Story Of Hedden Love

Di rumah utama.

Setelah acara pernikahan itu Talita di boyong ke rumah utama orang Tua Zain. Talita menurut karena pikirnya setelah tinggal bersama keluarganya Zain akan lebih dekat dan nurut apalagi Ayah Atma sangat mendukung pernikahan ini.

Talita menunggu di kamar dengan baju dinasnya dia sudah mempersiapkan diri untuk malam kemarin yang tertunda dia tak sabar untuk menjadi seorang istri yang sesungguhnya.

Zain masuk ke kamar wajahnya lebih cerah setelah siang tadi sempat mengunjungi Faiza bahkan sudah melepas rindu setelah beberapa hari tak bertemu, malam ini dirinya hanya akan mengambil laptop miliknya yang tertinggal lalu kembali ke rumahnya sendiri untuk menemui Faiza kembali.

Saat masuk mata Zain terperajat karena Talita sudah menyambut dirinya dengan baju yang nyaris tak seutuhnya menutup tubuhnya, bahkan Talita dengan berani bangkit dan mendatanginya.

"Hay, baru pulang, kamu udah makan belum?? Biar aku minta bibi buat siapkan jika belum." Kata Talita lembut dan anggun seperti biasanya.

Zain menggelengkan kepalanya, jujur Talita memiliki tubuh yang sempurna sebagai wanita namun entah melihat Talita hatinya justru miris dan kasian.

"Lain kali saat aku masuk ke kamar tolong pakai bajumu dengan benar." Kata Zain yang membuat Talita terkejut apa maksud ucapan Zain dimana mana suami akan suka jika istrinya menyambut dengan pakaian yang saat ini dia gunakan pikirnya.

"Zain, apa aku kurang cantik???" Talita bertanya karena kesal.

"Cantik." Jawab Zain jujur.

"Lalu ada apa dengan mu??" Talita makin kesal.

"Semua wanita bukannya cantik, lalu apakah aku harus jawab ganteng??" Zain berjalan menuju meja dan mengambil tas beserta laptopnya.

"Apa tubuhku tidak indah???" Talita bahkan menurunkan tali di pundaknya hingga nyaris terbuka separuh bagian atasnya.

"Semua tubuh ciptaan Tuhan indah." Jawab Zain datar dan ini melukai harga diri Talita.

"Apa salahku???" Talita berkaca-kaca suaranya parau harga dirinya benar-benar tercabik di depan laki-laki yang sudah sah jadi suaminya itu.

Zain duduk di ranjang rasanya hatinya mendadak merasa bersalah namun dia tak mau jika harus menyentuh Talita bukan Faiza, Dia tak mau mengkhianati Faiza namun hatinya juga merasa tak enak dengan Talita.

Zain tau maksud Talita berpakaian seperti ini untuk menggoda dirinya namun tubuh Faiza sudah jadi candu bagi dirinya dan pantang bagi dirinya meniduri wanita selain istri pertamanya itu.

Zain membenarkan baju Talita lalu mengambil selimut dan membungkus tubuh Talita dengan selimut itu dan menarik Talita agar duduk di ranjangnya.

"Akan dingin jika pakaianmu seperti ini, AC-nya juga dingin." Kata Zain pelan.

"Dari awal aku sudah bilang kan." Lanjut Zain.

"Aku tidak bisa mencintai seorang wanita lagi." Lanjut Zain.

"Cintaku sudah habis untuk satu orang saja." Lanjut Zain.

"Ini memalukan, aku sempurna, aku cantik, aku kaya tapi aku diabaikan suamiku sendiri." Kata Talita terisak.

"Bahkan aku nyaris telanjang begini kamu sama sekali tak mau menyentuh ku!" Talita kesal sehingga berkata setengah berteriak.

"Maaf aku tak mau menjadi laki-laki yang egois yang hanya mau menikmati tubuhmu tapi tak bisa mencintaimu." Kata Zain pelan dan ini makin membuat Talita kesal lalu memukul paha Zain pelan.

"Kenapa kamu jujur??? Kenapa tidak pura-pura cinta dan menerima saja itu jauh lebih baik di rasanya dari pada seperti ini!!!"

"Apa kamu tak mau mencoba menerima keberadaanku hah???"

Bahkan Talita membuka seluruh selimut dan nyaris membuka bajunya namun Zain mencegahnya, Zain tak ingin menikmati tubuh Talita meski itu hanya sebuah pandangan, Zain tak mau jika nanti mereka bercerai Talita akan semakin malu saat mengingatnya.

"Jujur lebih baik dari pada terus berbohong dengan perasaan, mungkin akan sakit pada awalnya tapi lebih baik dari pada aku menikmati tubuhmu tapi hatiku sama sekali tak mencintai dirimu."

"Tubuhmu terlalu sayang jika harus dinikmati laki-laki yang tak mencintaimu meski aku suami namun dari awal aku sudah jelaskan jika aku tak bisa, jadi ku mohon jangan seperti ini lagi."

Kata-kata zain benar-benar membuat hatinya sedih, Talita menutup wajahnya sembari menangis, dia belum cinta saja sakitnya begini, hatinya terhina sekali rasanya, Talita rasanya ingin cerai namun memalukan jika menjanda hanya dalam waktu beberapa hari saja, belum lagi kariernya akan hancur di dunia publik dan relasinya.

"Dari awal aku minta kamu mundurkan. " Zain berkata sembari bangkit untuk pergi.

"Kenapa kamu tidak mudur lebih dulu??? Kenapa harus aku!!!" Kata Talita marah.

"Aku sudah bilang tak mau tapi aku di paksa bahkan aku di kurung jika tak mau, aku sudah coba bilang padamu untuk mundur agar perjodohan ini berhenti tapi kamu tetap maju akhirnya ini yang terjadi." Kata Zain tenang.

Talita semakin merasa bodoh dan kesal pada Zain bagaimana bisa ada laki-laki semacam Zain yang begitu bodoh dan tak melihat bagaimana dirinya.

"Begini saja, kita jalani semua ini tanpa menganggu pekerjaan kita, aku akan menganggap kamu istriku juga tapi maaf hanya dalam kertas tentang cintaku maaf aku tak bisa berikan. Jika kamu sudah lelah dan menemukan laki-laki yang kamu cintai, kamu bisa bilang padaku dan kita usaikan saja pernikahan ini." Kata Zain lalu benar-benar pergi meninggalkan Talita yang masih marah di kamarnya.

Di luar Zain di tunggu Sang Ayah dengan marahnya bahkan menatap dirinya dengan mata merah.

Plakkkk

Plakkkk

"Siapa yang mengajarimu menjadi orang yang kurang ajar terhadap wanita!!!!"

Yah barusan saat Zain turun Talita menelfon Ayah Atma sembari menangis dan menceritakan bagaimana Zain padanya.

Zain memegang bibirnya yang berdarah, sakit rasanya namun dirinya masih bisa tersenyum miring pada ayahnya.

"Ayah tanya siapa yang mengajari???"

"Ayah perlu kaca besar di depan matamu, agar bisa melihat wajahmu sendiri???

Zain pergi melangkahkan kakinya sementara Ayah Atma terdiam di tempatnya karena tangannya di pegang oleh istrinya.

"Cukup Mas, sudah cukup kau tekan dia terus, biarkan dia tenang jangan sakiti keturunan kamu satu-satunya." Kata Bunda Zain ikut sedih melihat putranya yang semakin jauh dari pelukan dirinya.

Sementara Zain melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, karena kesal terhadap ayahnya dia pikir setelah menikah terpaksa dengan wanita pilihan Ayahnya semua akan selesai dan Ayahnya tak akan lagi menekan dirinya namun hari ini Ayahnya masih saja berlaku arogan bahkan melayangkan tangannya pada dirinya dengan kasar dan keras.

Zain kecewa dengan ayahnya makin bertambah tiap harinya bahkan kecewa pada bundanya yang masih saja setia dan cinta mati pada laki-laki yang keras dan arogan seperti Ayahnya.

...****************...

Kak hari senin kasih Vote dong, jangan lupa ya jejak baiknya 🙏🥰🥰🥰