Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Lidahnya
Sore harinya Vexana bersiap untuk ke rumah sakit. Kali ini ia benar-benar berpakaian rapi, tanpa gimmick lingerie atau gaun ketat yang menggoda. Hanya blouse putih elegan dan rok selutut yang manis. Tapi tentu saja, parfum vanilanya tetap tak bisa absen. Itu semacam senjata rahasia.
Arga menyetir sendiri sementara Vexana duduk di samping dengan kaca mata hitam oversized dan riasan natural.
"Kenapa kamu dandan seperti mau photoshoot?" tanya Arga datar.
"Aku ingin terlihat sehat, Mas. Jika aku tampak terlalu lemah, nanti dokternya malah meminta ku rawat inap."
Diam-diam Arga tersenyum kecil, hanya bisa geleng-geleng dalam diam.
Begitu tiba di rumah sakit kejutan pun datang, Donna sudah menunggu di lobi klinik, ia segera menghampiri.
"Mas," sapa Donna, juga langsung memeluk suaminya singkat dan Arga membelai punggungnya dengan lembut.
Arga tahu bahwa Donna telah menunggu, sebab semalam mereka sudah sepakat tentang hal ini. Donna juga sangat ingin tahu bagaimana keadaan Anne sekarang.
Donna tak ingin Anne bertindak terlalu jauh, pura-pura gegar otak hanya untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Di dalam hati Donna mulai berbisik, mungkin Anne akan berniat merebut suaminya.
"Anne, aku ingin tahu langsung hasilnya. Bagaimana pun aku adalah bagian dari rencana ini," ucap Donna pada sang madu.
Vexana tersenyum sinis di dalam hati. Rencana? Seolah dirinya adalah proyek keluarga.
"Ayo langsung naik," balas Arga sambil menoleh ke arah Anne, dia tak ingin ada perdebatan di sini.
"Tapi aku takut, Mas. Nanti dampingi aku ya," balas Vexana memelas.
Mendengar ucapan manja itu Donna rasanya ingin sekali menarik rambut Anne. Di matanya kini sikap Anne nampak jelas dibuat-buat. Bahkan Anne memanggil Arga dengan sebutan Mas.
Donna sangat ingin marah, tapi tak bisa dia lakukan mengingat keberadaan mereka masih di tempat umum. Jadi yang ada hanya dia tahan di dalam hati.
Sementara Vexana tak peduli dengan raut wajah Donna yang terlihat marah, Vexana justru sengaja mepet-mepet pada Arga. sesekali menempelkan dadanya di lengan sang suami. 'Ini suami kita, bukan suamimu saja,' batin Vexana, rasanya dia ingin sekali tertawa terbahak-baha.
"Jalan yang benar, nanti kamu bisa jatuh," tegur Arga pada Anne.
"Iya, Mas," balas Vexana patuh.
'Astaga wanita ini,' geram Donna di dalam hati.
Tiba di Ruang Pemeriksaan, Dokter Hamish mempersilakan Vexana duduk di dampingi oleh Arga. Sementara Donna duduk sendirian di sofa, namun masih mampu mendengar semua pembicaraan.
"Dok, saya sering mimpi aneh. Tentang anjing terbang dan kecap botol yang bisa bicara."
Hamish mengerutkan alis. "Itu bisa efek trauma benturan, bisa juga psikis. Apakah Anda juga sering merasa tersesat di waktu dan tempat?"
"Oh, tentu. Bahkan kadang saya lupa kenapa saya menikah."
Arga menatap Anne dengan intens, sementara Donna meremehkan semua ucapan wanita tersebut. Sampai detik ini Donna masih tak percaya jika Anne gegar otak, semua itu hanya akal-akalannya saja.
Hamish mencatat sesuatu. "Saya ingin melakukan serangkaian tes MRI dan uji reaksi ingatan. Mungkin tidak perlu hari ini, tapi sebaiknya dalam minggu ini."
"Tes MRI?"
“Benar Bu, saya akan tulis hasil sementara. Tidak ada indikasi gangguan serius, tapi tetap perlu tes lanjutan untuk mengonfirmasi. Silakan jaga kondisi, hindari stres... dan jangan memaksakan aktivitas berat dulu.”
Vexana terdiam, kebohongannya tentang gegar otak jadi menjalar kemana-mana, membuatnya juga pusing. Sementara untuk mengingat semuanya jelas tidak mungkin, sebab dia bukan Anne.
Hari ini Vexana bahkan mendapatkan resep obat yang harus dia minum setiap hari, sampai Minggu depan untuk tes MRI.
'Ya Tuhan,' batin Vexana, mulai tak nyaman dengan kebohongannya. 'Anne, dimana kamu berada? Jika benar-benar ingin kabur setidaknya beri aku petunjuk. Ajari aku hidup seperti kamu,' timpalnya, sangat berharap Monica segera menemukan Anne yang sesungguhnya.
“Dia hanya pura-pura,” ucap Donna dengan lantang, bicara disaat mereka bertiga sudah keluar dari ruangan dokter Hamish.
"Namanya juga gegar otak, Don," sahut Vexana santai, merangkul lengan Arga seperti tak terjadi apa-apa. "Kadang sehat, kadang miring."
"Sudahlah, kalian tunggu di sini. Aku akan menebus obatnya," balas Arga, dia pergi meninggalkan dua wanita itu di sana.
Donna langsung menatap Anne dengan tajam, tatapan penuh intimidasi seperti yang selalu dia lakukan pada Anne selama ini.
Tapi sekarang tentu Anne tidak takut, malah membalas dengan tatapan menantang. "Tadi pagi mas Arga mencium bibirku, bahkan lidahnya terasa perkasa ya?"
hahaha
klo km blm pintar memainkany....ketimpuk sakitkan....
😀😀😀❤❤❤❤