Dijebak oleh sahabat dan atasannya sendiri, Adelia harus rela kehilangan mahkotanya dan terpaksa menerima dinikahi oleh seorang pria pengganti saat ia hamil. Hidup yang ia pikir akan suram dengan masa depan kacau, nyatanya berubah. Sepakat untuk membalas pengkhianatan yang dia terima. Ternyata sang suami adalah ….
===========
“Menikah denganku, kuberikan dunia dan bungkam orang yang sudah merendahkan kita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 - Rencana Abimanyu (2)
Bab 25
“Ngancam gue, bisa apa lo?”
Abi terkekeh dan menggeleng pelan, tangannya membalas pesan Adel kalau dia baru akan pulang.
“Gue tanya, lo bisa apa dengan ngancam gue? Cuma OB aja sok banget. Muka lo emang enak dilihat, tapi dompet lo busuk. Emang cocok lo sama Adel, sama-sama sampah.”
Malas menanggapi, gegas Abi menyimpan ponsel dan meninggalkan Mona yang masih mengoceh bahkan berteriak memanggil namanya. Terlalu lama berinteraksi dengan wanita ular itu, rasanya ingin adu jotos dan itu tidak boleh. Kecuali dengan laki-laki. Mona dan Murni ada kesamaan, sama-sama penjil4t dan murahan.
Tubuh dan pikiran Abi cukup lelah berniat segera tidur tiba di rumah. Tidak menduga kalau dia ditunggu oleh Adel.
“Kamu sengaja nunggu aku?” tanya Abi saat motor sudah terparkir dan ia turun sambil melepas helm.
“Iya. Papa bilang jangan tidur kalau suami belum pulang,” sahut Adel membawa gembok dan kunci pagar. Abi mengambil alih dengan menutup dan mengunci pintu pagar.
“Lain kali tunggu aja di dalam atau di kamar,” cetus Abi.
Ternyata menikah memang menyenangkan. Biasanya sampai di kosan harus cari makan malam sebelum membersihkan diri dan istirahat. Kali ini berbeda, melihat wajah kalem Adel membuat Abi nyaman. Makan malam sudah siap termasuk pakaian ganti setelah mandi.
“Udah kayak sultan aja,” gumam Abi saat memakai kaos dan sarung baru. Menoleh pada Adel yang datang membawa botol air minum lalu mengunci pintu. Abi membawa ransel berisi pakaian ganti yang dia ambil dari kosan tadi pagi.
Adel menggantung seragam kerja Abi lalu membuka lemari menunjukan area kosong untuk pakaian Abi.
“Pernikahan Pak Zahir beberapa hari lagi, kamu mau datang?”
“Nggak mas. Nanti dia bully lagi kayak di kantor.”
“Bagus. Jangan datang,” titah Abi. “Kamu yakin masih may berteman dengan Mona, kayaknya hubungan kalian itu aneh.”
Adel duduk di tepi ranjang memperhatikan Abi merapikan pakaiannya. Mendadak ada rasa kesal mendengar nama Mona.
“Entah Mas, sekarang Mona itu berubah. Makin ke sini makin nyebelin, jangan sampai mirip ke anak-anakku nanti.”
Menutup pintu lemari, Abi melihat Adel mengusap perutnya lalu tersenyum mendengar kata anak-anakku nanti. Sepertinya Adel menginginkan punya banyak anak. Ada perasaan bangga kalau saja bisa merealisasikan keinginan Adel. mendadak ada rasa menggelitik. Mungkinkah rasa cinta, entahlah Abi masih belum yakin.
“Memang kelihatan ya kalau pertemanan kami udah beda. Aneh menurut Mas Abi tuh kayak apa?”
Abi ikut duduk di samping Adel meski ada jarak.
“Ya … kamu kelihatan tulus, tapi dia nggak. Ada yang harus kamu tahu tentang Mona, tapi setelah ini jangan membahas dengannya apalagi berubah sikap secara drastis. Kalau ingin membalas orang-orang yang sudah menyakiti kamu, harus pakai ini bukan emosi.” Abi menyentuh pelipisnya.
“Maksudnya membalas gimana, memang Mona kenapa Mas?” Adel semakin penasaran, teringat dengan ucapan suaminya tadi siang. Ingin membahas masalah Mona, tapi tidak di kantor.
“Maaf kalau aku harus mengulik lagi urusan kamu dengan Zahir, sepertinya malam itu kamu dijebak dengan Zahir.”
Adel mengangguk setuju. Posisinya ia mabuk, tapi Zahir terlihat bugar untuk orang yang baru saja mabuk.
“Zahir tidak melakukannya sendiri, dia butuh orang lain untuk membuat kamu mabuk dan masuk perangkapnya. Orang itu … Mona.”
“Hah, serius mas?”
Abi mengangguk mantap. Dia sudah melihat rekaman cctv, membawa Adel yang mabuk ke kamar hotel bersama Zahir. Pun saat meninggalkan tempat karaoke, Zahir menunggu di mobil saat Mona menyeret paksa Adel yang menolak untuk masuk mobil.
“Aku ada buktinya, tapi biar disimpan dulu. Ada waktunya nanti kamu jadikan itu untuk menjatuhkan Mona atau tutup rapat-rapat selamanya.”
“Kok dia tega ya, padahal kami kenal sudah lama. Malah aku yang ajak dia waktu melamar kerja.”
“Sekarang dia ketua tim. Bisa jadi dia dapatkan itu karena sudah membantu Zahir mendapatkan kamu dan dia sering ke menemui Zahir untuk ….”
“Dia naik jabatan dengan mengorbankan aku?” tanya Adel dengan nada tidak biasa menyela ucapan Abi.
“Kamu tenang, jangan berteriak,” sahut Abi lirih berusaha menenangkan istrinya, khawatir ayah mertua mendengar dan mengira mereka sedang bertengkar. “Itu baru spekulasi aku, tapi sepertinya benar. Mona sering dipanggil dan menemui Zahir di ruangannya, mereka melakukan hal senonoh di sana. Neli juga tahu.”
“Mas Abi serius?”
“Iya, aku pernah lihat rekaman cctv. Untungnya ada temanku di tim IT,” tutur Abi agar Adel tidak merasa aneh seorang OB bisa mengakses rekaman cctv perusahaan. “Bolak balik ke ruangan Zahir, mana lama dan pas keluar penampilannya berantakan.”
Raut wajah Adel perlahan berubah kesal, ada emosi di sana. Abi mengusap punggung Adel.
“Jangan dipikirkan, semua sudah lewat. Yang penting kedepannya kamu jangan lagi percaya Mona dan jangan pernah bahas kalau kamu sudah tahu buruknya dia.”
“Jadi, aku harus pasrah dan terima saja kalau Mona dalang dari semua ini. Dia juga tahu kalau aku sedang hamil.”
“Dan dia juga tau kalau kamu menikah denganku.”
“Hah, tahu dari mana?” tanya Adel heran.
“Zahir, mungkin.”
“Lalu aku ….”
“Sabar,” ucap Abi kali ini menepuk bahu Adel. “Percaya aku dan kita akan balas apa yang sudah mereka lakukan. Bagaimana caranya, itu menjadi urusanku. Yang penting kamu sabar. Fokus saja dengan kesehatan dan kehamilan kamu. Kalaupun nanti Mona menyebarkan kenyataan kita sudah menikah dan kehamilan kamu, biarkan saja.”
“Kapan Mona dapatkan balasannya, dia terlihat semakin nyaman dan sombong. Sedangkan aku ….”
“Hanya sementara, aku janji tidak akan lama dia dengan kesombongannya. Sudah malam, sebaiknya kamu istirahat.” Abi bergeser dan menepuk bantal untuk Adel berbaring.
Mendapati Adel bukan berbaring malam menatapnya, Abi mengernyitkan dahi.
“Kenapa?”
“Mas Abi, maaf aku belum bisa … maksudnya pernikahan kita, hubungan kita.”
“Aku paham dan aku tidak se-egois itu. Kita bisa jalani hubungan ini pelan-pelan dan jangan jadikan beban atau kamu memang keberatan dengan ….”
“Tidak mas, aku tidak keberatan.” Adel gegas menggeleng dan menyela ucapan Abi. “Maaf, Mas Abi tidak mendapatkan istri yang sempurna.”
“Siapa bilang? Di mataku kamu sempurna, sangat sempurna,” sahut Abi.
Dan aku akan sempurnakan lagi hidupmu dengan membalas Zahir dan Mona, batin Abi.
anak yang terlahir dan dididik dari seorang pelakor mank beda yaaaa...
ngeri bener...gak takut dosa ke orang tua...
ya mau gimana lagi,sepak terjang emaknya aja dia tau,jadi ya hilang rasa hormat anak ke ibunya...
ayooook cari cara lain lagi ...
yang lebih dahsyat rencana nya...
yang bisa sekali tepuk kamu dan moda langsung ikutan modar
ada aja ya pemikiran mu Del 😆😆😆