Aruna hanyalah perawat psikologi biasa—ceroboh, penuh akal, dan tak jarang jadi sasaran omelan dokter senior. Tapi di balik semua kekurangannya, ada satu hal yang membuatnya berbeda: keberaniannya mengambil jalan tak biasa demi pasien-pasiennya.
Sampai suatu hari, nekatnya hampir membuat ia kehilangan pekerjaan.
Di tengah kekacauan itu, hanya Dirga yang tetap bertahan di sisinya. Sahabat sekaligus pria yang akhirnya menjadi suaminya—bukan karena cinta, melainkan karena teror orang tua mereka yang tak henti menjodohkan. Sebuah pernikahan dengan perjanjian pun terjadi.
Namun, tinggal serumah sebagai pasangan sah tidak pernah semudah yang mereka bayangkan. Dari sahabat, rekan kerja, hingga suami istri—pertengkaran, tawa, dan luka perlahan menguji batas hati mereka.
Benarkah cinta bisa tumbuh dari persahabatan… atau justru hancur di balik seragam putih yang mereka kenakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.Bunga Mawar
Iren terus mengikuti mobil Dirga sampai ie apartemen dimana ia mengantarkan Dirga waktu itu.
"Inikan apartemen nya Dirga kenapa Aruna juga ikutan turun?. " ucap Iren memberhentikan mobilnya di berang jalan pintuk masuk apartemen tersebut.
Aruna dan Dirga masuk kedalam Apartemen setelah mengambil barang belanjaan mereka di dalam bagasi . Tak ingin larut dalam rasa penasarannya Iren pun keluar dari dalam mobilnya masuk kedalam apartemen mengikuti angka lantai yang di tuju Aruna dan Dirga.
Iren bersembunyi di balik tembok pintu lift begitu Aruna dan Dirga keluar dari lift sebelah. Iren berdiri kaku di sana mengintip kemana arah Dirga dan Aruna masuk.
Klik !
Pintu apartemen terbuka begitu Aruna memasukkan kode pin , Aruna dan Dirga masuk kedalam apartemen membawa barang belanjaan. Cukup lama Iren menunggu, namun tidak satupun dari mereka yang keluar dari sana.
"Jadi mereka berdua tinggal di apartement yang sama selama ini?. "gumamnya berjalan ke depan pintu apartemen Dirga dan Aruna . Matanya melirik Angka di pintu apartemen tersebut untuk mengingatnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya....
Maya dan Raka mulai beraksi meluncurkan rencanannya untuk mendekatkan Aruna dan Dirga lewat cara jebakan yang kemarin sempat gagal. Namun untuk kali ini Maya memastikannya lebih yakin jika rencana mereka tidak akan berakhir sia - sia seperti sebelumnya. Meteka berdua sengaja datang ke rumah sakit pagi - pagi sekali hanya untuk metakkan buket bunga mawar mewar yang indah tak lupa secarik kertas bertuliskan romantis di sana yang mereka buat atas nama Dirga.
"Sayang kamu milih bunganya bagus banget, kan aku jadi nggak rela buat ninggalin di meja Aruna. "ucap Maya memanyunkan bibirnya melihat ke arah Raka yang berada di dekatnya.
"Ini nggak sebagus kamu baby, aku akan pilihkan yang jauh berkali - kali lipat jika itu untuk kamu. " ucap Raka menoel hidung Maya dengan telunjuknya.
Maya tersenyum malu, lalu meletakkan bunga yang ada di gandengannya ke atas meja Aruna tak lupa dengan secarik kertas romantis yang mereka selipkan di dalamnya.
"Ini posisi yang pas buat Aruna liat nantinya, dan perawat- perawat yang liat nantinya juga bakal heboh. Apalagi kalau nanti Aruna buka kertanya dan liat pengirimnya adalah Dirga wwaaa.... ini bakal jadi berita menggemparkan di rumah sakit ini. " ucap Maya membayangkan rencananya yang akan berjalan mulus.
"Baby aku ini emang paling jenius. " ucap Raka mencubit pelan pipi Maya, namun maya langsung reflek memanyunkan bibirnya dan mengecup Raka secara tiba - tiba.
Raka tersenyum bahagia lalu membalas kecupan singkat maya sebelum akhirnya mereka pergi dari sana.
Dari balik dinding Iren keluar dari tempat persembunyiannya, memutar matanya malas saat menyaksikan drama yang menyakitkan mata pagi - pagi sekali di rumah sakit itu.
Iren melangkah ke meja perawat dan meraih bunga yang baru saja di letakkan oleh duo bucin itu di sana. Iren membaca secarik kertas yang ada di sana dengan tatapan mual.
Untukmu yang selalu menjadi
mawar merah di hatiku, semoga
kamu menyukai hadiah kecil ini.
Dirga.
Iren meremas kertas kecil itu lalu mengambil buket bunga mawar yang di letakkan Maya dan Raka , Iren membawa buket bunga itu kedalam ruangannya dan memasukkannya kedalam tong sampah yang masih kosong .
Iren menatap bunga itu dengan nafas yang naik turun di dadanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Saat semua pasien sudah di di tangani, Iren langsung bergegas ke ruangan Dirga mengetuk pintu ruangan itu beberapa kali sebelum akhirnya masuk dengan langkah penuh semangat. Namun di dalam ruangannya ada Aruna sedang duduk di hadapan Dirga.
"Kenapa Ren?. "tanya Dirga melihat ke arahnya.
Iren mengalihkan pandangannya menatap ke arah Dirga, " Gue mau ngajak lo makan siang bareng, lo bisakan?. "tanya Iren yang membuat Aruna menatap Dirga dan Iren bergantian.
"Hmmm.. Boleh tapi gue bawa Aruna sekalian ya?. " ucap Dirga yang membuat Iren mengerutkan keningnya namun tetap memaksakan senyumnya.
"Nggak usah Ga, gue makan siang sama Maya aja. "tolak Aruna cepat karna tidak ingin mengganggu momen Iren dengan Dirga, apa lagi Aruna tau jika Iren menyukai Dirga .
"Yaudah kalau gitu bawa Maya sekalian. " ucap Dirga yang membuat kerutan di kening Iren bertambah.
"Nggak pa- pa kan Ren?. "ucap Dirga mengangkat garis senyumnya.
Iren tertwa kecil, " Tentu aja nggak masalah, lebih rame lebih seru. "ucap nya menghelan nafas pelan.
Dirga pun tersenyum puas dan langsung berdiri dan keluar dari ruangannya di ikuti oleh Aruna dan Iren dengan langkah gontai.
Sebelum berangkat Aruna memanggil Maya dan menggandeng tangannya cepat menuju mobil dengan Iren dan Dirga yang ada di depannya berjalan berdampingan.
Maya masih keheranan dengan sikap Aruna dan Dirga terlebih juga tidak ada gosip dari perawat lainnya tentang bunga yang ia taruh bersama Raka tadi pagi.
"Apa Aruna belum baca kali ya, Tapi yaudah deh nanti pas makan gue tanyain. " batin Maya memasuki mobil bersama Aruna.
Mobil merekapun melaju mengikuti arahan Restoran yang di pilih oleh Iren .
_______
lima belas menit perjalanan akhirnya merekapun sampai di Restoran sae food, mereka memesan porsi jumbo untuk di makan bersama- sama.
Tak menunggu lama pesanan mereka sampai, masing - masing dari mereka langsung mengambil posisi untuk menyantap makanan laut tersebut dengan senang hati.
Dirga duduk di antara Aruna dan Iren sedangkan Maya duduk di sebelah Aruna .
Aruna meraih kepiting yang ada di dekat Dirga namun dengan cepat Dirga mengambilnya dari Aruna.
" Biar gue yang keluarin dagingnya!. "ucap Dirga mengambil alat untuk mengeluarkan daging kepiting tersebut.
Dirga menaruh daging kepiting yang telah ia keluarkan di atas nasi Aruna.
"Makasi Ga. " ucap Aruna yang di angguki oleh Dirga.
"Lo mau apa lagi lobster atau kerang ?. "ucap Dirga menawarkan lagi , namun Aruna menggeleng ia masih sibuk mengunyah daging kepiting yang di kupaskan Dirga.
Perhatian kecil itu tak luput dari pandangan Iren, ia terus memperhatikan bagaimana Dirga menatap Aruna.
"Ga... kayaknya gue mau lobster deh. lo boleh bantu kupasin nggak?, gue nggak bisa. " ucap Iren dengan nada manja yang di angguki Dirga.
Maya memperhatikan Iren yang sepertinya juga ingin mendekati Dirga .
Maya meraih Lemon tea yang ia pesan, menyeruputnya beberapa kali tegukan. "Run tadi pagi kayaknya gue liat Buket bunga mawar deh di meja loh, dari siapa Run?. " ucap Maya menyelidiki rasa penasarannya.
Dirga langsung memalingkan wajah ke arah Aruna dan Maya begitu mendengar Pertanyaan itu.
Aruna menghentikan suapannya, menatap bingung ke arah Maya, "Buket Bunga?.... emang ada?. Gue nggak nemu apapun di meja gue pas nyampe di rumah sakit . " jawab Aruna.
"Akh.. masa sih gue liat jelas loh buket bunga mawar ada suratnya juga di sana. "ucap Maya lagi .
"Lo liat isi suratnya May?. " tanya Dirga, wajahnya terlihat begitu serius.
"Ya.. Gue nggak berani liat lah kan itu untuk Aruna. "jawab Maya.
"Tapi ....beneran gue nggak nemu apapun di meja gue May. " ucap Aruna lagi menegaskan.
Iren mengaduk - ngaduk minumannya mendengarkan obrolan mereka soal buket bunga yang ia buang.
Maya mencengkram kuat gelas minumannya, "Ada yang menyabotase rencana gue sama Raka, tapi siapa?.. " batinya tanpa sengaja menghentakkan gelas yang ia pegang sehingga minuman di dalamnya tumpah mengenai bajunya.
"Eh... May. "ucap Aruna langsung meraih tisu memberikannya pada Maya.
Maya meraih tisu yang di berikan Aruna lalu berdiri, " Kayaknya gue harus ke toilet dulu deh. "ucap Maya yang di angguki Aruna dan yang lainnya.
Iren ikut berdiri menyusul, " Gue bantuin Maya dulu ya. "ucap Iren menyusul.
Di dalam toilet di depan westafel Maya sibuk membersihkan bajunya dari tumpahan minuman , Iren ikut berdiri di samping Maya menghidupkan keran air dan mencuci tangannya melihat ke dirinya di depan cermin.
"Nggak sepantasnya lo ngejebak Dirga dengan cara yang nggak pernah dia lakukan." ucap Iren yang membuat Maya mengalihkan pandangannya ke arah Iren.
"Itu termasuk Fitnah, Lo tau itukan?. " ucap Iren menatap Maya yang kebingungan.
.
.
.
Bersambung
...~Dokter Iren ~...
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤