanya punya aku”
Ia menyandarkan tubuhnya, membiarkan bayangan rencana masa depan terlintas di kepalanya, rencana yang tak lagi melibatkan Harvey sebagai penghalang.
Namun di hatinya, Rey tahu satu hal, jika kemenangan ini manis tapi hanya sementara. Karena melihat tatapan Harvey pada Xanara di layar, Rey sadar jika Harvey bukan sekedar melepas Winny namun ia jatuh cinta habis-habisan pada wanita lain. Dan itu membuat Rey ingin tahu lebih banyak, mungkin bahkan ikut bermain.
Setelah sorotan kamera padam, Harvey meninggalkan lokasi konferensi pers dengan Langkah mantap. Ia tak kembali ke kantornya, tujuannya jelas yaitu butik Xanara.
Saat pintu butik tertutup, Xanara mendekatkepada Harvey menatapnya dengan tatapan lega bercampur hawatir.
“Kamuy akin mau sebegitunya di depan media?” Tanya Xanara pelan.
Harvey tidak menjawab, ia berjalan mendekat, matanya tak lepas dari wajah Xanara. Begitu jarak mereka hanya sejengkal, ia mengangkat tangannya menyentuh pipi Xanara yang hangat.
“Aku sudah muak sama semua omong kosong itu” suaranya rendah, dan penuh tekad.
“Dan akum au semua orang tahu kalau aku gak salah memilih kali ini” Lanjut Harvey.
Belum sempat Xanara membalas, Harvey sudah menariknya ke dalam pelukan erat, seolah ingin menghapus semua jarak yang pernah ada. Bibirnya mencari bibir Xanara dengan rakus, dan tak ada lagi keraguan.
Xanara terkejut, tapi tubuhnya bereaksi spontan, membalas ciuman itu. Tangannya terangkat, meraih keras jas Harvey lalu menariknya lebih dekat. Napas mereka berpacu, dan udara di sekitar mereka menipis.
“Sekarang gak ada lagi yang bisa ganggu kita” Ucap Harvey menunduk dengan membisikan di telinga Xanara.
Dan suara itu membuat jantung Xanara berdegup kencang, darahnya mengalir cepat dan dalam sekejap semua rasa takut tergantikan oleh gairah yang sama-sama mebakar.
