NovelToon NovelToon
SHE LOVE ME, I HUNT HER

SHE LOVE ME, I HUNT HER

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dokter / Transmigrasi / Idola sekolah
Popularitas:24.6k
Nilai: 5
Nama Author: Noveria

Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.

Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.

Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?


cover by perinfoannn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bermekaran

Larast membuka mata, jantungnya berdebar keras. Bukan semata karena kayuhan sepeda yang tiba-tiba berhenti, melainkan karena pemandangan asing yang membentang di hadapannya. "HEH!" serunya, tangannya refleks memukul bahu Agatha. "Katanya mau antar ke resto, kok malah ke sini?"

Agatha hanya menyeringai misterius. "Kejutan! Sudah, turun!"

Dengan gerakan gesit, Larast meloncat dari sepeda, niatnya melarikan diri, tetapi Agatha dengan sigap menarik seragamnya dari belakang. Tarikan itu, sialnya, mengenai tali bra Larast. "Kyaaaa!!" pekik Larast, terkejut sekaligus malu.

"Salah sendiri pakai tas di depan!" balas Agatha, wajahnya sedikit salah tingkah. "Lagian, kenapa sih selalu panik?"

Larast membalas dengan pukulan bertubi-tubi di bahu Agatha, melampiaskan rasa malunya. "A-aduh! Sakit, Larast!" rintih Agatha, berusaha melindungi dirinya.

Pintu rumah terbuka, menampilkan sosok wanita yang tersenyum hangat, pancaran keibuan terpancar dari wajahnya. "Ada siapa, Agatha?" tanyanya lembut.

Agatha mendorong Larast mendekat, senyum jahil masih menghiasi wajahnya. "Ini anak pungut, Bu. Katanya kelaparan."

Larast menyengir canggung, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya di balik senyuman itu. "Sa-saya Larast, Tante," ucapnya sopan, berusaha menampilkan kesan yang baik.

"Larast? Teman Agatha di sekolah, kan?" Ibu Agatha membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkan mereka masuk.

"A-AGATHA?" Larast mengerutkan kening, bingung dengan nama yang baru didengarnya.

"Di sekolah aku Aries, Bu," sahut Agatha sambil menggaruk kepala.

"Oh iya, Ibu lupa. Kenapa bawa anak gadis orang ke sini, Aries?" Ibu Agatha mencubit lengan anaknya dengan sayang.

"A-aduh! Kebiasaan deh!" gerutu Agatha, bibirnya mengerucut.

"Ibu ada makanan? Dia sudah dua hari nggak makan," Agatha menunjuk Larast dengan nada bercanda.

"Ka-kamu..." Larast menggantung kalimatnya, merasa tidak enak hati dengan kebohongan Agatha.

"Sudah, ayo masuk. Ibu masak banyak hari ini," ajak Ibu Agatha, tangannya menuntun mereka masuk ke dalam rumah yang hangat.

Di ruang makan, Agatha menarik Larast untuk duduk di kursi. "Jangan kabur!" ancamnya dengan nada bercanda, namun matanya memancarkan ketegasan.

Larast mendengus kesal, lalu menginjak sepatu Agatha sebagai balasan. "Sakit tahu!"

"Larast, jangan sungkan. Aries sering bawa teman ke sini," kata Ibu Agatha sambil menyiapkan makanan di meja makan, menciptakan suasana yang nyaman dan akrab.

"Duduk!" Agatha mendorong Larast ke kursi, memastikan temannya tidak melarikan diri.

"Ries, aku mau kerja," bisik Larast sambil menarik telinga Agatha, mengingatkannya akan kewajibannya.

"Iya, aku ingat. Makan dulu, nanti aku antar," balas Agatha, matanya berbinar menatap makanan yang tersaji di hadapan mereka.

Ibu Agatha menyodorkan sepiring nasi dan lauk pada Larast, senyumnya tulus. "Makan yang banyak, ya."

"I-iya, Tante, terima kasih," jawab Larast malu-malu, pipinya merona karena kebaikan Ibu Agatha.

Agatha duduk di sebelah Larast, memilihkan lauk untuknya dengan perhatian. "Makan! Jangan cuma nasi, memang kamu dukun."

Larast mendengus kesal, namun kemudian mengambil satu sendok nasi penuh dengan lauk, menikmati hidangan yang lezat.

Selesai makan, Larast bergegas mencuci piring, merasa tidak enak telah merepotkan Ibu Agatha. "Biar aku saja, Tante," ujarnya menawarkan bantuan.

"Tidak usah, sayang. Kamu kan tamu," tolak Ibu Agatha lembut, tangannya menahan Larast.

"Nggak apa-apa, Tante. Aku sudah biasa," balas Larast, bersikeras ingin membantu.

"Ya sudah, kalau begitu. Tante senang ada yang menemani di rumah," kata Ibu Agatha sambil tersenyum, merasa senang dengan kehadiran Larast.

"Tante maaf ya, jadi merepotkan," ucap Larast, merasa bersalah karena telah merepotkan.

"Tidak kok. Tante malah senang. Kamu tahu kan, anak Tante cuma satu. Itu aja nyebelin," jawab Ibu Agatha, matanya melirik Agatha dengan nada bercanda.

"Makasih ya, Tante," balas Larast tulus, merasa tersentuh dengan kebaikan Ibu Agatha.

"Iya, besok main lagi ya. Kamu suka apa? Besok Tante masakin," tawar Ibu Agatha, ingin menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Larast.

"Aku nggak tahu besok bisa ke sini atau nggak," jawab Larast, merasa canggung karena tidak bisa memastikan.

"Oh, kamu katanya mau ke restoran. Ada acara ya?" tanya Ibu Agatha, penasaran dengan kegiatan Larast.

"Nggak, aku kerja kok, Tante," jawab Larast jujur, tidak ingin menyembunyikan apapun.

"Kerja?" Ibu Agatha terkejut, tidak menyangka Larast sudah bekerja.

"Iya, jadi tukang cuci piring di sana," imbuh Larast, menjelaskan pekerjaannya dengan apa adanya.

Ibu Agatha menggenggam tangan Larast, menunjukkan rasa simpati dan kagumnya. "Nggak masalah, yang penting pekerjaannya baik. Tante senang lihat kamu, sudah cantik, pekerja keras lagi."

"Dan suka marah-marah," sambung Agatha yang tiba-tiba datang, menggoda Larast.

"Dan baik," timpal Ibu Agatha sambil memukul bahu Agatha dengan sayang. "Kamu ini!"

"A-aduh! Sama aja, suka marah-marah. Cocok!" gerutu Agatha, bibirnya mengerucut.

Agatha memberikan hoodie miliknya pada Larast, menyuruhnya memakai agar tidak kedinginan. "Pakai ini, jangan sampai kedinginan. Kamu itu sudah kurus, kecil, pulang malam cuma pakai seragam sekolah. Nanti terbang ditiup angin."

"Iya, Larast. Pakai jaket, nanti sakit. Sebentar lagi kan ujian sekolah," tambah Ibu Agatha, mengingatkan Larast akan kesehatannya.

Larast tersenyum dan memeluk hoodie itu erat, merasa hangat dengan perhatian yang diberikan. "Makasih."

"Ayo cepetan!" ajak Agatha sambil berjalan keluar rumah, tidak sabar untuk mengantar Larast bekerja.

Larast dan Ibu Agatha berpelukan sebelum berpisah, mengucapkan salam perpisahan. "Besok datang lagi ya," bisik Ibu Agatha, berharap bisa bertemu Larast lagi.

Larast hanya mengangguk, meskipun dia tahu tidak bisa berjanji, hatinya merasa terharu dengan kebaikan Ibu Agatha.

Di depan rumah, Agatha memasukkan sepedanya ke garasi, lalu menatap Larast dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kita naik bus aja ya, Rast. Aku capek."

"Aku pergi sendiri aja," tolak Larast sambil berbalik, merasa tidak nyaman dengan kehadiran Agatha.

Agatha mengejar Larast, menarik tangannya dengan lembut. "Sudah dibilangin jangan lari!"

"Udah kamu di rumah aja. Aku bisa berangkat sendiri. Kamu kenapa sih? Sok perhatian gitu, aneh!" gerutu Larast, menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.

Agatha menggaruk lehernya, bingung dengan perasaannya sendiri yang tiba-tiba muncul. "Kayaknya aku sayang deh sama kamu?" ucapnya spontan, tanpa bisa ditahan.

"Hah?" Larast terkejut, matanya membulat sempurna, mulutnya terbuka lebar karena kaget.

"Sayang?" Dengan mata membulat, Larast tampak tercekat mendengar jawaban itu, jantungnya berdegup kencang.

"Eh… maksud aku, sayang sebagai… teman," ralat Agatha cepat, wajahnya memerah karena salah tingkah.

"Teman?" Larast masih bingung, namun sedikit lega mendengar penjelasan Agatha.

"Iya! Teman… yang berharga," tambah Agatha, berusaha meyakinkan Larast dan dirinya sendiri. "Kayak… anak kucing. Iya, kamu kayak anak kucing bagiku, Rast." Agatha tampak bingung dengan ucapannya sendiri, namun berusaha untuk menjelaskannya.

"Ah, gila loe, nyebelin!" Larast mempercepat langkahnya, menyembunyikan senyumnya yang mulai merekah.

Agatha mengikuti dari belakang, tersenyum melihat wajah cemberut Larast yang sesekali menoleh ke arahnya.

Di halte bus, keduanya duduk bersebelahan, suasana canggung menyelimuti mereka. Sesekali mereka mencuri pandang, lalu membuang muka dengan cepat.

"Ekhem," Agatha berdehem memecah keheningan yang tercipta di antara mereka.

Bus datang, mereka masuk dan duduk bersebelahan. Larast memilih duduk di samping jendela, matanya menatap keluar, mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya. Padahal, ia hanya berusaha menutupi perasaan gugupnya yang semakin menjadi-jadi.

Tiba di restoran tempat Larast bekerja, ia segera turun dari bus. "Udah ya, aku kerja dulu," ucapnya lembut, berusaha bersikap biasa.

"Eit, tunggu!" Agatha menarik tangan Larast, menahannya untuk pergi.

"Apalagi? Ntar aku dimarahi," ujar Larast khawatir, takut terlambat bekerja.

Agatha mengeluarkan karet rambut dari saku kaosnya, lalu mendorong wajah Larast menghadap depan dengan lembut. Dengan lihai, ia menguncir rambut Larast dengan rapi, agar tidak mengganggu pekerjaannya.

Bulu kuduk Larast meremang saat jari Agatha menyentuh kulitnya, sentuhan itu terasa begitu lembut dan hangat. Jantungnya berdegup semakin kencang, menciptakan sensasi yang aneh.

"Nah, biar nggak kotor. Udah sana!" Agatha mendorong punggung Larast pelan, menyuruhnya segera bekerja. Jantungnya sendiri berdebar kencang setelah melakukan hal itu, merasakan perasaan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.

"Haistt… dasar!" Larast menoleh dan mengepalkan tangannya ke arah Agatha, namun senyum tipis tersungging di bibirnya, menandakan bahwa ia tidak benar-benar marah.

Ia melangkah masuk ke restoran, diamati Agatha sampai pintu tertutup, memastikan bahwa Larast telah sampai dengan selamat.

"Udah ah, pulang! Capek ngurusin anak orang!" Agatha berjalan kembali ke halte bus, merasa lelah namun juga bahagia.

Sebuah pesan masuk di ponselnya, menginterupsi lamunannya. Teman-teman dari klub Judo mengajaknya main PS di rumah Leo.

"Seru juga! Udah lama nggak main PS!" Tanpa pikir panjang, Agatha membalas pesan itu dengan jawaban "ya", menyetujui ajakan teman-temannya.

Bus datang dan membawanya ke rumah Leo, salah satu temannya. Suara tawa dan candaan teman-temannya menyambut kedatangannya.

Tiba di sana, tawa canda memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang riang dan menyenangkan. Agatha menatap wajah teman-temannya satu persatu, merasakan kehangatan persahabatan yang telah lama dirindukannya. Ada perasaan lega yang menyelimutinya, karena salah satu diantara temannya di masa depan juga telah tiada akibat kecelakaan. Agatha menepuk salah satu pundak sahabatnya dengan sayang, "Kangen Bro, hati-hati kalau naik motor, ya." Pesan Agatha, terselip kekhawatiran di dalamnya.

"Motor aja kaga punya gue, Ries!" jawab temannya, tertawa mendengar nasihat Agatha.

"Ya ntar kalau punya motor, hati-hati. Jangan ikut balapan liar."

"Ries, ries loe aneh. Nasehatinnya pas gue punya motor jangan sekarang!"

Agatha tertawa lebar mendengar jawaban temannya, merasa senang bisa berkumpul dan bercanda dengan teman-temannya.

Masa muda yang indah bersama teman-teman kini terulang kembali, dibalut perasaan baru yang aneh dan membingungkan. Agatha mulai menyusun rencana di benaknya, bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi juga untuk mengubah masa lalu dan menyelamatkan ibunya dari takdir yang tragis.

Bersambung..

1
sunflow
emak2 kalo emank uda marah seremnya minta ampun
rokhatii
haha yang bener aja Timezone 🤭🤭
rokhatii
wow gila 14 hari beneran ries
Iqueena
Leo, kamu terlalu baik🥹. Sesekali gak maapin org gkppa kok, jangan sebaik itu jadi manusia
Dewi Ink
aku yakin pasti ketemu. polisi gitu loh😎
Dewi Ink
jahat bgt kamu jadi orang
Dewi Ink
emang dasar bocah 😂 jewer aja bu
Oksy_K
aku kira larast ini tipe yg kalem, wow di luar ekspektasi. bagus bgt thor😂🤭
Oksy_K
jgn terlena dulu agatha, pembalasanmu belum berakhir
Oksy_K
hajar terus jgn kasih kesempatan😂
Oksy_K
wkwk hajar sampe babak belur, dan putus hubungan juga. jgn mau punya temen yg nusuk dari belakang kek reza
Nuri_cha
hmm... gombal. bentar lagi larast bakal jd adik kamu. jd terbangnya jgn tinggi2 ya ries
Nuri_cha
hahaha... bisa jadi, ries
Nuri_cha
agtha nih, tangannya gak mau diem bgt ya
Nuri_cha
harus dipanggil bapaknya dulu, Agatha baru mau nurut
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
ngak benjol kan kepalamu agatha? 🥴🤣
Xlyzy
ah bos uang mu boleh banyak sekarang tapi liat aja nanti pas kau mati ga ada gunanya tu uang
sunflow
semangat ries..
sunflow
waduh .... jalan buntu. pinjem pintu doraemon ris
rokhatii
kasian ternyata reza😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!