NovelToon NovelToon
KAMAR TERLARANG

KAMAR TERLARANG

Status: tamat
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Iblis / Tamat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

Aryan, pemuda berusia 25 tahun, baru saja mendapatkan pekerjaan impiannya sebagai salah satu staf di sebuah hotel mewah, tempat yang seharusnya penuh dengan kemewahan dan pelayanan prima. Namun, di balik fasad megah hotel tanpa nama ini, tersembunyi sebuah rahasia kelam.
​Sejak hari pertamanya, Aryan mulai merasakan keanehan. Tatapan dingin dari staf senior, bisikan aneh di koridor sepi, dan yang paling mencolok: Kamar Terlarang. Semua staf diperingatkan untuk tidak pernah mendekati, apalagi memasuki kamar misterius itu.
​Rasa penasaran Aryan semakin membesar ketika ia mulai melihat sekilas sosok hantu lokal yang dikenal, Kuntilanak bergaun merah, sering muncul di sekitar sayap kamar terlarang. Sosok itu bukan hanya menampakkan diri, tetapi juga mencoba berkomunikasi, seolah meminta pertolongan atau memberikan peringatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JIWA YANG MERASUKI RIMA ​

​Begitu jasad Anggun yang menjadi kerangka terungkap dari balik dinding Kamar 5, dan setelah Rima kehilangan kesadarannya, arwah Anggun yang telah menemukan tubuhnya secara total mengambil alih jiwa dan raga Rima.

​Rima kini berdiri tegak, namun bukan lagi dirinya. Dari mulutnya, yang masih sedikit berdarah karena lakban yang dilepas kasar, terdengar tawa yang melengking, penuh dendam, dan histeria yang tertahan selama 25 tahun.

​Wajah Rima terlihat mengerikan; matanya memancarkan amarah dan kebencian, kulitnya pucat keabu-abuan, dan urat-urat di lehernya menonjol. Anggun, melalui Rima, telah mendapatkan kembali kekuatannya, dan kini ia siap menuntut keadilan berdarah.

​"Kalian tidak akan lolos!" Suara Anggun yang serak, namun kuat, keluar dari tenggorokan Rima.

​Anggun (Rima) berbalik dengan kecepatan kilat. Ia mengambil balok kayu panjang yang tadi dipegang Aryan, dan tanpa ragu, ia berlari kencang keluar dari Kamar 5, menuju tangga darurat, mencari target pertamanya: pelaku pembunuhan dan kaki tangannya.

​Kematian Sang Pengawal

​Di tangga darurat bawah, petugas keamanan yang tadi dilumpuhkan Aryan sedang berusaha berdiri, menahan rasa sakit di lututnya, mencari jejak mereka.

​Tiba-tiba, ia melihat sesosok tubuh berlari turun dengan kecepatan abnormal.

​Anggun (Rima) langsung menuju petugas keamanan itu. Petugas itu, yang mengenali wajah Rima, terkejut. Namun, ia juga merasa ada yang aneh.

​Awalnya, Anggun (Rima) hanya mengganggu petugas itu secara gaib, menggerakkan pintu tangga dan mengeluarkan suara-suara menyeramkan di udara, membuat petugas itu bingung dan panik.

​Petugas itu mencoba mengeluarkan pistol kejutnya, namun tubuhnya terasa kaku. Ia terpeleset di anak tangga, jatuh terjerembap hingga di dasar tangga.

​Saat petugas itu mendongak, ia melihat wajah Rima yang menyeramkan, dengan mata putih, dan tawa histeris yang menusuk telinga. Anggun (Rima) berdiri di atasnya, membawa balok kayu panjang.

​Petugas itu menjerit ketakutan, menyadari bahwa ia tidak berhadapan dengan manusia.

​BUAK!

​Anggun (Rima) mengayunkan balok kayu itu dengan kekuatan yang luar biasa. Pukulan itu mendarat telak di kepala petugas keamanan. Balok kayu itu menghantam dengan kekuatan yang mematikan, seketika membuat wajah petugas keamanan itu hancur tak berbentuk. Petugas itu tewas di tempat, di dasar tangga darurat, darahnya membanjiri lantai beton.

​Anggun (Rima) tidak berhenti. Ia mengambil pisau lipat milik Bu Indah yang tadi tergeletak di tangga, lalu melanjutkan misinya.

​Pembalasan untuk Lia

​Anggun (Rima) tahu betul ke mana Nyonya Lia melarikan diri. Lia adalah kaki tangan Indah, yang tahu rahasia itu, yang bersekongkol menutupi kejahatan, dan yang memberinya sajen selama bertahun-tahun, mengikatnya di Kamar 5.

​Nyonya Lia, setelah gagal menangkap mereka di tangga, memilih untuk lari ke atas, menuju Lantai 10, berharap bisa mencari pertolongan atau melarikan diri ke atap.

​Saat Lia mencapai Lantai 10, ia bersembunyi di balik tiang. Tiba-tiba, ia melihat Anggun (Rima) muncul di ambang pintu tangga.

​Wajah Anggun (Rima) begitu mengerikan hingga Lia langsung jatuh berlutut.

​"Anggun! Maafkan aku! Aku mohon!" teriak Lia, memohon ampunan. Ia tahu betul siapa yang sedang ia hadapi.

​Anggun (Rima) berjalan pelan, menyusuri lorong yang gelap, sambil mengeluarkan kata-kata ancaman dan dendam yang menyeramkan.

​"Kau bersekongkol! Kau mengikatku dengan sajen! Kau biarkan dia membusuk di sana!"

​Lia mencoba bangkit dan lari menuju jendela. Anggun (Rima) bergerak lebih cepat. Ia berhasil menangkap Lia.

​SRETT! DUK! SRETT!

​Anggun (Rima), tanpa belas kasihan, menusuk Lia berkali-kali menggunakan pisau lipat itu. Lia menjerit kesakitan saat pisau itu menembus perut dan dadanya.

​Anggun (Rima) mencengkeram Lia yang sekarat, lalu melakukan tindakan yang paling brutal: ia merobek dada Lia dengan kekuatan supranatural, mengambil jantung Lia yang masih berdenyut, dan melemparkannya ke luar jendela Lantai 10.

​Setelah itu, Anggun (Rima) mendorong tubuh Lia ke jendela. Lia, yang sudah tak berdaya, terjun bebas dari Lantai 10. Terdengar suara BRAK! keras di tanah. Tubuh Lia hancur di lahan parkir hotel, menandai keadilan brutal Anggun yang kedua.

​Pengadilan untuk Bu Indah

​Di saat yang sama, Bu Indah berada di kantornya, mencoba membersihkan jejak digital. Tiba-tiba, lampu di kantornya mati total, lalu hidup lagi dengan kedipan cepat.

​Bu Indah waspada. Ia memegang pisau lipat kedua yang ia simpan. Ia melihat bayangan Rima di kaca jendela.

​Dari belakangnya, terdengar suara SREKKK! yang tajam dan mematikan.

​Anggun (Rima) berhasil menyusup dari pintu belakang. Bu Indah terkejut dan menjerit.

​"Anggun! Aku mohon! Maafkan aku!" teriak Bu Indah, menangis ketakutan.

​Anggun (Rima) mendekat. "Kau yang membunuhku! Kau yang menguburku! Kau yang mengambil suamiku!"

​Tanpa ampun, Anggun (Rima) melancarkan pembalasan yang paling mengerikan. Ia menyayat wajah Bu Indah, merobek kulit dan dagingnya, sebagai balasan atas mutilasi yang Indah lakukan pada korban Anggun. Ia kemudian memotong-motong tubuh Bu Indah dengan brutal, mencincang tubuh itu hingga tak dikenali, sebagai balasan atas nasib tubuhnya yang disemen di balik tembok.

​Bu Indah tewas dalam genangan darah, di kantornya sendiri, dihukum oleh jiwa yang ia bunuh.

​Kedamaian Anggun

​Di Kamar 5, Lantai Tujuh, Aryan dan Dina yang baru sadar dari pukulan, bergegas keluar. Mereka mendengar teriakan dan suara benturan dari lantai bawah. Mereka tahu Anggun telah memulai pembalasan.

​Mereka menuruni tangga dan melihat darah serta jasad petugas keamanan yang mengenaskan. Mereka melanjutkan ke lantai dasar, lalu ke Lantai 10, melihat pemandangan mengerikan di bawah.

​Mereka kembali ke Lantai Tujuh. Mereka menemukan Anggun (Rima) berdiri di Kamar 5, di samping kerangka yang sudah terungkap.

​"Anggun! Hentikan! Kasihan Rima!" teriak Aryan.

​Anggun (Rima) menoleh ke belakang. Tatapan matanya masih kuat, namun kini ada sedikit kedamaian yang terselip di sana. Tubuhnya berhenti bergerak.

​"Aku minta tolong sama kamu, Aryan," ujar Anggun (Rima), suaranya kini melunak, kembali menjadi suara Anggun yang sedih.

​"Aku sudah membalaskan dendamku. Aku sudah tenang. Sebelum aku pergi, aku berterima kasih sudah membebaskan aku dari sini."

​Anggun (Rima) menunjuk ke kerangkanya.

​"Tolong. Tulang-tulangku dikubur dengan layak, di dekat kuburan Bapakku di kampung halaman. Tolong bilang juga Ibuku jangan bersedih. Aku sudah tenang. Terima kasih, kalian semua."

​Kalimat itu selesai. Seketika, tubuh Rima menjadi kaku. Aura gelap yang menguasainya menghilang. Rima terhuyung dan jatuh pingsan ke lantai, kembali menjadi dirinya sendiri, tanpa ingatan akan kengerian yang baru saja ia lakukan.

​Di samping tubuh Rima, perlahan muncul siluet seorang wanita cantik, bersih, mengenakan gaun merah yang elegan. Wajahnya berseri, damai, dan penuh senyum yang tulus. Bukan lagi hantu menyeramkan yang mereka temui, melainkan Anggun yang sudah menemukan kedamaian.

​Ia menatap Aryan dan Dina dengan ramah, mengangguk kecil sebagai ucapan terima kasih terakhir.

​Tiba-tiba, sosok itu menghilang. Lantai Tujuh kembali sunyi. Hanya menyisakan mayat di luar, dan tiga karyawan yang selamat, bersama kerangka Anggun di Kamar 5.

PENGHANTARAN TERAKHIR

​Setelah Anggun menghilang dan Rima pingsan, Aryan dan Dina tahu bahwa mereka tidak bisa lagi tinggal di hotel itu. Misi mereka kini adalah memenuhi permintaan terakhir Anggun dan menghadapi konsekuensi dari kekerasan yang terjadi.

​Aryan segera menggendong Rima yang tidak sadarkan diri. Dina mengambil karung lapuk yang berisi tulang-tulang Anggun dari Kamar 5. Mereka harus membawa pulang bukti terakhir dan jasad Anggun.

​Mereka keluar dari Kamar 5 yang kini terasa sunyi dan damai, berbeda dengan kengerian sebelumnya. Saat Aryan melangkah ke lorong, ia menoleh sebentar ke belakang.

​Di ambang pintu Kamar 5, dalam pandangan sekilas, ia melihat sosok wanita cantik bergaun merah yang sama—Anggun, dengan wajah manusiawi yang berseri. Wanita itu tersenyum lembut, senyum yang penuh rasa terima kasih yang tulus.

​Aryan mengangguk kecil, membalas senyum itu, mengakui bahwa tugas mereka telah selesai. Detik berikutnya, sosok Anggun menghilang sepenuhnya, meninggalkan kekosongan dan kedamaian.

​Aryan dan Dina membawa Rima dan tulang-tulang Anggun menuruni tangga darurat. Di dasar tangga, mereka menemukan petugas keamanan yang tewas mengenaskan, darahnya sudah mengering. Pemandangan itu, meskipun mengerikan, tidak lagi menimbulkan ketakutan bagi mereka, melainkan kepastian bahwa kejahatan telah dihukum.

​Mereka berhasil keluar dari pintu servis.

​Kekacauan di Hotel

​Begitu mereka keluar dan menuju mobil Bima, mereka disambut oleh pemandangan yang sepenuhnya berbeda dari keheningan hotel yang ditutup.

​Lobi dan area parkir hotel kini dipenuhi oleh sirene, mobil polisi, mobil ambulans, dan lampu kilat dari kamera wartawan. Pihak berwajib sudah tiba, dipanggil oleh petugas keamanan yang mungkin sempat melihat mayat Lia dan Bu Indah yang tergeletak di bawah. Polisi sudah menyegel seluruh area hotel.

​Mayat Nyonya Lia dan Bu Indah telah ditemukan. Kekacauan itu adalah bukti nyata bahwa dendam Anggun telah terbayarkan.

​Di tengah keramaian itu, Bima berlari menghampiri mereka. Wajahnya pucat dan tegang, namun dipenuhi rasa lega yang luar biasa saat melihat mereka selamat.

​"Ya Tuhan! Kalian baik-baik saja!" seru Bima, matanya berkaca-kaca. Ia segera membantu Aryan menggendong Rima dan melihat karung di tangan Dina.

​"Ada apa ini? Aku dengar teriakan, aku lihat mobil polisi. Aku takut kalian kenapa-kenapa," kata Bima, suaranya bergetar.

​Dina menatap Bima. "Bu Indah dan Nyonya Lia... mereka sudah tiada, Bim. Anggun sudah membalas dendamnya. Tapi kita harus pergi sekarang. Kita harus menguburkan ini."

​Bima, meskipun bingung dan ketakutan, tidak lagi membantah. Ia melihat luka-luka di wajah Aryan dan Dina, melihat Rima yang pingsan, dan melihat karung di tangan Dina. Ia tahu, cerita ini sudah selesai. Ia segera membawa mereka pergi dari lokasi itu.

​Upacara Pemakaman

​Dua hari kemudian, setelah Aryan dan Dina memberikan keterangan yang hati-hati kepada polisi—yang menganggap kematian Bu Indah dan Nyonya Lia sebagai perkelahian brutal internal yang terjadi di tengah penyelidikan polisi—mereka berada di desa terpencil Bogor.

​Pagi itu, di sebuah pemakaman desa yang tenang, di bawah pohon rindang, upacara pemakaman Anggun berlangsung.

​Tubuh Anggun, yang kini hanya berupa tulang-belulang, akhirnya dimakamkan secara layak, bersebelahan dengan pusara almarhum ayahnya, sesuai permintaan terakhirnya.

​Hanya ada beberapa warga desa dan Ibu Anggun yang hadir.

​Ibu Anggun berdiri di samping makam, matanya sembap. Ia tidak berteriak atau menangis histeris. Ia hanya menangis dalam diam, air mata mengalir di pipinya, tanpa suara. Ia akhirnya menerima kenyataan bahwa putrinya tidak melupakan atau meninggalkan dirinya, melainkan telah tewas secara tragis 25 tahun yang lalu.

​Setelah upacara selesai, Ibu Anggun mendekati Aryan, Dina, dan Rima (yang sudah pulih).

​"Nak..." bisik Ibu Anggun, suaranya lembut. "Saya sangat berterima kasih. Kalian telah memenuhi permintaan putri saya. Kalian sudah menguburkan dia di samping ayahnya. Anggun... dia sudah tenang. Saya tahu."

​Aryan menghampiri Ibu Anggun. "Kami hanya melakukan yang seharusnya, Bu. Anggun adalah korban. Kami senang dia sudah menemukan kedamaian."

​Aryan memeluk Ibu Anggun, berusaha menenangkan kesedihan yang tak terkatakan itu. Dina dan Rima juga ikut mendekat, dan mereka berpelukan, berbagi kesedihan dan kelegaan.

​Kisah Kamar Terlarang telah usai. Anggun telah dibebaskan, kebenaran telah terungkap, dan dendam telah terbalaskan. Mereka bertiga selamat, dan kini harus menjalani hidup baru, membawa serta rahasia kelam dari Lantai Tujuh.

///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

CINTA, DENDAM, DAN KEDAMAIAN

​Malam terakhir di The Grand Elegance Residency berlalu, meninggalkan jejak darah, kematian, dan kebenaran yang mengerikan. Hotel mewah itu kini disegel oleh garis polisi yang tak terhitung jumlahnya. Tidak ada lagi lampu neon yang hidup dan mati secara misterius di Lantai Tujuh. Suara sirene telah menggantikan bisikan hantu dan tawa sinis Bu Indah.

​The Grand Elegance Residency, yang dibangun di atas pengkhianatan dan kejahatan, akhirnya runtuh. Dengan terungkapnya mayat Anggun di dalam dinding dan tewasnya Bu Indah serta Nyonya Lia, kasus ini menjadi skandal besar. Hotel itu resmi ditutup, menjadi monumen bisu bagi ambisi yang kejam dan cinta segitiga yang tragis.

​Aryan, Rima, dan Dina, meskipun terluka secara fisik dan mental, adalah para penyintas. Mereka membawa serta bukti yang tak terhapuskan: buku harian Anggun dan janji yang telah mereka tunaikan. Setelah memberikan kesaksian yang hati-hati kepada pihak berwajib, yang secara resmi menyimpulkan adanya konflik brutal dan kekerasan yang dipicu oleh rahasia masa lalu, mereka memutuskan untuk meninggalkan Jakarta.

​Mereka telah kehilangan pekerjaan, tetapi mereka telah mendapatkan kebebasan dan kedamaian yang sesungguhnya. Mereka tahu, Anggun kini telah menemukan ketenangan abadi di samping pusara ayahnya, jauh dari semen dingin Kamar 5.

​Mereka bertiga berpisah, membawa cerita ini dalam hati. Cerita tentang seorang wanita yang bukan hilang, melainkan sengaja dibungkam dan disemen di balik tembok Kamar 5. Cerita tentang cinta yang berubah menjadi racun, dan dendam yang menunggu seperempat abad untuk mendapatkan keadilan.

​Meskipun The Grand Elegance Residency mungkin akan direnovasi dan dibuka kembali suatu hari nanti dengan nama lain, mereka tahu bahwa rahasia Lantai Tujuh, kisah Anggun, Beni, dan Indah, akan tetap menjadi legenda gelap.

​Kamar 5 Lantai Tujuh bukan lagi kamar terlarang, melainkan saksi bisu, tempat di mana kengerian dan kebenaran akhirnya mencapai titik akhir.

TAMAT

////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

🔪KAMAR TERLARANG 2: HOTEL PENYEMBUNYI RAHASIA 🏨

​"Hotel telah berganti, tapi dendam tidak pernah check out."

​Lupakan Lantai Tujuh. Lupakan Anggun. KAMAR TERLARANG 2 membawa teror ke sebuah hotel baru, yang menjanjikan kemewahan, namun menyajikan kengerian yang lebih dingin, lebih sadis, dan lebih dalam dari sebelumnya.

​Seorang wanita asing datang untuk menginap selama tujuh hari. Ia mencari kedamaian, namun yang ia temukan adalah mimpi buruk yang terulang setiap malam.

​Tujuh Malam Teror: Setiap detik di kamar hotelnya adalah penyiksaan. Ia diteror oleh hantu baru yang jauh lebih kejam dan haus darah, entitas yang memiliki agenda yang sama sekali berbeda.

​Misteri Beni yang Belum Usai: Siapa Beni sebenarnya? Apa perannya dalam jaringan kejahatan? Teka-teki terbesar dari kisah sebelumnya kini dibawa ke lokasi baru, mengancam untuk membongkar kebenaman yang lebih gelap.

​Kesadisan yang Tak Terbayangkan: Kali ini, kengeriannya tidak hanya supranatural, tetapi juga brutal. Bersiaplah untuk alur cerita yang berbeda, pemeran yang berbeda, dan tingkat kesadisan yang lebih tinggi!

​Akan ada teka-teki baru, misteri baru, dan pemburu baru. Bisakah ia bertahan selama tujuh hari penuh dan mengungkap rahasia yang bahkan lebih kelam?

​🔜 COMING SOON 👻

1
Nur Bahagia
harus nya lapor ke polisi.. bukan malah mendatangi nyonya lia dan indah
Nur Bahagia
Bima mencurigakan.. jangan2 dia tau tentang rahasia hotel itu🤔
Nur Bahagia
dan mencari masalah 😏
Nur Bahagia
jangan kepoo.. Nanti celaka kamu
Nur Bahagia
proses recruitment rahasia.. mencurigakan
Nur Bahagia
kenapa nunggu nya harus di trotoar.. ga manusiawi bangat 🤨
Nur Bahagia
padahal malah lebih nikmat lho kalo makan langsung dari bungkus nya 🤭
Nur Bahagia
aplikasi apaan kak Thor? 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!