"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memeriksa sean
Drrrt ddrrtt getar ponsel jovanka yang terletak di meja memecah kesunyian di ruangan rawat itu, matanya langsung beralih menelisik nama pemanggil yang tertera disana, " Ira ku" , jovanka menghentikan makannya, tangannya bergerak cepat meraih ponselnya dan membulir tombol berwarna hijau untuk menerima telponnya
" Halo"sahut nya masih sambil mengunyah pelan
" Kau mencariku tadi?" Balas suara wanita di seberang sana tanpa basa basi.
" Iya, tapi katanya kau meeting dengan kak Frans" sahut Jovanka lagi
" Kenapa tidak bilang saat kesini" kesal ira
" Ingin surprise, tapi gagal"ucap jovanka tergelak menjawab pertanyaan Ira membuat Mata Sean teralih menatap jovanka dengan lekat, memperhatikan caranya bicara dan saat tertawa, dia benar benar sangat cantik,bahkan kak Hana yang terkenal sangat cantik saja kalah dengan dia, saat seperti ini tidak terlihat sama sekali dia memiliki gangguan mental batinnya sambil terus memperhatikan wajah jovanka, terlihat jelas dia benar benar terpesona pada wanita di hadapannya ini.
" Sekarang kau dimana?" Tanya Ira
" Di ruangan pasien ku kemarin, sedang makan" sahut Jovanka sambil menyuap makanannya kembali
"Makan? Kau menumpang makan atau mentraktir pasien mu makan? " tanya Ira sanksi.
" mentraktir keluarga pasien makan!" sahut Jovanka melirik Sean yang menatapnya lekat.
"keluarga pasien? Aku kesana" sahut Ira terdengar heran.
" Tidak perlu, aku sudah selesai, aku saja keruangan mu"sergah jovanka sambil menutup box makannya tanda ia sudah selesai dengan makanannya
" Baiklah, ku tunggu" sahut Ira kembali
" Hmm" gumam jovanka sambil memutus sambungan telponnya sambil tersenyum , bukan karna telpon Ira, tapi karna menyadari tatapan Sean yang cukup lekat ke arahnya.
" Kenapa? Aku Cantik ya?" Tanya Jovanka membalas tatapan Sean sambil menggoda nya dan tersenyum manis, itu cukup untuk membuat Sean mengalihkan pandangan nya gelagapan salah tingkah
" Bercandaaa," sergah Jovanka tertawa melihat tingkah Sean yang langsung gugup, " begitu saja langsung salah tingkah!" ejeknya lagi walau tak ada jawaban dari Sean.
"Sudah selesai makan?" Tanya nya lagi.
" Sudah " sahut Sean singkat,padat dan kaku
Tangan Jovanka bergerak meraih box bekas makan nya, " mau di apakan?" Tanya Sean spontan membuat Jovanka mengerut kan keningnya mendengar pertanyaan Sean " dibuang lah, mau apa lagi"sahutnya bingung
'Biar aku yang membuangnya" ucap sean sambil merebut box makan di tangan Jovanka yang semakin bingung dan merebut nya kembali, " aku saja, aku juga mau pergi" sahutnya berdiri melangkah menghampiri salsa ,
" cepat sembuh dan semangat" ucapnya tersenyum sambil mengepalkan tangan memberi semangat di sambut anggukan dan senyuman lebar Salsa
"Aku pergi ya" pamit Jo sambil mengusap lembut tangan salsa dan berbalik ingin keluar ruangan, sampai matanya kembali melihat ke arah sean yang memijat pelan dahinya.
"Kenapa om?" tanya nya masih memperhatikan Sean.
"Kenapa apanya?" sahut Sean bingung
"Kau, pusing?" tanya Jovanka kembali mendekat ke Sean.
"Iya, sedikit pusing" sahutnya, namun Tangan Jovanka dengan cepat menyentuh kening Sean," tidak panas" gumamnya, "Mau minum obat ?" Tawarnya.
"Tidak, tidak apa apa, biasa saja seperti ini jika aku telat makan" sahut Sean yang gugup setelah jovanka menyentuh keningnya.
"Biasa?" tanya Jovanka terlihat sanksi.
"Hmm. Tidak apa apa" sahut Sean kaku dan dingin tapi Jovanka malah mendekat menaruh kembali bekas makannya di meja,
"Perut mu sakit tidak?" tanya nya lagi sambil duduk di samping Sean.
"Sedikit Tidak enak" sahut Sean yang langsung gelisah menggeser duduknya ketika jovanka berada terlalu dekat dengannya.
" kau tidak perlu menjauh begitu, aku sedang tak ingin menerkam mu!" tajam Jovanka kembali menggeser duduknya mendekat ke arah lelaki yang setengah mati menahan debaran jantungnya.
"Bersandar" titahnya,
"Apa ?" tanya Sean bingung.
"Bersandar" ucapnya menarik bahu Sean sampai bersandar di sofa lalu Tangannya dengan lembut menekan ulu hati Sean.
"Sakit tidak?" tanya nya.
"Sakit" sahut Sean singkat, lalu Jovanka kembali meraba bagian samping perut nya, "Sakit tidak?" tanya nya lagi.
"Tidak" sahut Sean
"Hanya di sini?" Tanya Jovanka kembali menekan ulu hatinya.
"Hmmm" gumam Sean mencoba terlihat tenang, padahal Jantungnya berdebar kencang karna jovanka berada sangat dekat dengan nya, bahkan Sean bisa mencium aroma parfum beraroma muskrose vanilla di tubuh Jovanka.
"Mual tidak?" tanya nya lagi.
"Sedikit" sahut Sean. Hingga Jovanka melepas tangannya dari perut Sean,lalu kembali mendekat ke arah salsa menekan tombol pemanggil perawat.
Tak berapa lama perawat masuk ke ruangan salsa "Maaf nona, ada yang bisa di bantu" ucapnya di ambang pintu.
"Aku dokter perbantuan, jovanka Marsya spesialis bedah umum, Bisa ku pinjam stetoskop dan alat USG?" tanya nya pada perawat sambil memperlihatkan nametag dokternya.
"Baik kami ambilkan dokter" ucap perawat itu lalu pergi.dan Tak berapa lama perawat datang kembali membawa stetoskop dan alat USG.
"Kau mau apa?" tanya Sean bingung.
"Memeriksa kamulah" sahut jovanka tersenyum. mengejek
"Tidak usah" sahut Sean mencoba menghindar.
"Lepas jas kamu ,Tiduran" titah Jo menunjuk sofa dengan matanya Tanpa memperdulikan penolakan Sean.
"Nona tidak perlu" sahut Sean lagi
"Tiduran!" tegasnya yang membuat Sean tak berkutik melepas jasnya Dan mengambil posisi telentang disofa dan Jovanka duduk di samping nya memasang stetoskop di telinganya dan mengarahkannya ke dada Sean, mencoba Mendengarkannya dengan fokus.
Astagaaa, apa dia akan mendengar jantungku yang berdegup sangat kencang fikir Sean.
Sudut bibir jovanka tertarik samar mendengar debaran jantung pasien dadakannya itu.
"tarik nafas, tenang kan dirimu, aku tak akan membunuh mu,tidak perlu gugup begitu" gumam jovanka melirik Sean dengan senyuman mengejek. .
benarkan dia dengar debaran jantung ku kesal Sean menghela nafasnya berkali kali, hingga merasakan stetoskop beralih ke perutnya .
"Maaf ya" ucap Jo kembali membuka kancing kemeja Sean di bagian perut nya.
"Suster tolong gelnya" titah Jo meminta gel pada alat usgnya lalu menempelkan alatnya pada perut Sean sambil memperhatikan monitor
"Kamu sering telat makan?" tanya Jovanka
"Kadang kadang" sahut Sean gugup memperhatikan wajah Jo yang serius menatap monitor.
"Ini sering, bukan kadang kadang" tegasnya.
"Maag kamu kronis om, lambung nya luka parah" Ucapnya melepas alat di perut Sean, mengambil tissu dan melap sisa gel nya.,
Jantung jovanka langsun berdegup kencang kala tangannya menyusuri bagian otot kotak kotak di perut Sean untuk membersihkan sisa gel USG nya
Jovanka, kau sedang jadi dokter sekarang, bukan wanita jalang yang langsung gatal hanya melihat otot perut lelaki teriaknya dalam hati.
Tangannya dengan cepat mengancing baju Sean, bahaya sekali jika terlalu lama melihatnya teriaknya dalam hati.
"Suster tolong ambilkan suntikan lambungnya" titah Jo memberi nama obatnya, lalu membuang wajahnya ke arah lain, perut Sean yang berotot liat benar benar mencemari otaknya , kokoh sekali perutnya, itu baru perutnya, bagaimana jika dia topless , "Oh Tuhan, otak ku kotor sekali" gumamnya pelan
"Apa?" tanya Sean yang tak mendengar gumaman jovanka
" Tidak, Disini panas" sahut jovanka mengipas wajahnya dengan tangan, hingga Sean melirik satu unit ac sentral yang menyala di ruangan itu,
"Panas apanya, ini dingin sekali" gumamnya, Tak berapa lama suster kembali membawa suntikan
"Ini obat lambung, supaya tidak mual dan pusing, bukan obat suntik mati, jadi tenang saja " ucap Jo meminta ijin menyuntik Sean.
"Hmmm" gumam Sean, dia benar benar tak bisa bicara terlalu banyak, jantungnya sekarang seperti ingin melompat keluar karna Jo berada sangat dekat dengannya.
Jovanka mulai menyuntikkan pelan obat di lengan Sean. "Dua minggu ini jangan minum kopi atau teh dulu. Makan yang teratur. Jangan sampai telat, jangan makan pedas, jangan makan terlalu berminyak dan berlemak" rincinya. "Akan ku resepkan obat, Habiskan obatnya ya, "Nah Sudah selesai " ucap Jo menekan lembut luka bekas suntikan di lengan kekar lelaki yang di kaguminya sejak awal bertemu itu
"Terimakasih" sahut Sean beringsut duduk."Kau memang seperti itu?" tanya Sean hati hati.
"Apanya?" sahut Jovanka menggeser duduk nya sedikit mundur.
"Tiba tiba memeriksa orang seperti itu?" tanya Sean membuat Jovanka terkekeh mendengarnya.
" bukan tiba tiba ,Jika tak ku paksa periksa hari ini, kamu tentu tidak akan memeriksakan dirimu dengan sukarela kan?alasan klasik nya masih sama dengan kak Morgan dan kak Samy, tidak ada waktu" tekan Jovanka
"Masih pusing?" tanya nya memijat pelan kening Sean.
"Sudah lebih baik" sahut Sean yang lumayan terkejut jovanka memijat pelan keningnya. .
"Syukurlah, banyak istrahat, jangan terlalu gila kerja, aku pergi ya" ucapnya berdiri,
"Salsaa aku pulang" teriaknya pada salsa Sambil berlalu sampai salsa memanggil dan menghentikan langkahnya , " dokter " panggilnya membuat jovanka berbalik mengangkat alisnya tanda bertanya
" bolehkah, peluk aku sebentar" ucapnya lirih Pada Jovanka yang tersenyum dan mendekat,memeluk salsa dengan erat,mengusap punggungnya dengan lembut
" akan ku bereskan semuanya, saat kau sembuh dan pulang dari rumah sakit, semua nya akan baik baik saja seperti semula" bisiknya. "be happy Salsabila" sambungnya berbisik
Hal itu cukup membuat Sean terheran-heran melihatnya, dia bisa bersikap dewasa dan setenang itu fikirnya.
Setelah membuang sampah makanannya di bak sampah, tangannya meraih ponselnya membulir dan menempelkannya di telinga sambil berjalan di koridor rumah sakit.
"Halo" sahut suara lelaki di seberang sana, terdengar lembut dan manja.
"Kau tahu macan wijaja grup Sean Malik adinata?"Tanya nya pada seseorang di sebrang sana.
"Tahu kak" jawab di sebrang sana.
"Dia punya adik, namanya Salsabila. Korban Cyber bullyng, fitnah plagiat karya dan foto video tak senonoh. Bersihkan namanya, cari otak dan pelakunya. Selesaikan dalam 2 hari" ucapnya tegas.
"Akan ku selesaikan kak" sahut suara di sebrang sana.
"Kau sudah makan siang?" tanya nya lembut.
"Hmmm" gumam suara di sebrang sana.
"Dengan apa?" tanya Jo.
"Junkfood" sahutnya singkat
"Sudah berpa kali kau makan junkfood Minggu ini?" tanya nya.walau hanya Terdengar kekehan dari sebrang sana sebagai jawaban
"Jangan terkekeh seperti itu!" tajam Jo. "Berhenti makan junkfood,itu akan merusak otot mu" tajamnya.
"Iyaaaa kakak kuuuu sayang" sahut suara di sebrang sana yang cukup membuat Jovanka tersenyum mendengarnya.
"Baiklah jaga dirimu" sahut Jo.
"Kakak juga" balasnya lalu memutuskan telponnya.
yg sabar ya jo... 😍
untung aja dia gk tantrum lagi, bang sean udh ketar ketir itu🤭