NovelToon NovelToon
Di Atas Sajadah Merah

Di Atas Sajadah Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Arunika adalah seorang wanita yang memendam cinta dalam diam, membangun istana harapan di atas sajadah merah yang pernah diberikan oleh Raka, pria yang diam-diam memikat hatinya. Setiap sujud dan lantunan doa Arunika selalu tertuju pada Raka, berharap sebuah takdir indah akan menyatukan mereka. Namun, kenyataan menghantamnya bagai palu godam ketika ia mengetahui bahwa Raka telah bertunangan, dan tak lama kemudian, resmi menikah dengan wanita lain, Sandria. Arunika pun dipaksa mengubah 90 derajat arah doa dan harapannya, berusaha keras mengubur perasaan demi menjaga sebuah ikatan suci yang bukan miliknya.
Ketika Arunika tengah berjuang menyembuhkan hatinya, Raka justru muncul kembali. Pria itu terang-terangan mengakui ketidakbahagiaannya dalam pernikahan dan tak henti-hentinya menguntit Arunika, seolah meyakini bahwa sajadah merah yang masih disimpan Arunika adalah bukti perasaannya tak pernah berubah. Arunika dihadapkan pada dilema moral yang hebat: apakah ia akan menyerah pada godaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 26. Batas Diri

Arunika duduk di hadapan kedua orangtuanya. Eka sedih melihat putrinya begitu tertekan. Tapi, Purnomo tetap pada pendiriannya.

"Ayah tidak pernah melarang kamu" bergaul, Nak! Tapi pacaran!" seru Purnomo.

"Yah, tenang ...," suruh Eka mengelus lengan suaminya.

"Tidak Bun! Arunika harus diberi batasan. Ayah yang masih bertanggung jawab atas dirinya saat ini. Ayah tidak mau diseret ke neraka. Hanya gara-gara abai dengan pergaulannya!" tolak Purnomo tegas.

"Tapi aku nggak pacaran Ayah!" bantah Arunika.

"Kalau tidak pacaran. Apa maksudmu membuang bunga yang terselip di rambutmu tadi?" tanya Purnomo dengan suara meninggi.

"Apa?" Eka bingung.

"Bun, tadi ada bunga terselip di rambut Arunika, putri kita. Ayah hanya memujinya cantik. Tapi sikapnya berlebihan!" jawab Purnomo lagi.

"Berlebihan bagaimana?" tanya Eka.

Arunika menundukkan kepalanya dalam-dalam. Gara-gara sikapnya yang berlebihan. Membuat Arunika di sidang saat ini juga oleh Purnomo.

Purnomo menghela napas panjang, namun sorot matanya tetap tajam.

“Arunika, Ayah nggak mau kamu terjerumus. Hari ini bunga, besok apa lagi? Jangan main-main dengan perasaanmu sendiri!"

“Yah, aku… aku cuma kaget tadi. Makanya aku buang bunganya. Nggak ada maksud apa-apa!” suara Arunika lirih, nyaris bergetar.

Eka menggenggam tangan putrinya, mencoba menenangkan.

“Nak, dengar ya… perasaan itu anugerah. Ibu ngerti kamu lagi tumbuh dewasa. Wajar kalau hati mulai punya rasa sama lawan jenis. Tapi…” ia melirik Purnomo sekilas lalu menatap lembut Arunika, “…kamu juga harus ngerti batasnya!"

Arunika mengangkat wajah, matanya berkaca.

“Tapi Bu, aku merasa sesak. Rasanya kayak… aku nggak bisa ngatur hati sendiri!"

“Itulah yang harus kamu pelajari, Nika,” jawab Eka lembut. “Dewasa itu bukan menolak perasaan, tapi bisa mengendalikannya. Kamu harus bisa pilih—mana yang lebih penting sekarang. Masa depanmu, pelajaranmu, atau perasaanmu yang belum tentu jelas arahnya?”

Purnomo mengangguk, nada suaranya melunak meski tetap tegas.

“Ayah nggak larang kamu berteman. Tapi Ayah kasih batas: jangan pacaran. Kamu masih tanggung jawab Ayah. Ayah nggak mau lengah, lalu kamu terseret dosa. Ingat, Ayah yang bakal ditanya Allah nanti!"

Arunika terdiam. Kata-kata itu terasa menekan, sekaligus membuka pikirannya.

Eka mendekati putrinya, ia mengelus pelan rambut Arunika lembut.

“Nak, jangan merasa dipenjara. Kamu tetap boleh merasa, boleh sayang sama orang. Tapi jangan sampai sayang itu bikin kamu lupa tujuan. Jadilah kuat. Kalau memang dia yang terbaik, Allah akan jaga sampai waktunya tiba!”

Malam itu, Arunika duduk di atas sajadah. Lampu kamarnya redup. Ia menatap Al-Qur’an yang terbuka, lalu menunduk, air mata jatuh ke sajadah merahnya.

“Ya Allah…” bisiknya lirih, “hamba-Mu ini lemah. Hamba nggak tahu harus bagaimana. Tolong jaga hati ini, jangan biarkan aku tenggelam dalam rasa yang salah. Beri aku tenang, beri aku kuat."

Doa itu pecah bersama isaknya, menyisakan kelegaan kecil di dadanya.

Hari Minggu datang dengan suasana rumah yang lebih hening dari biasanya. Tidak ada jadwal kuliah, tidak ada riuh suara kendaraan dari jalan utama.

Arunika duduk di tepi ranjangnya, menatap ponsel yang tergeletak di meja kecil. Layar itu berkali-kali ia nyalakan, berharap ada notifikasi baru. Tapi nihil. Tidak ada pesan dari Raka.

Hatinya mencubit, seperti ada ruang kosong yang sulit dijelaskan. Sejenak ia teringat wajah Raka kemarin—saat menyelipkan bunga di rambutnya. Dadanya kembali berdesir, tapi ingatan akan teguran sang ayah membuatnya cepat-cepat menggelengkan kepala.

“Kenapa aku begini sekali, ya Allah ...,” bisiknya lirih.

Untuk mengalihkan diri, ia membuka aplikasi media sosial. Scroll ke sana kemari. Awalnya sekadar iseng, namun matanya berhenti pada sebuah unggahan: “Anak muda, jangan hanya jadi penonton. Mulai bisnis kecilmu sekarang, dari rumah pun bisa.”

Arunika mengernyit. Bisnis? Kata itu menggelitik pikirannya. Ia lanjut menjelajah—konten-konten tentang jualan online, dropship, hingga kursus singkat pengembangan diri berseliweran di layar. Ada rasa penasaran muncul.

“Kenapa aku nggak coba isi waktuku buat hal yang lebih berguna?” gumamnya.

Arunika mengeluarkan note booknya. Ia menulis beberapa konsep usaha yang mungkin bisa ia lakukan. Menatap layar ponsel lalu menatap laptop yang telah lama tergeletak di meja. Benda itu hanya beberapa kali digunakan mengerjakan tugas sekolah.

"Ini sedihnya kalau nggak punya bakat apapun!' keluhnya lalu meletakkan ponsel dan pulpennya.

Purnomo baru selesai membantu istrinya memanen terong di halaman belakang rumah. Eka, di dapur dan langsung mengeksekusi sayuran itu.

Ia melewati kamar Arunika, anak gadisnya tengah meletakkan kepalanya di meja dan memutar pulpennya di udara.

"Arunika," panggilnya pelan.

Arunika menegakkan tubuh dan menghadap ayahnya. Mukanya sedikit kusut.

"Ada apa Nak?" tanya Purnomo.

"Kesel!' jawab Arunika masih dengan wajah kusutnya.

"Kesel kenapa?" tanya Purnomo lagi.

"Masa aku nggak punya hobi atau kebisaan apapun!" jawab Arunika mengeluh. Purnomo tetap diam.

"Aku tadi liat sosmed bagaimana memulai bisnis. Tapi, kebanyakan tentang jualan, marketing, design. Nggak ada satu pun yang aku kuasai!" lanjutnya meracau.

Purnomo menyukai keterbukaan putrinya. Ia sangat senang karena Arunika mau mengutarakan kegelisahannya.

"Kamu mau mulai bisnis?" Arunika mengangguk.

"Coba mulai dari yang kamu mengerti dulu," suruh Purnomo.

"Yang aku mengerti?"

"Ya, pemahamanmu tentang bisnis apa?" tanya Purnomo lagi.

"Ayah cuma kasih tau. Bisnis itu yang dibutuhkan adalah konsistensi dan kerja keras. Prosesnya panjang dan tidak mudah!" lanjutnya menjelaskan.

"Yang kamu butuhkan adalah buat dulu konsep bisnis yang kamu bangun. Lalu buat buku besarnya, modal apa saja yang dibutuhkan!" sambungnya.

"Begini saja. Sekarang kamu belum penuh semester. Jika kamu berhasil di semester enam. Ayah akan coba masukkan kamu sebagai penerima uang pembinaan dari perusahaan!" lanjutnya lagi.

"Hah, bisa Yah?" tanya Arunika tak percaya.

"Tentu saja, selama kamu kompeten dan layak. Kami akan memilih beberapa kandidat untuk disodorkan. CEO kami yang nanti memilih!" jawab Purnomo.

"Wah. ...."

"Tapi Ayah hanya sekedar mengantar saja. Semua adalah usahamu!" potong Purnomo tegas.

"Jadi, yang kamu usahakan sekarang belajar dulu. Lalu, kamu list daftar bisnis yang ingin kamu capai. Jika sesuai dengan isi hati, mulai mencatat semua modal dan perkiraan crush moment! Pemula harus mencatat rugi dulu!" jelas Purnomo lagi.

"Hah, bukan untung Yah?" tanya Arunika bingung.

"Rugi di sini maksudnya. Kemungkinan gagal yang kamu dapat ketika memulai bisnis!" jelas Purnomo lagi.

Arunika mengangguk, ia mengerti. Saat ini otaknya belum kepikiran untuk bisnis apa.

"Apa sudah dipikirkan mulai bisnis apa?" tanya Purnomo.

"Mungkin retail," jawab Arunika.

"Itu butuh modal besar. Kamu harus punya pandangan lebih luas. Punya kekuatan modal besar. Juga koneksi yang menguntungkan!" ujar Purnomo lagi.

"Jadi kamu harus kumpulin dulu modal untuk membangun bisnis kamu nanti!" lanjutnya.

Tak lama, masakan Eka tercium, perut Arunika dan Purnomo langsung berbunyi. Keduanya tersenyum.

"Ayo kita bantu habiskan masakan Bunda!" ajak Purnomo lalu mengulurkan tangannya.

Arunika tersenyum lalu mengangguk, ia berdiri dan menyambut uluran tangan ayahnya. Keduanya pun keluar kamar menuju dapur.

"Bunda. . Lapar!" seru keduanya dan Eka tersenyum mendengarnya.

Bersambung.

Yah gitu lah.

Next?

1
Eni Istiarsi
yang muncul baru bayang bayangnya 😄
Sulfia Nuriawati
nyesek pny cwok dg status g jlas, jgn d hrp bikin sakit sendiri
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
bersabarlah nika.
Cindy
lanjut kak
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika tetap produktif walau hati galau ya
Deyuni12
Raka,semoga datang d mimpinya Aru,biar Aru tidak terlalu lama menanggung rindu
Eni Istiarsi
Raka hadir tapi.... masih dalam doa
Ni nyoman Sukarti
yang sabar ya Arunika....pembaca tetap menanti juga....😀🤭
Eni Istiarsi
Rakanya masih dilaminating dan ditaruh ditumpukan paling bawah 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
tiba-tiba raka datang sambil mengandeng tangan istrinya yg sedang hamil. 🧐🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: tapi sedih banget kalo bener. 😢
total 2 replies
Cindy
lanjut kak
Deyuni12
Rakaaaa
yuhuuu
kamu d manaaaaa
Aru rindu niiiih
kamu jahara ikh
😄😄✌️
Eni Istiarsi
oh ini yang manusia payung itu,Bagas😄
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
bagas itu yang pernah nolongin arunika waktu di bully saat SMA ya?
Cindy
lanjut kak
Deyuni12
waaaah
Arunika n Media hebat!!!
selamat y buat xan berdua n tetap semangat
Deyuni12
othor jahat,d bungkus d mana sh si Raka ini,bikin Aru jadi rindu meranaaaa
Roh Hayani
Kecewa
nurry
kemana Raka 🤔
Anita Barus: rindu yg terpendam arunika .Raka seperti di telan bumi .tiada kabar beritanya kasian Arunika .
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!