Rupanya salah masuk kamar hotel saat liburan membuat Gia Adrian harus rela terjebak dalam sebuah pernikahan konyol dengan pria asing dan begitu juga dengan Gio Hadikusumo terpaksa menerima pernikahan tersebut padahal dirinya merasa tak melakukan apapun.
"Aku tidak mau menikah dengan gadis manja dan liar sepertinya," ucap pria tampan nan macho dengan pandangan sedingin es gunung himalaya tersebut.
"Ck, kamu kira aku juga mau menikah dengan pria dingin dan kolot sepertimu? hidupku pasti akan penuh sial nanti," umpat Gia menolak mentah-mentah pernikahannya. Ia masih sangat muda dan masih ingin bersenang-senang.
"Pokoknya kami tidak ingin menikah, kami hanya salah masuk kamar!" ucap mereka bersamaan saat kedua orangtuanya memaksakan sebuah pernikahan demi menjaga nama baik keluarga masing-masing.
Gia anak gaul metropolitan, kaya raya dan manja serta gemar hang out bisakah bersatu dengan Gio pria kepulauan yang dingin dan serius yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cuma 10 juta
Gia yang merasa sudah tak wajar dengan sentuhan Gio langsung mendorongnya menjauh hingga membuat pria itu menyadari apa yang sedang diperbuatnya.
"Sial!"
Pria itu pun segera berlalu pergi meninggalkan kamarnya tanpa kata bahkan tanpa meminta maaf karena telah menyerang gadis itu dengan sedikit brutal padahal itu pertama bagi seorang Gia, meskipun masa remajanya banyak ia habiskan di dunia malam namun menjaga kesucian adalah mutlak baginya.
"Dasar mesum!"
Gia nampak mengusap bibirnya yang mungkin telah membengkak saat ini akibat sentuhan pria itu kemudian ia pun langsung turun dari ranjangnya untuk melihat penampilannya, sangat berantakan rambutnya acak-acakan dan oh astaga pandangannya sontak berhenti pada sebuah tanda merah keunguan di kulit lehernya.
Sial, bahkan kini detak jantungnya masih begitu kencang gara-gara perbuatan pria itu dan jujur ia tak menampik jika tubuhnya bereaksi lain seakan menikmati setiap sentuhan yang dilakukan oleh suaminya tersebut. Baru sentuhan, bagaimana jika lebih dari itu? membayangkan hal itu pun membuat Gia merasa merinding sendiri.
"Bukankah tadi dia mengajakku jalan? siapa tahu ke kota dan aku bisa kabur dari sana," gumamnya.
Ia mempunyai banyak uang dan kecil baginya untuk kabur saat berada di kota nanti berbeda dengan kampung ini yang begitu asing bahkan kendaraan pun tidak ada jadi jika ia kabur yang ada akan tersesat dan berakhir dimakan oleh hewan buas ditengah perjalanan nanti.
Gia pun segera berganti pakaian, menggunakan gaun selutut yang ia bawa dari kota lalu segera keluar dari kamarnya. Saat baru menutup pintu ia melihat Tania juga baru keluar dari kamarnya.
"Mau kemana?" tanya wanita itu dengan penuh selidik, pandangannya naik turun menatap penampilan gadis di hadapannya tersebut.
"Jalan-jalan dong ke kota," sahut Gia dengan tersenyum lebar.
Pandangan Tania langsung tertuju kepada leher gadis itu yang menampakkan tanda kemerahan, pasti itu ulah kakak sepupunya. Apa semudah itu pria tersebut melupakan sang pujaan hatinya?
"Baiklah, sampai jumpa Tania." Gia pun segera berlalu pergi dari hadapan wanita itu dengan sikap cerianya namun tiba-tiba Tania memanggilnya.
"Tunggu Gia!" ucapnya dan tentu saja gadis itu sontak berhenti.
"Ada apa? apa mau memujiku cantik?" sahutnya tanpa menyurutkan senyum di wajahnya tersebut.
Tania nampak kesal namun wanita itu mencoba untuk tersenyum meskipun terkesan dipaksakan. "Kamu cantik hari ini," sahutnya memuji.
"Tidak hanya hari ini saja Tania tapi aku memang sudah cantik dari lahir," tukas Gia memuji dirinya sendiri. Ia memang suka sekali dipuji bahkan ketika tak ada yang melakukannya ia akan memuji dirinya sendiri.
"Baiklah sebenarnya aku ingin minta tolong sesuatu padamu," ucap Tania hingga membuat Gia perlahan menyurutkan senyumnya menatap wanita itu dan sepertinya serius pikirnya.
"Sebenarnya aku dan Jordi sedang berusaha untuk memiliki anak, kami berencana untuk pergi berbulan madu tapi hanya saja aku tak punya uang maksudku kami dipaksa berhemat disini jadi bisakah kamu pinjamkan aku uang? kak Gio pasti memberikan mu banyak uangkan?" mohon wanita itu kemudian.
Gia langsung mengernyit mendengarnya. "Berapa?" ucapnya ingin tahu bahkan hingga kini suaminya itu tak pernah memberikannya apapun kecuali pakaian dari pasar waktu itu.
"Cuma 10 juta," sahut Tania.
Gia mengangguk kecil, baginya uang segitu sangat kecil. "Apa kamu punya nomor rekening?" tanyanya kemudian, jangan bilang wanita itu juga tak memilikinya?
"Ten‐tentu saja tapi punya suamiku sebentar aku berikan nomornya." Tania pun segera masuk kamarnya lalu tak berapa lama kembali dengan membawa sebuah kertas dan diberikan kepada gadis itu.
"Ini," ucapnya.
Gia langsung mengambil ponselnya lalu mengirim nominal yang diminta oleh wanita itu.
"Terima kasih Gia nanti akan ku ganti," Tania terlihat senang ketika melihat bukti transferan yang ditujukan oleh gadis itu.
Gia mengangguk kecil kemudian segera berlalu pergi dan dilihatnya sang suami nampak duduk termenung di teras rumahnya.
"Ayo pergi!" ajak gadis itu kemudian.
Gio yang menoleh ke arahnya pun sontak memperhatikan penampilan gadis itu yang telah berganti pakaian, gaun selutut berwarna putih yang terlihat pas di badannya.
"Untuk?" ucap pria itu dingin, sebenarnya Gio masih enggan bertemu dengan gadis itu setelah kejadian beberapa saat yang lalu sungguh ia benar-benar khilaf namun entah kenapa istrinya itu justru bersikap seakan tak terjadi sesuatu diantara mereka.
Apa karena gadis itu sudah biasa berciuman dengan seorang pria?
"Tentu saja jalan-jalan ke kota, bukankah kamu tadi mau mengajakku pergi jalan-jalan?" Gia langsung mengingatkan, dasar pria tua pikun pikirnya.
Gio mengangguk kecil bahkan ia lupa pernah mengatakan hal tersebut, kemudian pria itu pun segera beranjak dari duduknya dan berlalu pergi menuju mobil tuanya.
"Apa kamu yakin mobil ini tidak akan rusak lagi seperti waktu itu?" ucap Gia, ia harus memastikan perjalanannya ke kota berjalan dengan mulus tanpa hambatan mengingat hari hampir sore.
"Naiklah jangan banyak bicara!" perintah Gio lantas segera membuka pintunya dan segera masuk.
Gia yang diabaikan begitu saja pun langsung menghentakkan kakinya, tadi saat menyentuhnya saja terlihat begitu bernapsu namun sekarang kembali seperti kulkas 14 pintu pikirnya.
Setelah gadis itu masuk Gio segera mengemudikan mobilnya meninggalkan kediamannya tersebut, saat melewati jalan yang sama dengan ke pasar waktu itu Gia sontak bertanya.
"Kita akan jalan ke kota kan?" ucapnya memastikan, jangan bilang mereka akan pergi ke pasar yang kotor dan becek itu belum lagi para pedagang yang kurang ramah kepadanya.
"Ini sudah hampir sore, tidak mungkin pergi ke kota jadi lebih baik pergi ke pasar saja." terang Gio yang nampak fokus dengan jalanan depannya itu.
"Apa?" tentu saja Gia langsung melotot.
"Aku tidak mau." ucapnya menatap nyalang pria itu, enak saja ia sudah berdandan cantik begini malah diajak ke pasar. Ia mau pergi ke kota bukan malah COD musang.
"Kita ke kota saja ya." mohonnya dengan memasang wajah memelasnya menatap pria itu, sedikit bujukan mungkin akan berhasil.
"Ya?" mohonnya kembali seraya mendekatkan wajahnya semakin dekat hingga membuat Gio langsung menelan ludahnya, apa gadis itu sedang merayunya?
"Ke kota ya?" imbuhnya lagi dengan wajah memelas bak kucing yang sedang meminta dikasihani.
Gio pun langsung mendorong wajahnya menjauh. "Hm," ucapnya singkat dan tentu saja itu membuat Gia langsung senang bahkan tanpa sadar memeluk lengan kekar pria itu.
"Terima kasih," ucapnya.
Akhirnya jalannya untuk kabur akan terbuka lebar, ia akan membuat pria itu sibuk di kota lalu ia akan pergi ke bandara tanpa diketahuinya. Awas saja ia akan membuat perhitungan kepada kedua orang tuanya karena telah membiarkannya tinggal di daerah antah berantah.
kakek, bolehkah gia & gio tinggal terpisah? bolehkah gia selalu ikut kemana pun gio pergi? bahkan mungkin bekerja di kantor kalian?
ini bisa di ambil pelajarannya....
barang yg sudah di pakai memang layak di rawat,daripada di kembalikan👍👍
ternyata ada unsur perjodohan to.....
semua sudah tertata rapi....
semoga kalian bahagia...