Luna Delfina berprofesi sebagai seorang penulis di hidupnya, ia memiliki cukup banyak pengikut setia yang selalu mendukung setiap karyanya.
Suatu hari muncul satu komentar misterius di karya tulisannya yang pada akhirnya membawa dirinya ke dalam Dunia Karya Ciptaannya tersebut.
Segala cara telah ia lakukan agar dapat terlepas dari ikatan dunia ini, namun tak ada satupun cara yang berhasil. Satu-satunya jalan terakhir baginya adalah dengan menjodohkan kedua Pemeran Utama sesegera mungkin agar ia dapat segera terlepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang Pemeran yang tidak diketahui Perannya disini.
Apakah ia dapat berhasil menjodohkan mereka di tengah badai-badai konflik yang ditulis olehnya sendiri? Ataukah semua tindakannya ini malah membuatnya terjerumus lebih dalam? Dan.. Siapakah orang misterius itu?
Ayo baca drama seorang Penulis kecil ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MllyyyStar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Misi Pertama Luna
Disela perbincangan Luna dan Elena, Sierra datang mendekat seperti ada sesuatu yang ingin disampaikannya.
Ia memandang Elena dan mengangguk kecil seperti mengisyaratkan sesuatu, setelah itu Elena segera pamit untuk pergi kepada Luna dan meninggalkan hanya Luna bersama dengan Sierra disana.
“Profesor Lazarus mencarimu.” Ucap Sierra, memandang Luna.
“Mencariku?”
“Apa untuk menanyakan keputusanku ya?” Batin Luna.
Raut wajah Sierra tampak serius dan sedikit terlihat khawatir meski ia tak mengatakan apapun. “Aku akan mengantarmu, ayo.” Ujarnya.
Luna berdiri dan mengikuti langkah Sierra. “Apa ada masalah?” Tanyanya penasaran.
“Jangan bertanya kepadaku, aku tidak tahu.” Kata Sierra dengan tenang.
“Namun sepertinya kau tahu sesuatu..” Ucap Luna, matanya menyipit curiga.
“Bersiaplah.” Ucap Sierra, berhenti dan menatap Luna. Ia kemudian pergi setelah mengantarkan Luna ke sebuah Ruangan yang bisa dipastikan adalah Ruangan Profesor Lazarus.
“Bersiap? Untuk apa?” Pikir Luna, masih memandang Sierra yang perlahan menjauh.
Luna melangkah masuk ke Ruangan itu setelah beberapa waktu ia menguatkan diri dan memikirkan keputusannya.
Begitu ia masuk, Profesor Lazarus terlihat berdiri membelakanginya di tengah Ruangan itu, tampak seperti memang telah menunggunya.
“Profesor.” Panggil Luna, Profesor Lazarus berbalik.
Rasa dingin di Ruangan itu mencuat, membuat siapapun yang berada disana pasti merasa terancam olehnya.
“Sudah membuat keputusan?” Tanyanya.
“Wow, meski aku sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan ini. Namun tetap saja jantungku berdegup kencang.” Luna meneguk ludahnya tegang.
“Ya, saya menerima tawaran menjadi salah satu anggota dalam Organisasi The Guild of Ethereal Minds.” Ucap Luna, yakin dengan keputusannya saat ini.
“Bagus, sepertinya kau tahu cara untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.” Kata Profesor Lazarus.
“Kau akan bergabung ke Tim 2 untuk Misi, siapkan dirimu.” Lanjutnya.
Luna terkejut dan mengernyit. “Misi? Sekarang?” Tanyanya.
“Apa kau mengira ketika bergabung menjadi Anggota The Guild of Ethereal Minds, kau dapat bersantai-santai?” Ucapan itu tajam dan membuat Luna terdiam ditempatnya.
“... Benar yang ia katakan..” Luna terdiam ditempatnya.
Profesor Lazarus bergerak dan Luna mengikutinya menuju ke sebuah Ruangan khusus yang bahkan tidak tertera di Peta yang ia dapatkan.
Brak
Pintu terbuka, Lazarus masuk yang diikuti oleh Luna selanjutnya. Tubuh Luna tertutupi di belakang pria dewasa itu, sebab itu tak banyak orang yang menyadari keberadaannya disana.
Semua yang ada di Ruangan itu menjadi serius, menunggu Perintah dari pria itu.
"Misi kalian kali ini mudah, hanya perlu mengumpulkan beberapa Bahan Utama Minyak Esensial yang menjadi Bahan Dasar dari Racikan Ramuan." Ucap Profesor Lazarus, semua yang berada di Ruangan itu mendengarkan dengan serius.
"Untuk Misi kali ini, kalian perlu berkunjung ke Desa The Las Catania, disana terkenal dengan Bahan Minyak Esensial yang tinggi. Cari tahu dan dapatkan Bahan-Bahan itu." Lanjutnya, semuanya mengangguk mengerti.
"Tidak biasanya Profesor langsung menyampaikan Misi seperti ini, biasanya dia selalu menyampaikan Misi kepada Leon." Bisik Edwin kepada Alsean, merasa penasaran dengan apa yang terjadi.
"Di Misi kali ini, seseorang akan bergabung menjadi Tim kalian. Harap agar kerja sama kalian tidak terganggu oleh itu." Ujar Profesor, beberapa langkah menyamping agar Luna terlihat.
Luna memandang segala arah dengan canggung, namun tatapannya tidak putus dan pandangannya tetap teguh menunjukkan bahwa ia percaya diri berada disana.
"Luna?!" Alsean mengernyit, langkahnya hampir saja salah yang bisa-bisa membuatnya terjatuh.
Reaksi Edwin terkejut, tampak tidak menyangka bahwa Luna akan menyusul kakaknya masuk ke Organisasi yang sama. Sedangkan Sierra, tampak tenang seolah telah menebak situasi ini.
Elena, ia terdiam. Baru saja tadi ia bertanya tentang keputusan yang akan diambil oleh Luna, dan sekarang gadis itu berada di Ruangan yang sama dengannya. Berdiri disana dengan tenang, meski menjadi Pusat. Kini Elena tersenyum, senang bahwa Luna memilih jalan hatinya.
Lalu yang lain, mereka penasaran dengan asal dan mengapa gadis itu dapat terpilih untuk bergabung di antara banyaknya Syarat yang begitu sulit.
"Dia terlihat sangat muda dan rapuh, apakah ia bahkan bisa bertahan selama sedetik diluar sana?" Tanya Vandore, memandang remeh.
“Kau mengatakan hal yang sama ketika waktu Elena pertama kali bergabung, Vandore.” Kata Chelsea.
"Segera mulai Misinya." Ujar Profesor Lazarus, keluar dari Ruangan itu begitu ia menyelesaikan kalimat terakhirnya.
Alsean mendekat. "Luna, apa yang kau lakukan disini?!" Tanyanya.
"Untuk.. Misi?" Jawab Luna sedikit bingung untuk pertanyaan Alsean kepadanya.
"Tidak, maksudku. Kau tahu kan bahwa Organisasi ini bisa saja berbahaya, seharusnya kau tidak bergabung." Ujar Alsean lagi, tampak khawatir.
Elena yang melihat kekhawatiran Alsean yang tinggi, ia mendekat dan berkata. "Sean, aku yakin Luna dapat melakukan Misi dengan baik. Lagipula, bukankah ada kita bersamanya?”
Sementara yang berada agak jauh dari mereka mulai beropini. “Apa yang terjadi? Sean mengenal gadis itu?” Vandore bergumam.
“Mungkin itu pacarnya.” Ucap Chelsea, menebak-nebak dengan santai.
“Tidak mungkin. Pria itu sangat dingin dengan wanita, bahkan denganmu juga sama. Bagaimana bisa ia berpacaran?” Kata Vandore, menyanggah.
“Bukankah kecuali Elena?” Ujar seorang gadis, muncul ditengah perbincangan Vandore dan Chelsea.
“Benar juga, ia bersikap sedikit lebih lembut dengan Elena..” Gumam Vandore.
…
Vandore dan Chelsea menoleh ketika mereka menyadari keberadaan gadis itu. “Josie?”
“Hai!” Sapa Josephine, gadis yang umumnya kerap di sapa sebagai Josie.
“Sejak kapan kau berada disini?” Tanya Chelsea.
“Em.. 10 sampai 15 menit yang lalu.” Jawabnya, berpikir sejenak sembari mengunyah sebuah roti di mulutnya.
“Bukankah kau berada di Tim 3? Kenapa kemari?” Tanya Vandore.
“Yaah, aku dipindahkan kemari. Leon tidak memberitahunya kepada kalian?” Tanya Josie, menoleh dan memandang ke arah Leontius yang berada di sudut lain tempat mereka.
Chelsea menggeleng dan Vandore berkata. “Sejak kapan Leon akan memberitahu hal yang tidak penting seperti ini.”
“Maksudmu, aku tidak penting?” Josie bertanya kembali dengan sedikit tersinggung, memandang lekat seolah membutuhkan penjelasan. Tidak lupa setelah ia menghabiskan roti di mulutnya itu.
Edwin yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka tersenyum kecil, merasa lucu jika nanti orang-orang itu mengetahui hubungan sebenarnya yang ada di antara Luna dan Alsean.
Leontius mendekati tempat Alsean dan kemudian mengisyaratkannya sesuatu, Alsean mengangguk mengerti.
“Kau harus berjanji untuk selalu berada didekatku, Luna.” Ucapnya serius.
Luna mengangguk dan menjawabnya dengan tenang. “Ya, aku mengerti Sean.” Ujarnya, sengaja tidak memanggilnya kakak.
Alsean mengernyit, namun mereka semua sudah mulai bergerak. Tidak memberikannya waktu untuk memperhitungkan panggilan Luna kepadanya.
..._...