NovelToon NovelToon
Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Transmigrasi / Agen Wanita
Popularitas:548.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Novi adalah seorang wanita seorang agen mata-mata profesional sekaligus dokter jenius yang sangat ahli pengobatan dan sangat ahli membuat racun.

Meninggal ketika sedang melakukan aktivitas olahraga sambil membaca novel online setelah melakukan misi nya tadi malam. Sayangnya ia malah mati ketika sedang berolahraga.

Tak lama ia terbangun, menjadi seorang wanita bangsawan anak dari jendral di kekaisaran Dongxin, yang dipaksa menikah oleh keluarga nya kepada raja perang Liang Si Wei. Liang sangat membenci keluarga Sun karena merasa mencari dukungan dengan gelar nya sebagai salah satu pangeran sekaligus raja perang yang disayang kaisar.

Tepat setelah menikah, Novi melakukan malam pertama, ia menuliskan surat cerai dan lari. Sayangnya Liang, selalu memburu nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kutukan Di Desa Huawe

Langit siang itu tertutup awan kelabu. Angin berhembus lembut, namun udara terasa pengap dan sarat dengan kecemasan. Sun Yu Yuan berdiri di depan tempat penyewaan kereta kuda.

Seorang lelaki paruh baya dengan topi jerami menghampirinya. "Nona ingin menyewa kereta kuda?" tanyanya sambil mengelap peluh di dahi.

Sun Yu Yuan mengangguk pelan sambil menatap lurus. "Ke arah timur. Ke desa Huawe," jawabnya pelan.

Kusir itu tampak terkejut, lalu menyipitkan mata. "Desa Huawe? Apa Nona tidak dengar? Di sana sedang terjadi penyakit aneh. Banyak orang jatuh sakit. Bahkan katanya, ada yang sudah meninggal. Apa Nona punya urusan penting di sana?"

Sun Yu Yuan menyelipkan beberapa uang perak ke tangan sang kusir. "Tolong antar aku sampai ke batas desa."

Melihat jumlah uang yang tak sedikit, kusir itu mengangguk ragu. "Baiklah, tapi aku hanya mengantar sampai gerbang masuk. Tidak lebih dari itu."

Sun Yu Yuan mengangguk pelan.

Tak lama kemudian, mereka naik ke atas kereta kuda. Roda kayu berderak pelan melewati jalanan berbatu dan tanah berdebu.

Namun baru sekitar setengah jam berjalan, kereta mereka melambat mendadak. Di depan jalan sempit itu berdiri dua orang tua. Seorang pria tua dengan tongkat kayu dan seorang wanita paruh baya yang tampak gelisah. Mereka berdiri menghadang kereta.

"Kembali! Jangan lanjutkan!" seru si wanita sambil melambaikan tangan. "Desa di depan kalian, dilanda penyakit! Kami sudah kehilangan dua keluarga kemarin! Maka dari itu, kami pergi sebelum tertular."

Sun Yu Yuan turun perlahan dari kereta, menunduk sopan. "Aku hanya ingin melihat. Kebetulan aku tahu sedikit pengobatan, dan Aku punya sedikit ramuan untuk meringankan gejala sakit," katanya lembut sambil menatap mereka dengan wajah tenang.

Si pria tua mencibir. "Kalau kau mati di sana, siapa yang tanggung jawab? Jangan buat masalah. Keluargamu pasti akan mencarimu nanti!"

Sun Yu Yuan tak membalas. Ia hanya mengangguk satu kali, lalu menoleh ke kusir. "Kau bisa kembali sekarang."

Kusir itu tampak lega. "Terima kasih, Nona. Jaga diri baik-baik!" katanya cepat, lalu segera membalikkan kudanya dan pergi dengan tergesa.

Begitu kereta menghilang dari pandangan, Sun Yu Yuan melangkah menyusuri jalanan tanah menuju desa Huawe.

"Kira-kira penyakit apa yang menimpa warga Desa, hingga menyebabkan mereka ada yang meninggal?" gumamnya.

Sesampainya di desa, ia langsung disambut pemandangan muram. Warga Desa duduk lemas di pinggir jalan, sebagian berbaring di tikar jerami dengan wajah pucat dan tubuh penuh bintik merah. Suara batuk dan keluhan nyeri terdengar dari berbagai arah.

Sun Yu Yuan mengangkat wajahnya. Di hadapannya, kerumunan warga tampak linglung dan panik. Ia melangkah perlahan menuju mereka, langkahnya mantap meski hanfu panjang yang dikenakannya menyapu debu jalanan.

Di tengah kerumunan itu, seorang ibu tua tengah memeluk anak perempuannya yang terbaring lemah. Wajah sang ibu tampak cemas dan penuh harap.

"Tolong... adakah yang bisa menyelamatkan anakku?" bisiknya lirih sambil menangis, menggenggam erat tangan anaknya yang panas membara.

Sun Yu Yuan berlutut di hadapan mereka. Suaranya tenang dan lembut. "Ada apa dengan anakmu?" tanyanya.

Sang ibu menoleh. Matanya menatap wajah Sun Yu Yuan yang tersembunyi di balik cadar tipis. Meski tak melihat jelas parasnya, entah mengapa ia yakin wanita di depannya pasti sangat cantik. Pembawaannya tenang, penuh keyakinan, dan aura yang menenangkan.

"Anakku demam tinggi, tubuhnya menggigil... Dan juga muncul bintik merah, dan sejak pagi tadi, anakku tidak sadarkan diri," ujar si ibu dengan suara gemetar. "Aku mohon... tolong dia."

Sun Yu Yuan memegang pergelangan tangan sang anak, memeriksa nadinya dengan jari terlatih. Dahinya mengerut sejenak. Wajahnya tetap tenang, namun dalam hatinya ia sudah menemukan petunjuk.

"Nadinya lemah. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Ada pembengkakan ringan di kelenjar, dan bintik merah di kulit. Ini mirip demam berdarah," pikirnya. "Jika benar, berarti anak ini digigit nyamuk pembawa virus. Di dunia modern, ini bisa disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti."

Ia mengangkat kepala, menatap si ibu. "Penyakit ini mungkin belum dikenal di zaman ini. Bahkan tabib istana pun bisa saja belum pernah menanganinya."

Beruntung, ia telah menyiapkan ramuan penurun panas, pereda nyeri, dan campuran herbal pembersih darah yang dulu dibuatnya di Desa Baihe.

Si ibu menatap penuh harap. "Apakah kau seorang tabib, Nona?"

Sun Yu Yuan menggeleng pelan. "Aku bukan tabib, tapi aku mengetahui sedikit tentang pengobatan. Aku pernah belajar dari seorang guru yang bijak."

Ibu itu menelan ludah, suaranya bergetar. "Lalu, anakku sakit apa sebenarnya?"

Sun Yu Yuan menarik napas dalam dan menjelaskan dengan suara tenang namun tegas, "Anakmu terkena penyakit yang dibawa oleh serangga kecil, biasanya nyamuk. Penyakit ini menyebabkan demam tinggi, nyeri sendi, dan munculnya bintik merah di kulit. Jika tidak segera ditangani, bisa berujung pada kejang, pendarahan, bahkan kematian. Di tempat asalku, penyakit ini disebut demam berdarah."

Wajah sang ibu pucat. Tangannya semakin erat menggenggam tangan anaknya. "Apa... apa bisa disembuhkan?"

Sun Yu Yuan mengangguk mantap. "Akan kuberikan ramuan penurun panas, penyeimbang darah, dan penguat daya tahan tubuh. Tapi kau harus pastikan anakmu cukup minum dan beristirahat. Jangan biarkan tubuhnya kekurangan air."

Namun sebelum ia sempat memberikan ramuan, seorang pria dengan pakaian lusuh berdiri di dekat mereka, matanya memandang curiga.

"Siapa kau? Kenapa berpakaian seperti itu? Kami tidak butuh bantuan dari orang asing!" bentaknya.

"Aku bukan orang asing. Aku pernah belajar pengobatan dari tabib besar di utara. Ramuan yang ku bawa ini tidak akan membunuh, tapi meringankan," ujar Sun Yu Yuan tegas, meski suaranya tetap lembut.

"Kau bicara omong kosong! Kata orang lain, Desa kami terkena kutukan!" ucap salah satu pria disana.

"Kutukan apa an? Dia terkena gigitan nyamuk kali, Huft berurusan dengan orang zaman kuno memang melelahkan, orang sakit dibilang kutukan. Ndasmu kutukan!" omel Sun Yu Yuan dalam hati.

Sun Yu Yuan berdiri dan mengumumkan dengan lantang. "Orang-orang penduduk desa, dengar aku! Penyakit ini bukan kutukan, atau ada roh jahat. Ini karena gigitan serangga. Aku bisa mengobatinya."

Warga yang mendengar mulai berbisik-bisik. Seorang pria muda dengan wajah gelisah melangkah maju. "Aku tak percaya padamu. Kami sudah didatangi banyak tabib. Tak satu pun berhasil. Kenapa kami harus percaya padamu?"

"Karena aku tahu penyebabnya," jawab Sun Yu Yuan mantap. Ia mengangkat botol kecil berisi ramuan bening. "Ramuan ini akan menurunkan panas, menghentikan bengkak, dan menguatkan tubuh melawan racun nyamuk."

"Racun? Nyamuk? Kau bicara apa?!" hardik seorang wanita tua, matanya menyipit curiga. "Jangan-jangan kau mau meracuni kami!"

"Iya! Kau dari mana?! Kenapa wajahmu tertutup?! Apa jangan-jangan kau malah akan membuat kami semua mati?!" teriak yang lain

Sun Yu Yuan tetap tenang. "Kalian boleh memilih. Tapi aku akan buktikan pada mereka yang bersedia mencoba."

Yang belum follow othor, Yuk follow dulu. Yang masih punya Vote belum dipakai, pakai buat othor ya... Terima kasih 🙏🏻🫰

1
mallaLa
ditunggu kelanjutannya thor jgn lama² up nya ya
Santy Susanti
hadeuuuh jadi jendral ko gak ada harga dirinya sm anak sendiri🤪🤪🤪🤪🤪🤪🤪
Santy Susanti
lg mengharu biru eh nyeletukbingus aduuuh gagal romantis dah🤪🤪🤪🤪🤪🤪
Santy Susanti
Hadeuuuh ini anak lg ngomong ma bapake juga matanya jelalatan cari separuh nafasnya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Santy Susanti
Hahaha bokapnya sm speklees🤣🤣🤣🤣🤣
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut...
Lala Kusumah
gustiiiiii eta malah mikirin ingus Yuan'er 😂😂🤭🤭
Lala Kusumah
takut lu ya jendral 🤭😂
dewi roisah
semangat menulis Thor
Dewiendahsetiowati
mau terharu malah gak jadi gara2 Sun Yu Yuan bilang ingus🤣🤣
Atik Kiswati
lnjt.....
Alan Banghadi
Air mata atau ingus🤣🤣🤣🤣🤣🤣
panty sari
yakin Yuan bukan anak jendral su soalnya ga dianggep banget
panty sari
Yuan ampe kepikiran tetesan ingus
Rai
terima kasih Thor

selepas menyelesaikan semua musuh, sisanya itu Jenderal sun dan keluarga nya harus menerima pembalasan daripada Sun Yu Yuan...harua
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Lyvia
dasar istri koplak, suami nanges malah dkira ingus 😃😃
Aeriah Kayla
kapan balas dendam ke keluarga nya Thor. dah nyampek episode 100an ni. semngat
Tiara Bella
makasih Thor up nya.... semangat ya up nya
hani chaq
setelah sy bolak balik ni cerita sampai mateng akhirnya up juga
makasih thor
up lagi juga ga nolak kok🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!