Takdir memang tak bisa diduga, Akila memilih kabur dihari pernikahan, meninggalkan orangtuanya demi pria yang dia cintai.
Kenyataan tak seindah hayalan, sang kekasih justru meninggalkannya setelah tahu dia sudah tak memiliki apapun, semua kartu ATM dan kartu kreditnya di blokir oleh keluarganya, dengan terpaksa dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Akila tak sengaja bertemu Rasya disebuah klub malam, saat berpesta dengan teman sesama model setelah pemotretan, Dan itulah awal kekacauan hidupnya, Rasya tak terima karena Akila menamparnya.
Gimana kelanjutannya?
Ikutin terus kisahnya ya,,
Follow akun saya Instagram: mamie_kembar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamie kembar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi berdua
Rasya datang mengunjungi lili di rumahnya. Hari masih sangat pagi, dan lili masih terlelap.
Tok... tok...
Lili enggan membukanya, matanya masih sangat mengantuk. Giska yang terganggu segera membuka pintu. Dia sungguh terkejut melihat Rasya berdiri di depan pintu rumahnya.
"Pak Direktur!" Giska refleks membuka pintu dan menyuruh Rasya untuk masuk ke dalam rumah.
"Terima kasih, saya ingin bertemu lili. Apakah dia ada?" tanya Rasya to the point.
"Lili...eh ada. Tapi... dia masih tidur! jawab Giska sambil nyengir, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Masih tidur? dimana kamarnya?" Rasya bertanya dengan tatapan kesal.
"Anda mau apa?" terlihat wajah Giska menatap tak percaya, apa yang mau dilakukan direktur pada sahabatnya.
"Tentu saja membangunkannya, apa lagi!"
"Ehm...biar saya saja pak." ucap Giska cepat. Dia segera berlari ke kamar lili.
"Li, lili....bangun."
"Emm....apaan sih sih mbak, ngantuk tau!" ucapnya menepis tangan Giska yang membangunkannya.
"Bangun, pak Rasya ada didepan menunggumu."
"Suruh aja pulang, aku ngantuk." lili kembali menarik selimut nya.
Detik berikutnya dia terbangun, matanya terbuka lebar, dan dia terduduk. "Apa Rasya? dia disini?"
Giska mengangguk. "Buruan bangun dan temuin dia."
Giska berlalu meninggalkan lili, dan ke dapur membuat minuman untuk Rasya. Lili segera bangkit dan mandi tak butuh waktu lama, dia sudah keluar dengan wajah segar. Kaos oblong dan celana pendek sederhana yang dia gunakan.
"Ada apa mencari saya?" tanya lili mengalihkan pandangan Rasya dari ponselnya.
"Aku tak menyangka dengan kebiasaan burukmu!"
"Apa anda kesini hanya ingin menghina saya!" jawab lili kesal.
"Aku harus survey kesebuah daerah,dan aku ingin kau menemaniku."
"Harus aku?'
"Cepat ganti pakaian mu, dan kita segera berangkat. Ingat aku tak terima penolakan."
Dengan bersungut lili kembali ke kamarnya dan berganti pakaian. Dia memilih menggunakan jeans dan kemeja.
"Ayo!" ucapnya berdiri di sebelah Rasya.
"Mbak, aku pergi dulu, bye." lili berpamitan dengan Giska.
Mereka segera melaju ke jalan raya, ditengah jalan, Rasya membelokkan mobilnya ke sebuah restoran.
"Kita sarapan dulu." ucapnya pada lili.
Lili turun dan mengikuti langkah Rasya. Setelah duduk dan memesan makanan, Rasya baru m mulai pembicaraan.
"Aku akan membuka sebuah restoran dan kafe , dan aku ingin melihat langsung lokasi yang cocok dan strategis. Apa kau punya rekomendasi tempat yang cocok?"
"Aku pernah melihat sebuah tempat yang strategis di daerah Bogor, dan aku dulu berniat untuk membuka butik disana. Tapi semuanya hanya angan angan."
"Benarkah? bisa kita kesana untuk melihatnya langsung?"
"Boleh, tapi untuk apa kau membuka kafe?"
"Aku sudah memulai bisnis ini sejak SMA, dan aku sudah memiliki delapan cabang di Bandung dan Jakarta. aku berencana untuknm buka di Bogor dan di Bali dalam waktu dekat."
"jika kau ingin membuka butik, aku bisa membantumu?"
"Tidak, terima kasih." jawab lili cepat.
Keduanya menyantap sarapan mereka dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Bogor.
Suasana sedikit mencair, lili banyak bercerita. Dan Rasya dia juga menanggapi obrolan lili. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat yang di katakan oleh lili. Rasya merasa cocok dan dia suka dengan tempatnya.
Mereka mencaritahu siapa pemiliknya dan menemuinya.
"Bagaimana penawaran saya?" tanya wanita paruh baya yang bernama Yuli, pemilik toko yang akan dibeli oleh Rasya. Sebenarnya dia tak berniat menjualnya dan dia memberikan harga yang mahal. Tapi Rasya sudah terlanjur suka dan langsung menerimanya.
"Saya setuju, sekretaris saya akan datang besok untuk menyelesaikan semua administrasi nya." jawab Rasya
"Terima kasih, senang berbisnis dengan anda." ucap Yuli mengulurkan tangannya. Rasya membalas nya.
"Oh ya, apakah ini istri anda?" tanya Yuli kearah lili. sejak tadi dia sangat penasaran dengannya.
"Saya..."
"Dia tunangan saya, dan kami akan menikah bulan depan." Rasya memotong ucapan lili.
lili terdiam mendengar pengakuan Rasya.
"Wah, selamat ya. Anda beruntung, istri anda sangat cantik." puji Yuli.
"Terima kasih."
"Jika tidak ada lagi, kami permisi." ucap Rasya berdiri. lili juga ikut berdiri'
"kenapa kakak bilang kita bertunangan?" tanya lili kesal. merek berdua sudah berada di dalam mobil.
"Bukan kah yang aku ucapkan semuanya benar?"
Rasya membelokkan mobilnya dan mereka berhenti di depan sebuah vila. Lili menatik lengannya agar Rasya melihat wajahnya yang kesal.
"Tapi kan itu hanya bohongan!"
"Bagaimana jika aku ingin semua itu menjadi kenyataan?" ucap Rasya menatap lili tajam
"A...aapa maksud kakak?" tanya lili bingung.
Keduanya terdiam dan saling tatap, lili dapat merasakan debaran jantungnya saat Rasya mengatakannya dan Rasya juga berdebar menatap manik hitam lili.
Rasya tak ingin lili mendengar debaran jantungnya,
"Apa kau mengharapkan ini semua nyata!" ucapnya tertawa.
"Aku hanya bercanda, jangan baper," ucap Rasya dan segera membuka pintu mobil. lalu turun.
Hampir saja dia mendengar debaran jantungku, bisa besar kepala dia, bisa bisanya aku bicara seperti itu. bathin Rasya
lili mengepalkan tangannya kesal, sungguh dia sempat berpikir Rasya serius dengan ucapannya dan bodohnya dia jadi berdebar.
bodoh kau lili, dia hanya mempermainkan mu.
"Lili, ayo!" ucap Rasya yang sudah jauh darinya. Lili turun dan membanting pintu mobilnya dengan keras. Dia berjalan kearah Rasya.
"Kita ngapain kesini? aku mau pulang?" ucapnya dengan wajah cemberut
"Kamu marah? aku ingin istirahat sebentar, dan menikmati indahnya alam.pegunungan."
"Ini vila siapa?"
"Milik ku? kenapa?" Rasya menatap heran.
"Kamu jangan macam macam!" ucap lili waspada.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Rasya mendekat. Muncul ide untuk menggoda lili.
"Kau mau apa?" lili gelagapan karena Rasya sudah berada di depannya.
Rasya menarik pinggang lili, dan memeluknya erat. Lili refleks menutup mulutnya dengan tangannya. Rasya tersenyum geli melihatnya. Wajahnya semakin mendekat, lili gemetar dia menutup mulutnya kuat, matanya menatap penuh waspada.
Wajah Rasya sudah berada di depan, hanya berjarak beberapa sentimeter dihadapannya.
"Apa kau pikir aku akan menciummu, aku tak tertarik!" bisik Rasya.
Setelah itu dia melepaskan pelukannya.
Lili tersadar, dia marah dan semakin kesal, Rasya mempermainkan nya, wajahnya memerah menahan malu. "Rasyaaaaa.." teriaknya didalam hati.
Rasya tertawa bisa mengerjai lili. lucu sekali wajahnya, hampir saja aku kelepasan dan menciumnya, sungguh berbahaya berada didekat nya, ucap Rasya di dalam hatinya.
Raysa masuk kedalam vila, dia segera menuju kamarnya dan beristirahat. Tadi pagi dia sudah memberitahukan kepada penjaga untuk memnyiapkan makanan dan membersihkan kamarnya. Dia sengaja meninggalkan lili, karena dia tahu lili pasti sangat kesal.
Lili yang marah, memilih berjalan di sekitar vila yang terlihat sangat indah, udaranya yang segar, pemandangannya indah dan memanjakan mata. Lili sangat bahagia, sejenak dia bisa melupakan semua kesedihan dan permasalahan hidupnya. terasa damai dan menyenangkan.
Apa.ya yang mau di lakukan Rasya? kenapa dia membawa lili ketempat ini?"
Masa lalu g di selesaikan dulu sok2an mo ngelamar anak orang