Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Beijing In Love
Satu minggu di pulau Bali telah berakhir. Dihari terakhir masa liburannya di pulau Bali, Vier dan Alona menggunakan motor matic milik Alona menuju pantai sanur bertemu dengan kedua sahabatnya Sisca dan Anthon yang memiliki usaha cafe disitu.
"Sekalian sudah di pesawat baru telephone. Awas kamu, saya itu rindu." Sisca langsung memeluk Alona. "Kamu tidak berubah cantik dan manisnya semakin meningkat. Pak tentara itu merawat kamu dengan baik."
"Emang Anthon kurang manjain kamu?"
"Di paksa rodi bung, sama Anthon." Kami semua tertawa. Mereka tahu, terlebih Alona dia tahu betapa semangatnya pasangan ini memulai usaha mereka sampai berkembang sekarang ini.
Seharian Alona dan Vier bermain di pantai Sanur tepatnya di Cafe milik sahabat Alona ,saudara sepupu Vier. Alona masih sempat tertidur dipantai sambil dijaga oleh suaminya. Baju seksi uang digunakan Alona membuat Vier marah, tidak segan - segan handuk besar yang mereka bawa digunakan untuk menutupi tubuh istrinya. Sampai matahari terbenam, mereka berada di pantai. pukul enam lewat tiga puluh menit baru mereka tiba dirumah membawa makanan kesukaan papa Alona dan mereka nikmati bersama.
Pukul tujuh pagi Alona dan Vier sudah dibandara, mereka akan melanjutkan liburan mereka ke Beijing. Pukul delapan pagi, pesawat yang membawa Alona dan Vier menuju Beijing China sudah mengudara. Sembilan jam empat puluh menit. Transit sekali di singapore. Tujuan mereka Ke Beijing selain berlibur juga mau memeriksa kesehatan rahim Alona yang bermasalah waktu kecelakaan maut. pukul tujuh malam mereka tiba di Beijing waktu Bali dengan Beijing sama. Hotel tempat mereka menginap dekat dengan rumah sakit peking.
Selesai membersihkan diri, Alona dan Vier berjalan - jalan disekitar hotel mencari makan malam. Alona mahir bahasa mandarin, padahal papanya ada darah Jepang, namun dia tidak begitu mahir. Malam ini mereka tidak berlama - lama diluar, selesai membeli makanan dan beberapa jajan serta minum, Vier dan Alona kembali ke hotel.
"Kamu sudah siap sayang buat besok?"
"Adek takut sedikit mas." Vier langsung membawa tubuh istrinya dalam pelukannya.
"Ada mas, kamu tidak sendiri. Apapun hasilnya kamu bidadari pilihan mas."
"I love you mas."
"Love you more istriku."
Alona tidur dalam pelukan suaminya sampai pagi. Pukul tujuh selesai olahraga di tempat khusus dihotel yang disediakan. Alona dan Vier bersiap diri untuk kerumah sakit dokter She sudah menunggu mereka. Jarak hotel dengan rumah sakit sangat dekat sehingga mereka hanya berjalan kaki sekitar sepuluh menit.
Belum ada perubahan yang berarti, selesai mendaftar Alona dan Vier menuju ruangan ginekolog. Tidak selali terdengar tenaga medis di sini meneriakan nama dokter Alona. Karena selama kurang lebih empat tahun disini, pembawaan Alona yang baik dan ramah membuat semua orang kenal dengan dia.
"Artis juga istri mas disini."
"Mas.... Ade empat tahun loh belajar disini."
"Mas tahu sih, rumah sakit ini besar sepuluh lantai, kalau karena sikap kamu yang baik dan menghargai orang lain maka wajar dua tahun pun pasti kamu idola." Muka Alona sudah merah semua karena dipuji suaminya.
Alona mulai mengikuti rangkaian pemeriksaan setelah konsultasi dengan dokter She teman sesama dokter residen. Semua dilakukan, Vier menyaksikan sendiri bagaimana Alona berkomunikasi dengan semua tenaga medis. Pemeriksaan sampai siang hari. Alona dan Vier makan siang di kantin rumah sakit. Dan ternyata pengurus kantin masih sama dan masih mengenalnya.
Selesai makan siang pemeriksaan satu bagian lagi dilakukan. Dan dokter Alona akan kembali bersama suaminya besok lagi.
"Mas kamu lelah?"
"Tidak sayang. Sini mas gendong." Vier pun berjongkok dan mengendong istrinya sambil berjalan menuju hotel. Alona mencium pipi suaminya.
"I love you mas."
"Love you more sayang."
"Ade berat ya mas?"
"Ade, suamimu tentara loh, Mas akan selalu menjadi tempat buat kamu manja dan bersandar jika kelelahan."
"Terima kasih cintaku." pemandangan Alona digendong dibelakang Vier diabadikan oleh tukang foto keliling yang ada di taman kota. Kebetulan jarak hotel ke rumah sakit harus melewati taman kota. Alona membayar foto itu ada tiga lembar.
"Mas, fotonya bagus semua."
"Nanti kita bingkai dan taruh di rumah." Alona juga mengubah wallpaper ipad dan handphonenya dengan foto indah itu.
Besok pagi Alona dan Vier kembali bertemu dengan dokter Shu. Hasil pemeriksaan lengkap Alona diberi obat penyubur kandungan yang bagus, dan obat penguat serta vitamin. Ada yang di minum, ada yang di injeksi.
"Ona, kamu percaya Mujizat Tuhan pasti terjadi padamu dan suamimu."
"Amin." Dibalas oleh Alona dan Vier.
"Selama masa subur, lakukan hubungan suami dan istri. Jika kamu sudah terlambat segera lakukan pengetesan dan kamu minum obat penguat."
"Terima kasih shu." Dokter Shu langsung memeluk rekan sekerjanya teman semasa ambil spesialis. Semua hal ditanyakan Vier dan Alona termasuk rencana liburan mereka ke negara opanya Vier di Jerman. Ketika ada rambu - rambu mereka membuat janji selesai satu minggu lebiih tiga hari di Jerman mereka akan kembali ke China.
Hari masih siang, Alona dan Vier masih berjalan - jalan mengitari kota beijing. Mereka mampir di cafe tempat pertama kali mereka bertemu. Karena di cafe ini, Alona bekerja untuk menamba uang jajannya. Mereka sudah memesan kopi dan kue. Pemilik Cafe masih mengenal Alona malah memberikan Alona cake keju kesukaannya.
"Ade, kamu tahu ngak. Pertama kali mas jatuh cinta sama kamu tuh disini." Muka Alona memerah.
"Gombal. Muka mas jutek amat." Vier tertawa. "Benar loh sayang, pulang ke markas mas memuji kamu di Jefry."
"Gombal terus, ketemu di rumah sakit saja mukanya satu kaku gitu."
"Tetapi benar loh sayang. Cincin tunangan yang mas belikan buat kamu itu di Beijing. Mas berdoa bahwa cincin ini buat kamu. Mas sebut nama kamu dalam doa."
"Berarti ketemu di Bali sudah membawa cincin itu?"
"Ya, ada ditas yang mas bawa - bawa."
"Masih memiliki perasaan waktu itu?"
"Mas marah sekali, hati mas sakit, waktu lihat kamu memakai baju seksi. Rasa - rasa mau mas kurung kamu."
"Untung mas tidak lakukan kalau tidak adek kabur dari mas. Tetapi mas cuek sekali." Vier tersenyum dan mencium bibir istrinya.
"Kamu punya perasaan cinta kepada mas tumbuh dan berkembang kapan?"
"Kapan ya? Waktu melihat kamu mengajar di sekolah, disitu mas tersenyum. Terus hilang lagi pas adek di marahin sama mas di kebun sawit."
"Dan perasaan itu kembali tumbuh dan membesar, waktu junior mas membongkar benteng pertahananmu." Alona langsung memukul lengan suaminya.
"Dasar mesum." Vier tertawa terbahak - bahak melihat istrinya dengan raut wajah yang sudah memerah karena malu.