NovelToon NovelToon
Cinta Sang Mafia

Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lili Syakura

Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26 Luka yang Tak Lagi Bisa Disembunyikan

Suasana di kediaman keluarga Adiwangsa pagi itu jauh dari kata tenang. Langit mendung, awan menggantung berat seakan mencerminkan suasana hati seseorang yang tengah bergejolak.Jovan melangkah masuk ke ruang keluarga dengan langkah tegas.

 Wajahnya dingin, sorot matanya tajam bukan sekadar amarah biasa, melainkan kekecewaan yang menancap dalam.

 Di tangannya ia membawa sebuah map berwarna hitam, berisi bukti tak terbantahkan. tentang siapa yang menjebak Viola malam pesta penyambutan.

Di ujung ruangan, Maya duduk anggun di kursi kebesarannya, seperti biasanya,tenang, berwibawa, seolah semua di bawah kendalinya. Namun saat mata mereka bertemu, hawa ruangan mendadak menegang.

"Mam..,kita perlu bicara.!!"Jovan membuka percakapan dengan suara dalam dan datar.

Maya tersenyum samar, seolah tak ada masalah apa pun.

"Tentu, Nak. Tapi apakah tidak seharusnya kau menjaga nada bicaramu pada mama mu sendiri?"

Jovan meletakkan map hitam itu ke meja kaca dengan suara "duk" yang keras. Kertas-kertas dan foto hasil penyelidikan Raka tersebar di atas meja. Wajah Maya mulai kehilangan ketenangannya.

"Apa ini?" tanyanya tajam.

"Bukti," jawab Jovan singkat. "Bukti bahwa orang-orang mama yang membayar pelayan itu untuk mencampurkan obat ke dalam minuman Viola."

Maya diam sejenak, pandangannya menyapu lembaran foto,rekaman CCTV dapur katering, transfer uang, dan kesaksian staf yang ditandatangani.

"Dan ini—"Jovan mengangkat satu lembar bukti transfer, "dari rekening Davin. Rekan mama ksn...?? Orang yang mama biarkan mendekati Viola demi permainan kotor kalian."

Maya terdiam sejenak,namu sepersekian detik kemudian ia pun berusaha membantah.

"Siapa Davin...??"tanyanya pura-pura.

"Cukup ma... hentikan berpura-purabya,aku tau semuanya,dan aku tidak akan membiarkan rencana mama berhasil....!!"

"Hmph...!!"

Maya menarik napas panjang, lalu menegakkan tubuhnya.

"Baguslah, kalau kamu sudah tau .!! Kau pikir aku akan minta maaf?"katanya tenang.

"Kau terlalu bodoh, Jovan. Kau tidak melihat siapa Viola itu sebenarnya. Dia hanya…—"

"Cukup, ma...!"seru Jovan, nadanya meninggi. Tangannya mengepal.

"Jangan satu kata pun lagi hina dia di depanku!"

Suara Jovan menggema di ruangan luas itu.

 Untuk pertama kalinya, Maya melihat sorot mata putranya benar-benar membencinya.

"Selama ini aku mencoba menghormati mama, mencoba untuk percaya, dan berharap mama akan berubah dan merestui hubungan kami… walaupun mama pernah menghina Viola. Tapi apa yang mama lakukan sudah sangat keterlaluan, mama menjebaknya ,Merusak hidupnya, Mencoba mempermalukannya di depan orang banyak, mengapa mama melakukan itu semua ma...?? Mengapa..?!"suara Jovan menggelegar.

"Aku hanya berusaha menyelamatkanmu dari kesalahan, apa itu salah.. ?"balas Maya dingin.

"Dengan cara menghancurkan gadis yang kucintai...? Begitu..?!"

Sunyi.

Hanya suara jam dinding yang berdetak pelan.

Maya bangkit berdiri dan menatap Jovan dari dekat, sorot matanya tajam namun juga penuh ambisi.

"Kau pikir Viola benar-benar mencintaimu..? Semua gadis seperti dia hanya ingin satu hal—hartamu, namamu, statusmu. Davin jauh lebih cocok untuknya. Jika saja kau tidak keras kepala."

"Davin?!" Jovan mencibir.

"Pria yang berusaha memperkosanya di malam jebakan itu?! Aku tahu segalanya, ma... Anak buahku menemukannya di koridor. Untung aku datang tepat waktu."

Maya terdiam sesaat,mungkin tak menyangka Jovan sudah sejauh itu mengetahui.

 Tapi ia cepat mengatur ekspresinya kembali.

"Itu hanya salah paham…"

"Cukup, ma.!"suara Jovan kini lebih pelan, tapi jauh lebih menusuk. "Salah paham tidak akan membuat gadis itu trauma.

Salah paham tidak akan membuat tubuhnya demam semalaman akibat obat yang mama berikan. Salah paham tidak akan membuat ku kehilangan rasa hormat pada mama."

Wajah Maya benar-benar berubah. Topeng kontrolnya mulai retak.

"Mulai hari ini," suara Jovan terdengar lantang saat ia berbalik meninggalkan Maya, "aku tidak akan membiarkan Ibu menyentuh hidupku… atau hidup Viola lagi. Jika Ibu menganggap ini perang, maka aku siap."

"Jovan!"suara Maya memanggil, namun Jovan tidak berhenti.

"Viola bukan ancaman, ma.." ucapnya pelan sebelum keluar dari ruangan. "Yang menjadi ancaman adalah kebencian mama sendiri."

Pintu ruang keluarga tertutup keras. Maya berdiri terpaku, lagi-lagi ia merasa kehilangan kendali atas Jovan putra kebanggaannya.

Dengan perasaan kesal Jovan pun segera meninggalkan ruangan itu dan kembali menemui Viola....

   Sementara di tempat persembunyian yang jauh disana,seorang wanita terbaring lemah di tempat tidur persembunyiannya, dan Viola mulai sadar dari demam panjangnya. Tubuhnya masih lemah, tapi wajahnya perlahan mendapat warna.

Di sampingnya, Jovan yang baru saja datang langsung menemuinya, seorang perawat yang di bayar khusus untuk menjaga nya terlihat menunduk sopan saat Jovan memasuki ruangan.

Perawat itu tak pernah meninggalkan posnya. Ia selalu menjadi Viola dan sesekali memeriksa keadaan Viola.

Jovan mendekati lalu mengganti kompres Viola sendiri, menyuapi bubur hangat, dan sesekali membetulkan selimutnya.

"Kau tidak tidur?" tanya Viola lirih.

 "Tidak apa-apa," jawab Jovan lembut sambil mengusap keningnya. 'Yang penting kau pulih."

Viola menggenggam tangan Jovan lemah, air mata bening mengalir dari sudut matanya.

"Aku pikir… aku tak akan bisa keluar dari malam itu."

"Selama aku ada, tidak akan ada yang menyentuhmu lagi," balas Jovan dengan nada penuh janji, dan bersumpah untuk melindunginya.

 "Bahkan jika aku harus melawan mama ku sendiri."

Mata Viola terbelalak pelan, namun dalam hatinya, ada sesuatu yang hangat menyebar. Ia sadar… cinta Jovan bukan sekadar kata-kata.

"Cintanya yang tulus tidak akan goyah oleh jebakan, tapi akan berubah menjadi api ketika yang dicintai disakiti."

1
Kaylin
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
Lili Syakura: asiap kakak 😍😍😍
total 1 replies
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
Lili Syakura: thanks kakak, sehat terus 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!