NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Sultan

Suamiku Dokter Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Yang sudah baca novelku sebelumnya, ini kelanjutan cerita Brayn dan Alina.

Setelah menikah, Brayn baru mengetahui kalau ternyata Alina menderita sebuah penyakit yang cukup serius dan mengancam jiwa.

Akankah mereka mampu melewati ujian berat itu?

Yuk baca kelanjutan ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Brayn merangkul istrinya menuruni tangga menuju ruang makan.

Bagas tampak sudah duduk di ruang makan dengan memainkan ponsel di tangan, sementara Maya duduk di sisinya.

Saat Brayn dan Alina menghampiri mereka, Bagas menoleh. Lelaki itu sempat terpaku melihat penampilan baru putrinya dengan gamis dan hijab.

Begitu pun dengan Maya yang sama terkejutnya. Padahal selama ini ia begitu kesulitan meminta putrinya mengenakan hijab. Bahkan Alina selalu menolak.

"Kamu lebih terlihat cantik kalau pakaiannya tertutup begini," ucap Bagas memuji putrinya.

"Istri siapa dulu, Ayah Bro." Brayn tersenyum, menarik kursi agar Alina bisa duduk. "Cantik ya, Bu?"

"Cantik sekali. Coba dari dulu seperti ini," sambung Maya membelai puncak kepala putrinya. "Terus gimana, Nak? Kamu mau kerja lagi?"

"Tidak, Bu. Aku tidak mengizinkan Alina kerja lagi," sahut Brayn.

Setelah semalam mengetahui apa yang selama ini dirahasiakan Alina, ia tidak lagi mengizinkan istrinya bekerja, apalagi jika harus menjadi asisten supervisor seperti kemarin.

"Terus Alina bagaimana? Harus nurut apa kata suami, Nak," tutur Maya, tahu jika putrinya sedikit pembangkang.

"Aman, Bu. Sudah jinak, kok," sahut Brayn tersenyum tipis.

"Ish, dikira kucing jinak," celoteh Alina dengan bibir mengerucut.

"Harusnya apa dong? Singa?" Brayn tertawa pelan.

Sementara Maya memandang mereka dengan senyum.

"Alhamdulillah kalau Alina sudah mau dengar suaminya. Lagian dosa membantah suami."

"Iya, Bu." Alina menunduk.

"Terus kalian pagi ini mau ke mana?" tanya Bagas selanjutnya.

"Mau pulang dulu, Ayah. Hari ini nginap di rumah Papa tidak apa-apa, kan?" Brayn menatap ayah mertuanya.

"Boleh. Tapi sering-sering nginap di sini juga. Rumah sepi kalau tidak ada Alina."

"Insyaallah, Ayah."

Sarapan bersama berlangsung. Alina mulai meraih cangkir dan menuangkan teh untuk suaminya.

Tetapi, saat itu juga ia merasakan tangannya gemetar, pandangannya sedikit memburam dan merasa sendi terasa lemah.

Cangkir yang ada di tangannya jatuh ke lantai dan pecah berhamburan.

"Astaghfirullah, kaget," sentak Maya menatap ke arah lantai.

"Maaf, Bu. Tidak sengaja. Gelasnya licin," ucap Alina. Ia hendak memungut pecahan kaca, namun Brayn mencegah.

"Kamu duduk, biar aku saja yang bersihkan." Lelaki itu langsung membungkuk dan memunguti pecahan kaca.

Melihat wajah Alina yang murung, ia mengulas senyum.

"Tidak apa-apa, Sayang."

Setelah membuang pecahan kaca ke tempat sampah, ia kembali ke meja makan.

Menuangkan teh untuk istrinya, mengambilkan roti dan potongan buah.

Alina memandang suaminya yang begitu bersabar terhadapnya.

Ketika Brayn meletakkan piring berisi roti dan potongan buah di hadapannya, setitik rasa bersalah muncul, merasa dirinya hanya akan jadi beban.

Teh saja tidak bisa ia tuangkan untuk suaminya, apalagi yang lain.

Alina menjerit dalam hati. Ingin menangis, tapi tidak ingin menunjukkan di hadapan ayah dan ibunya.

"Terima kasih, maaf merepotkan," bisiknya ke telinga sang suami.

"Sama-sama, Khumairah."

**

**

"Pakai mobil kamu saja, ya?" ucap Brayn sambil melirik mobil baru milik Alina.

Hadiah dari Bu Resha di hari ulang tahunnya itu sama sekali belum pernah digunakan.

"Memangnya kita mau ke mana?" tanya Alina.

"Ada deh. Kali ini harus nurut sama aku."

"Tidak ke rumah sakit, kan?" Ia menatap suaminya ragu.

Saat Brayn mengatakan ingin berkonsultasi dengan dokter, Alina menolak mati-matian dan memohon karena belum siap.

Ia juga meminta suaminya merahasiakan keadaannya untuk sementara.

"Iya, Sayang. Tidak kok. Aku antar kamu ke rumah Mama, habis itu aku keluar sebentar."

"Ke mana lagi?"

"Ke rumah sakit lah. Aku kan harus kerja untuk kamu."

Mobil mulai melaju meninggalkan halaman rumah. Dalam 30 menit perjalanan, mereka tiba di rumah keluarga Hadiwijaya.

Bu Resha tampak sedang menyiram tanaman dengan Bastian yang berbaring di kereta bayi. Wanita itu langsung menyambut sang menantu dengan pelukan.

Terlebih, pagi ini Alina datang dengan pakaian tertutup yang membuatnya tampak lebih cantik.

"Mama dengar dari Papa katanya kemarin kamu pingsan?" pertanyaan itu langsung terlontar.

"Iya, Ma. Tapi tidak apa-apa, kok. Hanya kelelahan."

"Kamu gimana sih, Brayn! Istri dibiarkan kerja,” tegur wanita itu.

"Tidak lagi, Ma. Alina sudah berhenti kerja, kok."

"Alhamdulillah, bagus lah. Mama sempat kesal saat Paра cerita soal supervisor itu! Bisa-bisanya menyuruh Alina angkat barang berat sendirian."

"Supervisornya sudah ditegur atasannya, Ma. Kasihan juga kalau sampai dipecat, siapa tahu tulang punggung keluarga."

"Tetap saja Mama kesal. Orang tua mana yang senang anaknya disiksa, sih?"

Alina tertawa kecil menatap ibu mertuanya. Ia melirik Bastian yang terbaring di kereta bayi. Memainkan pipi gempil bayi itu.

"Adik-adik ke mana, Ma?" tanya Brayn kemudian.

"Zahra dan Raka sudah pulang, Bima sekolah. Kalau Zayn ... hemm ... Mama tidak tahu anak itu ke mana. Pagi-pagi sudah keluar buru-buru."

"Ngojek, mungkin," tutur Brayn tertawa.

"Maksudnya ngojek gimana?"

"Ah, Mama seperti tidak tahu anaknya bagaimana. Biasa, sedang masa pubertas. Segala cara bisa dilakukan." Ia melirik Alina. "Ayo, Sayang. Aku antar ke kamar dulu," ucap Brayn, sambil mengangkat koper kecil milik Alina.

"Iya, istirahat dulu di kamar. Jangan sampai kelelahan."

Setibanya di kamar ia meletakkan koper kecil ke lantai, memasukkan beberapa lembar pakaian Alina ke dalam lemari.

Alina sempat terpukau memandang kamar suaminya.

Kamar luas dan mewah itu sangat bersih untuk ukuran kamar laki-laki. Aroma parfum laki-laki menguar saat memasuki kamar itu.

"Kamu istirahat ya, aku berangkat dulu." Brayn memeluk sang wanita dan mengecup keningnya.

Alina hanya mengangguk, memeluk suaminya dengan menahan air mata.

**

**

Brayn melangkah cepat di koridor rumah sakit. Ia sedang menuju ruangan Dokter Faisal yang semalam membuat janji bertemu dengannya.

Saat melewati sebuah ruangan, Siska terlihat mendekat. Gadis tersebut tersenyum saat melihat Brayn melintas.

"Aku pikir kamu masih cuti," ucap Siska menyambut kedatangan Brayn ke rumah sakit.

"Iya, Sis. Aku memang masih cuti. Tapi, pagi ini ada janji bertemu dengan Dokter Faisal."

"Dokter Faisal?" tanya wanita itu dengan alis berkerut.

"Iya, aku harus menanyakan beberapa hal." Ia tersenyum.

"Soal apa?"

"Ada deh. Maaf, aku belum bisa cerita. Soal pribadi soalnya."

Brayn hendak melangkah, namun panggilan Siska menghentikan langkahnya.

Wanita itu terdiam sejenak sambil menarik napas.

"Apa soal Alina? Aku sudah tahu."

Brayn menoleh terkejut.

"Aku ikut sedih dengan apa yang terjadi dengan Alina. Dia sudah menceritakan semuanya padaku. Bahkan, dia memintaku untuk...."

"Tunggu! Alina menceritakan semuanya?" tanya Brayn.

Siska mengangguk.

"Aku bahkan sudah melihat hasil pemeriksaannya." Siska mendekat. "Dia bilang padaku tidak punya banyak waktu lagi."

"Maaf, Siska. Aku buru-buru mau bertemu dokter Faisal. Kita bicara nanti lagi, ya."

Brayn kembali akan melangkah, namun tiba-tiba ia merasakan sepasang tangan melingkar di pinggang. Juga tubuh yang tiba-tiba bersandar di punggungnya.

**********

**********

1
Maulida Maulida
seru bgt
Maulida Maulida
sedih banget part ini😭 suka bgt cerita nya thor
Yasmin Natasya
up dong thor...
Endang 💖
pasti itu akal2n Siska tu hasilnya
DozkyCrazy
dasar siskamling
Endang 💖
jahat juga rupanya si Siska itu

up lagi thor
DozkyCrazy
pasti si siskamling
DozkyCrazy
syukaaa sama cerita author 😘
DozkyCrazy
Alhamdulillah
ovi eliani
Ya Allah semoga benar cuma anemia aja, tidak ada penyakit yg lain, cepat sembuh ya pengantin baru sehat 2, ya, semangat thor
Yasmin Natasya
lanjut Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!