NovelToon NovelToon
Kodasih, Nyi Ratu Kelam

Kodasih, Nyi Ratu Kelam

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Hantu / Iblis / Era Kolonial / Tamat
Popularitas:42k
Nilai: 5
Nama Author: Arias Binerkah

Kodasih perempuan pribumi menjadi gundik Tuan Hendrik Van Der Vliet. Dia hidup bahagia karena dengan menjadi gundik status ekonomi dan sosialnya meningkat. Apalagi dia menjadi gundik kesayangan.

Akan tetapi keadaan berubah setelah Tuan Hendrik Van Der Vliet, ditangkap dan dihukum mati.. Jiwa Tuan Hendrik tidak bisa lepas dari Kodasih yang menjeratnya.

Kodasih ketakutan masih ditambah munculnya Nyonya Wilhelmina isteri sah Tuan Hendrik yang ingin menjual seluruh harta kekayaan Tuan Hendrik


Tak ingin lagi hidup sengsara Kodasih pergi ke dukun yang menawarkan cinta, kekayaan dan hidup abadi namun dengan syarat yang berat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 14.

Akhirnya, Kodasih bicara. Suaranya datar, perlahan namun kuat.

“Aku akan pulang. Tapi belum untuk ritual malam ini.”

Arjo menatapnya, sedikit kecewa, tapi mengangguk pelan.

“Baik.”

“Aku ingin bicara dengan Tuan Menir... sekali lagi. Sendiri. Tanpa mantra. Tanpa syarat. Hanya... sebagai dua roh yang dulu pernah saling mencintai.” Ucap Kodasih masih dengan suara datar.

“Dan setelah itu?” ucap Arjo menatap dengan ekspresi wajah yang ingin tahu.

“Setelah itu... baru aku tahu, apakah aku siap memilih. Atau memang harus tetap tersesat.” Ucap lirih Kodasih lalu melangkah meninggalkan Arjo.

Kodasih terus melangkah menuju ke Loji Tuan Menir.

Sesampainya di loji megah itu, Pak Karto, Mbok Piyah, dan para pegawai terlihat lega. Mereka sejak tadi gelisah, hati was-was. Pak Karto bahkan sempat memarahi Pak Sastro karena meninggalkan Nyi Kodasih di rumah Mbah Jati.

“Alhamdulillah... Nyi sudah sampai,” ucap Tiyem dengan ekspresi syukur.

“Mbok, siapkan nasi gurih, ayam ingkung, anglo kemenyan, dan kembang setaman. Taruh di loteng,” titah Kodasih tanpa menoleh.

Mbok Piyah yang berdiri di teras, di samping Tiyem, menunduk. Wajahnya sedikit pucat.

“Loteng, Nyi...? Bukankah itu tempa..”

“Lakukan saja, Mbok,” potong Kodasih. Lembut, tapi tegas.

Tanpa kata, Mbok Piyah pun pergi ke dapur, menggandeng dua pembantu muda. Tak ada yang berani membantah sore itu.

Kodasih melangkah masuk ke dalam loji, menyusuri lorong demi lorong yang penuh kenangan. Tangannya menggenggam erat gulungan lontar berbalut kain hitam. Surat dari Mbah Jati untuk Mbah Ranti, sang dukun darah kematian. Agar Mbah Ranti membantu ritual Kodasih, permohonan agar Tuan Menir tak murka jika Kodasih mencintai lelaki lain.

Dia terus melangkah menuju ke kamarnya.

Saat membuka pintu, aroma cerutu tua menyambutnya. Aroma itu bercampur asap kemenyan. Hangat, menusuk, seperti kenangan yang menolak dilupakan.

Di altar kecil, di bawah foto Tuan Menir yang tergantung di dinding, asap kemenyan masih mengepul dari anglo kecil. Bara hampir padam. Bunga di atas nampan tampak mulai layu. Lampu minyak menyala lemah, seolah menunggu sesuatu yang belum usai.

Kodasih bersimpuh.

“Tuan...” bisiknya pelan.

“Aku bingung... apa yang harus aku lakukan...”

“Aku tak ingin hidup sengsara, kehilangan semua yang telah Tuan berikan... Tapi... apakah aku kuat hidup tanpa cinta?”

Air mata jatuh satu-satu, menetes ke ujung jarik yang ia kenakan. Namun tak ada suara dari balik dinding waktu. Hanya desis angin, mungkin rindu yang belum sempat pulang.

Tiba-tiba, api lampu minyak berkedip... lalu membesar.

Kodasih menegakkan tubuhnya. Matanya menatap lurus ke foto Tuan Menir.

Dadanya berdebar saat kedua mata dalam foto itu... berubah memerah.

Tetesan air mengalir dari sana, bukan darah, tapi bening...

Air itu jatuh, satu-satu, tepat ke nampan bunga bunga yang hampir layu.

Hening.

Lalu terdengar suara. Berat, serak, namun akrab. Tak jelas dari mana datangnya. Tapi cukup untuk membuat hati Kodasih mencelos.

“Maafkan aku, Kodasih...

Andai anak dari cinta kita tak digugurkan, mungkin ia bisa membantumu sekarang...

Tapi semua sudah terlambat. Aku dan anak kita... sudah berada di alam lain.

Maaf... dan semua kini terserah padamu.”

Kodasih menahan napas. Seluruh tubuhnya menggigil. Tak ada angin masuk, tapi hawa dingin merasuk hingga ke tulang.

“Tuan...” bisiknya, menatap foto yang kini kembali biasa. Tak ada lagi air, tak ada cahaya.

Kodasih menangis. Tubuhnya bergetar. Hatinya remuk oleh rasa sedih, bingung, juga sesal yang telah lama ia kubur.

Di bawahnya, bunga bunga di nampan tampak segar kembali. Seolah diberi minum oleh masa lalu yang belum rela pergi.

Kodasih menduduk, terkulai lemas di lantai ubin kelabu. Ia memegang kepalanya. Pusing. Berat. Dunia berputar.

“Diam. Menerima semua ini... aku pun tidak siap...” gumamnya.

Tok. Tok. Tok.

Suara pintu diketuk.

“Nyi... syarat yang diminta Nyi sudah siap...”

Suara parau Mbok Piyah terdengar dari balik pintu.

“Sudah kamu taruh di loteng?” tanya Kodasih, menghapus air mata.

“Belum, Nyi. Saya dan yang lain... tak berani. Di loteng... kadang terdengar suara tangis anak kecil...”

Pintu terbuka sedikit. Di tangan Mbok Piyah, nampan berisi nasi gurih bertabur kedelai hitam dan ayam ingkung. Di belakangnya, Tiyem dan Sanah membawa anglo dan cuwo (mangkok yang terbuat dari tanah liat) berisi kembang setaman.

Kodasih berdiri.

“Ayo. Sama aku.”

Mereka berjalan di lorong panjang menuju tangga loteng. Langkah langkah mereka pelan, seolah takut mengusik yang tak terlihat.

“Nyi... tapi... ada yang bilang... arwah bayi yang tak berdosa bisa jadi malaikat penolong orang tuanya...”

Suara lirih Tiyem terdengar, sangat hati hati.

“Aku memilih Tuan Menir yang menjagaku. Kata Mbah Jati... salah satu harus dilepas. Kalau tidak... aku yang tak kuat...”

Suara Kodasih datar. Hatinya sudah seperti tanah tua, retak dan tak bisa menyimpan air.

Mbok Piyah berbisik pelan di telinga Tiyem, "itu kalau tidak digugurkan Yem.."

"Tapi katanya yang berniat menggugurkan Tuan ..." bisik lirih Tiyem pula. Dia tidak berani melanjutkan kalimatnya karena angin tiba tiba berhembus.

Saat mereka tiba di kaki tangga menuju loteng, bau dupa dan kayu tua menyergap. Langit di luar mulai berwarna tembaga. Senja mengintip, menahan napas.

Tangga kayu itu berderit pelan saat diinjak. Kodasih naik lebih dulu, membawa nampan sesaji di tangannya sendiri. Mbok Piyah, Tiyem dan Sanah mengikuti di belakang, tubuh mereka gemetar.

Di puncak tangga, loteng itu gelap. Namun ada cahaya samar dari celah atap. Debu debu melayang seperti roh roh kecil yang belum sempat lahir.

Kodasih duduk bersila di tengah ruangan.

Ia menaruh nampan di depannya, menyalakan kembali anglo. Aroma kemenyan memenuhi udara.

Mulut Kodasih komat kamit berbicara tanpa suara dengan arwah anaknya yang belum sempat dilahirkan.

Saat ia mengucapkan kalimat terakhir, terdengar suara... tangisan anak kecil perempuan.

Pelan, jauh... tapi nyata.

Tiyem menjerit kecil. Sanah mundur satu langkah.

Kodasih tetap duduk tenang. Tangis anak kecil itu makin jelas, seolah berasal dari pojok ruangan. Sebuah bayangan kecil muncul samar, seperti kabut membentuk sosok mungil.

“Nak...” bisik Kodasih, tangan gemetar menjulur.

Bayangan itu tak mendekat. Tapi mata kecilnya menatap Kodasih seolah menunggu keputusan.

“Maafkan ibu... Aku memilih hidup, Nak. Maafkan...”

Bayangan itu tak bergerak. Tapi bunga bunga di nampan tiba tiba melayang pelan, menari-nari di udara. Lalu satu per satu jatuh... dan menghilang.

Tangisan anak kecil perlahan meredup. Berganti keheningan yang dalam.

Seketika... hawa hangat memenuhi ruangan. Tak lagi dingin. Tak lagi berat. Kodasih menunduk. Menangis..

Tangisan Kodasih berubah menjadi isak. Tubuhnya mulai berguncang, tapi ia tetap duduk bersila, memejamkan mata, mencoba meredam gejolak di dadanya.

Tapi sesuatu mulai terasa ganjil.

Denyut di pelipisnya menegang. Pandangannya mulai buram. Suara-suara dari dunia luar menghilang satu per satu, seperti daun-daun yang luruh tertiup angin.

“Nyi Kodasih?”

Suara Mbok Piyah terdengar jauh, seperti dari dasar sumur.

“Nyi... njenengan kenapa?”

....

...

Nyi Kodasih kenapa ya? 🤔

1
YuniSetyowati 1999
Pertondo opo maneh to ki?
YuniSetyowati 1999
Dalem banget ini Mak othor maknanya.
‎"Dalam setiap kendi air yg dibawa nyi Kodasih, selalu ada daun Bidara dan bunga kantil"
‎Dimulai dari kendi yg berisi air yg menyimbolkan kesederhanaan, kerendahan hati dan tidak sombong.Air didalam kendi ~ tetap tenang jaga keseimbangan.Air menyimbolkan kejernihan.Pembersihan diri dari aura negatif.Daun bidara sendiri sebagai simbol kesabaran, kemurnian, perlindungan dan kesederhanaan.Sering digunakan untuk acara keagamaan dan spiritual untuk memohon perlindungan, keselamatan dan keberkahan kepada sang pencipta.Bunga kantil sendiri menyimbolkan kesetiaan, kemesraan, kedekatan hati (kantilaning ati), hubungan erat walau berbeda alam, serta usaha dan ketundukan pada Tuhan (kanti laku).
YuniSetyowati 1999
"Nyi Pangruwating" bagus juga lho julukan ini.
Pangruwat - Pemelihara
Pangruwating - Seorang pemelihara/perawat/bisa juga diartikan penjaga kebaikan.
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
aseekkkk ada cerita wind wind sendiri.. yeaaaayyy 🥳🥳🥳😚😚
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ: ookeeeh Ceu /Ok/😍
total 5 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Ceritanya seru, juga menegangkan. Yg kepo yuk buruan dibaca, dijamin gak akan kecewa🥰
Arias Binerkah: 🤗🤗🤗🤗🤗🥰🥰🥰🥰🥰
total 3 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Eh, tamat ini mbak?
Arias Binerkah: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 3 replies
Its just a lunch
tamat ini thor?? ceyius??
Arias Binerkah: tamat sesi 1 Kak, karena era berubah di era kemerdekaan saran editor dipisah
total 1 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
hore ada windy lagi
Ai Emy Ningrum: haok iki opo 🤔 aku tau'e yaa hoak gess
total 7 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
lhaa gono yoo yyoo wis lah sih saiki arep kpiye maneh jal
Its just a lunch
kak othor bonusin visual nyi kodasih yg sekarang donk,atau before-after nya😄,bagus kak karyamu...aku berasa di ajak kembali ke masa lalu negri ini...💪
Ai Emy Ningrum: iya jg 🤔🤔🤔 nti ga sesuai ekspektasi 😌 kuciwa jd nya
total 2 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
hayooo iye rasne jall
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: yaa kena dd pula 🤭🤭🤣🤣
total 4 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
mungkin part2 ini adalah saat terbaik nya nyai kudasi, lagi eling, mau nolong orang dengan tulus, sifat serakahnya lagi mati suri dulu 😴😴
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ: mending juga jadi bibit cabe 🌶️🌶️🌶️ bermanfaat 😚
total 13 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
laah Warastri piyeee Jo..?😱 kalau nyai kudasi pergi sendiri sih gapapa, ini bawa anak orang looh bukan anak ayam 🙈
Ai Emy Ningrum: bayangin nya Nyai Kodasih ini kek tokoh dipilem fantasi ... Maleficent yg jln bajunya sampe nyapu lantai agak2 melayang ,mata nya tajam ,lirikan nya pun menohok pandangan 🧐🧐
total 5 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
mana ada dia tau jalan pulang yg ada malh mengadaikan hidup nya pada bendoro gusti batoro kolo
ora malh eling kro kang moho pengeran tp mlh yembah sing dadi musryik tp ben wae kui dalane wong kang apes ora entuk hidayah lan karomah
mulo yo lur tansah iling lan waspodo
kbeh mau wis di taker ora bakal kleru nrimo ing pandum
mugo seko tulisan e author mbk yu arias iki iso gae pelajaran supoyo iso mbedakne
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: wahh betul bget kui
total 5 replies
YuniSetyowati 1999
Dan seperti aku yang akhirnya bisa bersembunyi dibalik selimut setelah seharian bergelut dengan indahnya hidup 😁
Ai Emy Ningrum: aduh ..aduh...aduh....
hoooo mana mungkiiin 💃🏻🕺🏻🎶🎶🎶
total 5 replies
* bunda alin *
❤️
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
lahhh mboh ngetik dowo2 ilang mergo iklan sing njengkel ne
iklan gantek bolak balik wae sepet tenan aku
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: ota lhoo padahal 🤣🤣🤣
total 9 replies
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
oalah iseg getun mergo elek rupo manungso yen serakah mestu wae ora bakal nrimo enek e kurang kari kurang ora eling kbeh mau mung sak dermo titipan ing Gusti Pengeran
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ: 🤣🤣🤣 nyari kata2 yg pass nya berapa jam Ceu? 😆
total 6 replies
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Jangan menunggu sesuatu yg belum pasti, Nyi. Lanjutkan saja hidupmu dan sembuhkan juga luka hatimu
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛
nahh kan benar kan yg dtg serdadu jeoang itu
❤️⃟Wᵃf☘𝓡𝓳•§͜¢•🍒⃞⃟🦅💜⃞⃟𝓛: hadep emg yaa klo koreksi suka tepat
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!