Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Yang Berprinsip
Menatap langit terang benderang oleh cahaya bulan yang telah memberikan kilauan magis pada salju yang memantul. Setiap langkah di salju menghasilkan suara gemerisik. Seperti serenade lembut yang menghiasi malam. Mengalihkan pandangannya ke pohon-pohon bertabur salju di rantingnya, seakan-akan berpakaian putih untuk pesta. Dalam keheningan malam yang penuh misteri. Juliette tersenyum lembut karena baginya musim salju memberikan keindahan yang tiada tara.
Ting nong ... ting nong...
Suara bel pintu apartemennya Juliette yang mengalihkan perhatiannya Juliette. Juliette tersenyum sumringah sambil membalikkan badannya, berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu apartemennya. Menyentuh berbagai macam ikon di layar pemindai untuk membuka pintu itu. Menekan handle pintu ke bawah, lali menariknya ke dalam sehingga pintu kebuka. Senyum Juliette memudar ketika melihat Ronald seorang diri.
"Kamu sendirian? Mana Mommymu dan Jennie?" tanya Juliette bingung.
"Kita ngobrol di dalam aja ya Sayang," ujar Ronald lembut.
"Eh iya, silahkan masuk, Sayang," ucap Juliette sedikit kikuk.
Tak lama kemudian Ronald melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemennya Juliette. Juliette menutup pintu yang otomatis langsung terkunci. Membalikkan tubuhnya, mengekori Ronald yang sedang berjalan menuju meja makan. Mereka menghentikan langkah kaki mereka di depan meja makan. Ronald menarik salah satu kursi meja makan.
"Silahkan duduk Tuan Putri," ujar Ronald sopan yang membuat Juliette tertawa kecil.
Sedetik kemudian Juliette menduduki kursi itu dengan hati yang berbunga-bunga. Ronald menarik sebuah kursi di sebelah kanan Juliette, lalu menduduki tubuhnya dia atas kursi itu. Ronald tersenyum senang karena dihidangkan steak. Ronald langsung mengambil empat sendok kentang tumbuk, lalu menaruhnya di samping kanan steak.
"Kenapa mereka nggak jadi makan malam di sini?" tanya Juliette sambil menatap lembut ke Ronald.
"Jennie sakit."
"Sakit apa Sayang?"
"Traumanya dia kambuh lagi."
"Memangnya kenapa dengan Jennie?" tanya Juliette khawatir.
"Sebenarnya Jennie itu anak angkatnya Mommy. Dari kecil dia sering mengalami kekerasan hingga menciptakan trauma pada dirinya."
"Ya Tuhan, kasihan sekali Jennie. Beruntung sekali dia bertemu dengan Mommy kamu. Pertama kali Mommy kamu bertemu dengan Jennie di mana?"
"Di mansion."
"Kok bisa ada di mansion kamu?"
"Aku pertama kali bertemu dengan dia waktu dia mau diperkosa oleh seorang pria paruh baya. Aku telah menolongnya."
"Kamu baik sekali Sayang, aku sangat senang memiliki seorang kekasih yang baik hati," ucap Juliette senang. "Waktu itu, Jennie berusia berapa tahun?"
"Sepuluh tahun Makannya itu Mommy langsung mengangkat Jennie sebagai anaknya karena Jennie masih kecil."
"Wah, aku jadi penasaran dengan Mommy kamu yang sangat baik hati," celetuk Juliette.
"Nanti, ketika acara ulang tahun perusahaan Daddy ku dan pengangkatanku sebagai CEO di sana. Aku perkenalkan kamu dengan Mommy dan Jennie."
"Kapan acaranya?"
"Hari Sabtu depan."
"Ok, oh ya, lusa Mommyku datang ke sini, kamu ada di sini?"
"Maaf Sayang, aku lagi berada di luar kota," ucap Ronald sedikit berbohong.
"Yah ... padahal aku mau mengenalkanmu kepada Mommyku. Kamu mau ke mana?"
"Ke Las Vegas. Next time aja perkenalannya," ucap Ronald, lalu dia mengusap pipinya Juliette.
"Berapa hari kamu berada di sana?"
"Lima sampai enam hari."
"Sayang, nanti kamu bawa makanan untuk Mommy kamu dan Jennie ya. Sayang kalau tidak dihabiskan."
"Baiklah. Sayang, tanggal Dua puluh dua Februari ikut aku ke Inggris yuk, aku diundang oleh Pamanku."
"Aku mau, tapi aku minta izin dulu sama pihak rumah sakit. Apakah nanti selama di Inggris, kita akan jalan-jalan?" ucap Juliette senang.
"Iya."
"Baiklah aku pasti ikut."
Tak lama kemudian Ronald merasakan getaran dari smartphone miliknya yang berada di dalam kantung jasnya. Dia merogoh kantung jasnya, lalu mengambil benda pipih itu. Sekilas melihat tulisan Ry di layar smartphone miliknya. Menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo Bro, ada apa?" tanya Ronald datar.
"Kamu sudah lupa, sekarang club kita lagi kedatangan belasan wanita untuk dijadikan pelayan seks, kamu jadi mengetes mereka?"
"Oh ya, aku lupa jadwal itu, tolong kamu dan Eddy saja yang menangani itu."
"Emangnya kamu lagi ngapain?"
"Aku lagi makan malam di apartemennya Juliette."
"Widiww, enaknya, bagi-bagi dong makanannya," ledek Ryan.
"Tenang aja, makanan untuk kamu dan Eddy sudah disiapkan," ucap Ronald santai.
"Benaran, aku dan Eddy dapat bagian?"
"Benaran, nanti aku bawain steak, kentang tumbuk, salad buah dan salad sayur. Udah dulu ya,"
Ronald menyentuh ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu, Menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya. Menaruhnya di dalam kantung. Menoleh ke Juliette yang sedang mengunyah makanan. Ronald mengambil garpu dan pisau steak, laku memotong steaknya.
"Ada kerjaan?" tanya Juliette.
"Iya, kerjaan di club."
"Kerjaan apa?"
"Rencananya aku mau interview beberapa calon karyawan tapi sudah ditangani oleh Ryan dan Eddy."
"Kok namanya sama dengan nama pemilik apartemen ini?"
"Maksud kamu?" tanya Ronald sambil mengangkat garpu.
"Pemilik apartemen ini namanya Eddy."
"Mungkin dia pemilik apartemen ini," ujar Ronald santai.
"Apakah dia akan hadir di acara makan malam pada minggu depan?"
"Aku sudah mengundangnya, tapi aku belum tahu dia datang atau tidak."
"Kamu punya club juga?"
"Yang punya Daddyku, tapi karena Daddy kena serangan stroke, jadi aku yang menanganinya."
Ronald merasakan getaran dari smartphonenya lagi. Dengan kesal dia melepaskan garpu dan pisau makan, lalu merogoh kantung dalam jasnya. Mengambil smartphonenya, lalu menyentuh ikon hijau tanpa melihat siapa yang menghubungi dirinya. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo ada apa lagi Ry? Aku tadi sudah bilang, urusan untuk mengetes mereka aku serahkan ke kamu dan Eddy!" ucap Ronald kesal.
"Aku Eddy, memangnya Ryan, sudah kasih tahu kamu?"
"Eh, iya Ed, udah dulu ya, aku lagi sibuk!" sarkas Ronald.
Tiba-tiba sambungan telepon itu terputus. Eddy menghembuskan nafasnya dengan kesal sambil menjauhkan smartphonenya dari telinga kirinya. Menoleh ke Ryan yang sedang tertawa kecil dengan tatapan mata yang tajam. Eddy mengambil bantal kecil, lalu melemparnya ke Ryan. Dengan tangkas Ryan menghindari lemparan bantal itu.
*Kurang ajar kamu Ry," ucap Eddy kesal sambil mengalihkan pandangannya.
"Santai aja Bro," ucap Ryan santai. "Ronald marah ya?"
"Udah tahu, nanya!"
"Hahaha, tuch orang lagi kebelet kali mau bermesraan dengan Juliette di dalam apartemennya Juliette. Aku pikir dia benar-benar jatuh cinta kepada Juliette."
"Aku juga sepemikiran sama kamu. Tadi dia marah banget diganggu dan tiba-tiba membatalkan rencana kita," ucap Eddy serius sambil menoleh ke Ryan.
"Aku yakin mereka akan menikah," celetuk Ryan santai sambil menatap Eddy.
"Menurutku mereka tidak menikah."
"Kenapa kamu ngomong seperti itu?"
"Aku perhatikan, Juliette mirip sekali dengan Tuan Sean Mottola."
"Memangnya kamu pernah melihatnya?"
"Pernah, waktu dia mau survei apartemen dan mengambil kunci apartemen."
"Juliette nyewa apartemen kamu? Ronald sudah tahu itu?"
"Ronald sudah tahu, Ronald menyuruhku untuk membeli semua rumah dan apartemen yang ada di sekitar rumah sakit Cedar Sinai atas namaku, lalu memasang iklan semua yang dibeli oleh Ronald dengan atas namaku. Memasang iklan menyewakan semua yang dia beli. Dia ingin Juliette tinggal di salah satu apartemen propertinya tanpa sepengetahuan Juliette."
"Kenapa Ronald nggak menawarkannya secara langsung ke Juliette?"
"Ronald pernah menawarkannya, tapi Juliette menolaknya."
"Wanita yang berprinsip."