NovelToon NovelToon
Vengeance Of A Killer.

Vengeance Of A Killer.

Status: tamat
Genre:Action / Anak Genius / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan / Tamat
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Lucas, pembunuh bayaran paling mematikan dari Akademi Bayangan Utara, adalah master pisau dengan elemen air yang tak tertandingi. Obsesinya untuk menjadi yang terbaik dan persaingannya dengan Diana, senior ahli pedang es, membentuk dirinya. Namun, kedamaian hancur saat akademi diserang. Master Loe dan Niama gugur, memicu amarah Lucas yang melepaskan kekuatan airnya menjadi badai penghancur. Di tengah reruntuhan, Lucas bersumpah membalas dendam atas kematian mereka. Dengan sebuah lambang spiral gelap sebagai petunjuk satu-satunya, ia memulai misi pencarian dalang di balik kehancuran ini. Akankah balas dendam mengubahnya atau ia menemukan kebenaran yang lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Sekutu

"Aku paham," Diana mengangguk pelan. Pandangannya beralih dari kristal di tangan Lucas ke arah jalanan sepi di hadapan mereka, yang kini tampak membentang tanpa batas.

"Jadi, kristal itu semacam 'mata' tambahan buat kamu, ya?" lanjutnya. "Kamu bisa merasakan hal-hal yang biasanya tidak terlihat, termasuk orang-orang yang bersembunyi di balik kabut tebal seperti tadi."

Dia mengerutkan kening, mencoba memahami sepenuhnya kemampuan baru itu. "Apakah itu berarti kamu jadi lebih sensitif terhadap semua energi?"

Diana menggantung kalimatnya sejenak, menatap Lucas dengan ekspresi ingin tahu. "Termasuk bahaya, atau mungkin—emosi orang lain?" Pertanyaan itu keluar begitu saja, sedikit ragu.

Lucas menghentikan langkah, menoleh kepadanya, dan sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya. "Ya, bisa dibilang begitu," jawabnya, suaranya tenang.

"Aku bisa merasakan pergerakan energi, sekecil apa pun itu," jelas Lucas. "Dan itu termasuk niat jahat atau keberadaan seseorang yang tersembunyi."

"Untuk emosi… itu sedikit lebih rumit," tambahnya. "Tapi ada kalanya aku bisa menangkap getaran-getaran itu. Tidak selalu jelas, tapi cukup untuk memberiku petunjuk."

Dia mengangkat Kristal Harmoni di tangannya, membiarkan cahaya redup dari kristal itu memantul di telapak tangannya. "Kristal ini memperkuat kemampuanku, membuatnya lebih tajam dan fokus."

Diana menghela napas lega, seulas senyum ikut merekah di bibirnya. Dia merasa sedikit lebih tenang dengan penjelasan Lucas. "Baguslah kalau begitu," katanya, nada suaranya terdengar lebih ringan.

"Setidaknya, kita punya semacam sistem peringatan dini sekarang," lanjutnya. "Ini bisa sangat membantu di perjalanan kita nanti, terutama kalau kita benar-benar harus mencari sisa-sisa akademi lain."

Dia melangkah lebih dekat, menyejajarkan langkahnya dengan Lucas. "Jadi, Akademi Bayangan Barat, ya? Apa yang membuatmu yakin kita harus ke sana dulu?"

Diana meliriknya, menanti jawaban. "Maksudku, selain karena paling dekat, apakah ada semacam tarikan energi atau petunjuk dari kristal itu juga?"

Lucas merenung sejenak, tatapannya menerawang ke kejauhan. "Tidak ada petunjuk spesifik dari kristal ini untuk Akademi Bayangan Barat," ia menjelaskan.

"Hanya intuisi, mungkin," lanjutnya. "Dari semua akademi yang mungkin masih berdiri, tempat itu punya sejarah yang paling samar, paling tertutup."

"Itu bisa berarti dua hal," kata Lucas. "Mereka sudah hancur total tanpa jejak, atau justru berhasil bertahan dengan sangat baik sehingga tidak ada yang tahu keberadaan mereka."

Dia membalas tatapan Diana, ada percikan keyakinan di matanya. "Dan kalau ada yang berhasil bertahan, kemungkinan besar mereka juga sedang mencari sekutu, seperti kita. Kita tidak akan pernah tahu kalau tidak mencarinya, bukan?"

"Aku setuju," sahut Diana, kepalanya mengangguk setuju dengan analisis Lucas. "Tempat yang paling misterius seringkali menyimpan rahasia terbesar, entah itu harta karun atau… ya, sekutu yang kuat."

Dia berpikir sejenak, menggerakkan jari telunjuknya ke dagu. "Tapi kalau kita pergi ke sana tanpa informasi sama sekali, apa kita tidak akan terlihat mencurigakan?"

"Maksudku," Diana melirik Lucas, sedikit cemas. "Dua orang asing muncul begitu saja dan mengaku mencari sekutu untuk mengembalikan keseimbangan dunia? Itu terdengar seperti cerita dongeng bagi sebagian besar orang."

"Kita perlu strategi," lanjutnya. "Paling tidak untuk mendekati mereka. Kita tidak bisa langsung terang-terangan begitu saja, kan?" Pertanyaan itu menggantung di udara.

Lucas mengulum senyum tipis, menyadari kekhawatiran Diana yang memang beralasan. "Kamu benar sekali. Kita tidak bisa gegabah," ia menimpali.

Pandangannya beralih ke langit yang mulai berubah warna, menandakan senja akan segera tiba. "Mungkin kita bisa mencari tahu dulu tentang adat atau kebiasaan di wilayah Akademi Bayangan Barat."

"Informasi sekecil apa pun bisa sangat berguna untuk menyusun rencana yang lebih halus," kata Lucas. Dia memutar Kristal Harmoni di jarinya, seolah mencari inspirasi.

"Atau, kita bisa mencoba mendekati mereka dengan alasan yang lebih umum," usulnya. "Misalnya mencari tempat berlindung atau mencari guru yang bisa mengajarkan teknik baru."

"Itu akan lebih mudah diterima daripada langsung membicarakan tentang ancaman besar yang baru saja kita hadapi," tambah Lucas. Sebuah ide muncul di benaknya. "Bagaimana kalau kita pura-pura menjadi pengelana biasa yang sedang tersesat dan kebetulan mendengar tentang reputasi akademi mereka?"

Diana mendengarkan dengan saksama, mengangguk-angguk setuju dengan saran-saran Lucas. "Ide yang bagus," ia memuji, ada senyum cerah di wajahnya.

"Menjadi pengelana tersesat itu aman," ujarnya. "Setidaknya, mereka tidak akan langsung curiga kalau kita punya agenda tersembunyi."

Dia kemudian menambahkan, "Dan kalaupun mereka menolak, kita masih punya banyak tempat lain yang bisa kita kunjungi. Dunia ini luas, dan tidak semua orang akan bersikap ramah, jadi kita harus siap dengan kemungkinan itu."

Diana menatap Lucas, matanya menyiratkan tekad yang kuat. "Tapi, satu hal yang pasti, kita tidak akan menyerah sampai kita menemukan orang-orang yang mau berjuang bersama kita."

"Master Brian memang sudah kalah," lanjutnya. "Tapi bahaya lain mungkin masih mengintai di luar sana."

Lucas mengangguk, ekspresi serius terpancar di wajahnya. "Tepat sekali," ia menegaskan. "Kemenangan kita atas Master Brian hanyalah awal."

"Ada banyak kekuatan lain yang mungkin juga memiliki agenda sendiri," ujarnya. "Dan kita harus siap menghadapi apa pun yang datang."

"Kita tidak hanya mencari sekutu," kata Lucas. "Kita juga mencari cara untuk memastikan kedamaian yang kita inginkan bisa bertahan."

Dia menoleh ke Diana, tatapannya meyakinkan. "Aku senang kamu ada di sini, bersamaku. Dengan Kristal Harmoni ini dan kekuatan kita berdua, aku yakin kita bisa melewati tantangan apa pun yang menanti." Mereka melanjutkan perjalanan, dengan harapan baru yang menyelimuti setiap langkah mereka.

Perjalanan mereka terasa panjang, tetapi penuh dengan diskusi dan perencanaan. Diana mulai menyadari betapa Lucas telah tumbuh menjadi pribadi yang lebih bijaksana, tidak lagi hanya mengandalkan insting, melainkan juga strategi yang matang.

"Jadi, kalau nanti kita benar-benar berhasil masuk ke dalam akademi itu," Diana memulai, suaranya sedikit merendah, "kira-kira apa yang akan kita cari duluan? Maksudku, selain informasi umum, apakah ada sesuatu yang spesifik yang menurutmu penting untuk kita temukan?" Ia ingin memastikan mereka memiliki tujuan yang jelas di setiap langkah.

Lucas mengangguk, sorot matanya menunjukkan pemikiran yang dalam. "Pertama, kita harus mencari arsip atau catatan sejarah mereka," jawab Lucas, ia yakin. "Biasanya, tempat-tempat kuno seperti akademi menyimpan banyak rahasia di sana, termasuk tentang kekuatan-kekuatan yang pernah ada atau bahaya-bahaya yang mungkin masih tersembunyi."

"Kedua, kita perlu mengamati kekuatan yang mereka miliki," tambahnya. "Sejauh mana penguasaan elemen atau teknik mereka. Itu akan memberi kita gambaran tentang potensi mereka sebagai sekutu."

Diana mengerutkan keningnya, membayangkan kemungkinan-kemungkinan itu. "Catatan sejarah, ya," gumamnya, "Itu masuk akal. Mungkin kita bisa menemukan petunjuk tentang cara mengatasi efek samping kekuatan ibismu, atau bahkan cara mengembalikan keseimbangan energi di seluruh dunia."

Dia menoleh ke Lucas, ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Bagaimana dengan kekuatanmu sendiri? Apakah kamu sudah bisa mengendalikannya sepenuhnya? Maksudku, tanpa ada risiko kehilangan emosi atau hati yang membeku lagi?" Pertanyaan itu keluar dengan hati-hati.

Lucas menghela napas panjang, menatap Kristal Harmoni di tangannya. "Aku jauh lebih baik dari sebelumnya," ujarnya. "Pengendaliannya semakin kuat, tapi aku tidak bisa bilang seratus persen sempurna."

"Ada saat-saat ketika emosi kuat bisa memicu sedikit ketidakstabilan," lanjutnya, "tapi itu sudah sangat jarang. Kristal ini juga membantuku menyeimbangkan energi di dalam diriku."

"Baguslah," Diana mengangguk, senyum tipis kembali merekah. "Aku tidak akan membiarkan kamu melupakan dirimu lagi, Lucas. Kita akan menghadapinya bersama, apa pun yang terjadi."

Dia menyandarkan kepalanya sejenak di bahu Lucas, sebuah isyarat kepercayaan dan kebersamaan yang mendalam. "Kita akan menemukan jawabannya, baik di Akademi Bayangan Barat atau di tempat lain. Yang penting, kita terus bergerak."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!