Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ada apa sayang
Amira bisa merasakan napas Ferdi begitu dekat. Hidung mereka hampir bersentuhan. Dadanya naik-turun tak karuan. Ia spontan memejamkan mata, seolah pasrah pada apa pun yang akan dilakukan lelaki itu. Ada rasa takut, marah, kesal, bingung, namun yang paling mendominasi adalah pasrah, sudah terlanjur jadi mau apa lagi selain meneruskan percintaan aneh ini.
Ferdi memang sudah menjadi suaminya. Lelaki menyebalkan itu, lelaki yang awalnya hanya akan Amira jadikan batu loncatan untuk jadi orang lain, namun skenario berkata lain, hari ini mereka sudah melakukan penyatuan walaupun dengan tanpa kesadaran.
Amira menunggu lama. Jantungnya berdentum kencang. Namun tak ada yang terjadi. Tidak ada bibir yang menyentuh bibir. Tidak ada apa-apa.
Dengan perlahan, ia membuka mata.
“Hahahaha!” Ferdi justru tertawa terbahak-bahak, memegangi perutnya sendiri. “Nunggu, ya? Kamu pasti menunggu aku menciummu!” katanya dengan nada penuh kemenangan, dia merasa bergembira karena berhasil mempermainkan Amira karena selama ini Amira lah yang mempermainkannya.
Malu dan kesal bercampur menjadi satu di wajah Amira. Ia merasa dipermainkan. Merasa diremehkan. Tanpa pikir panjang, Amira bangkit. Kedua tangannya mendorong tubuh Ferdi hingga lelaki itu terhempas ke kasur.
“Amira, apa yang kamu lakukan?” tanya Ferdi, kaget melihat perempuan itu kini berada di atas tubuhnya.
Amira menatapnya dengan mata merah berair. Tangannya gemetar, tapi tetap ia taruh di leher Ferdi. “Kamu sudah mempermainkan aku,” desisnya, penuh geram.
Ferdi tercekat. Nafasnya sesaat tersangkut di tenggorokan. Belum sempat ia melawan, tiba-tiba bibir Amira menempel pada bibirnya. Mengisap bibir Ferdi tanpa kelembutan sama sekali, lebih mirip vampir yang sedang mengisap darah ketimbang adegan ciuman panas.
Cekikannya mengendur.
Dan Ferdi, sebagai lelaki sejati tentu saja nalurinya mengikuti permainan Amira, upakan laras, lupakan keabsrudan Amira yang hanya ingin Ferdi lakukan untuk saat ini adalah : membalas ciuman Amira.
Ferdi melepas baju tidur Amira, dan mencengkram pinggang Amira, lalu menariknya sehingga tubuh Amira menyatu dengan Ferdi
Mata Amira tetap menatap tajam. “Kamu milikku,” geram Amira mirip pemain horor ketimbang seorang istri yang sedang melayani suaminya, namun Ferdi malah merasa bergairah. Semakin mempererat pelukannya.
“Mulai hari ini, kamu juga milikku.” ucap Ferdi dengan suara serak karena Amira terus mecumbu lehernya.
Tidak ada kata-kata manis. Tidak ada romantis-romantisan, mereka hanya membulatkan tekad, tidak ada main-main, tidak ada kontrak pernikahan, Amira membuang jauh-jauh niatnya untuk menjadikan Ferdi sebagai bantu loncatan. Penyatuan ini sebagai wujud bahwa Amira akan sungguh - sungguh dengan Ferdi.
Adegan semakin panas. Detik demi detik berlalu, dan mereka makin larut dalam gejolak aneh itu. sebelumnya mereka melakukan dengan tanpa kesadaran namun kali ini mereka melakukan dengan kesadaran penuh.
Ponsel di meja berdering berulang kali. Nama-nama terpampang di layar, tapi mereka tidak peduli. Bahkan ketukan pintu dari luar pun tak mereka hiraukan. Dunia seolah lenyap. Yang ada hanya kamar itu. Hanya mereka berdua.
Mungkin benar, mereka pasangan absurd. Tidak ada yang masuk akal dari hubungan ini. Mereka bisa bertengkar habis-habisan, bisa saling menertawakan, bisa pula saling menjerumuskan. Tapi pada akhirnya, tetap kembali ke titik yang sama: saling memiliki, saling menaklukkan, dengan caranya masing-masing.
Nafas mereka masih memburu. Peluh membasahi tubuh, seperti habis berlari sprint. Amira mengusap dada Ferdi, suaranya lirih, “Sayang…”
Ferdi terdiam, seolah telinganya tersengat listrik. “Amira… apa kamu sadar? Jangan-jangan kamu kesurupan,” ujarnya heran.
Amira tersenyum tipis, memeluknya dari samping. “aku sadar, sangat sadar sayang, Aku sudah menyerahkan semuanya padamu. Mulai sekarang, aku akan memanggilmu sayang. Atau ayang. Atau yang.”
Ferdi menggenggam tangan Amira, mengecupnya lembut. “Apakah kamu menyesal?” tanyanya hati-hati.
Amira menatapnya sebentar, lalu menjawab pelan, “Iya, aku menyesal, Yang.”
Sejenak Ferdi tercekat. Senyum di wajahnya sirna. “Kenapa menyesal?”
Hening. Amira tiba-tiba tersenyum lebih lebar. “Aku menyesal kenapa tidak melakukan ini dari dulu.”
Hati Ferdi langsung menghangat. Senyum kembali terbit di wajahnya. “Kenapa memang?”
Amira terkekeh kecil. “Karena kalau tahu rasanya se enak ini kenapa tidak melakukannya dari dulu.”
"“Yang… dari tadi ponsel kamu bunyi,” ucap Amira sambil bangkit, lalu ia segera mengenakan jubah tidurnya.
Ferdi pun ikut bangkit, kemudian mengambil ponselnya. Ternyata ada lima puluh kali panggilan tak terjawab dari asisten, mamah, dan Omanya.
Amira juga melihat ponselnya, ternyata Yono dan Rahayu pun banyak melakukan panggilan.
Kemudian Ferdi membuka kotak pesan, dan ia mendapati banyak sekali pesan yang masuk.
Pesan dari mamahnya yang paling nyeleneh.
“Mau sampai berapa ronde, Ferdi?” tulis Mamah Viona.
“Sudah mempraktikkan berapa gaya?” lanjut Mamah Viona.
Kemudian Ferdi membaca pesan dari Oma Renata.
“Dalam waktu satu jam kamu tidak keluar hotel, Oma ratakan hotel ini,” ancam Oma Renata.
“Amira,” ucap Ferdi panik.
“Apa, sayang?” jawab Amira. Walau tubuhnya terasa lelah dan remuk, kini ia berusaha menjadi istri yang baik. Ia tampak membereskan kasur.
“Acara mau ditutup, dan mereka semua sedang menunggu kita,” ucap Ferdi panik.
“Ya sudah, ayo kita mandi,” ajak Amira.
“Mandi bareng?” tanya Ferdi ragu.
“Iya, biar lebih cepat,” ucap Amira.
Namun pikiran Ferdi malah melayang ke arah mesum. “Aku calon pewaris tunggal, wajar dong kalau mereka menunggu,” gumamnya dalam hati.
Ferdi dan Amira pun masuk ke kamar mandi bersama. Tetapi bukannya cepat, justru menjadi lama karena adegan itu kembali berulang.
Amira keluar terlebih dahulu, meskipun masih merasa sakit di bagian intinya. Dengan telaten, Amira menyiapkan pakaian Ferdi. Semua itu ia tiru dari Rahayu, sebab semarah apa pun Rahayu kepada Yono, ia selalu menyiapkan kebutuhan suaminya.
Setelah selesai menyiapkan baju Ferdi, Amira lalu mengenakan blus berwarna putih. Rambutnya dibiarkan terurai, lalu ia berdandan tipis-tipis. Ferdi yang menyaksikan hal itu merasa bangga, karena Amira tampak sangat cantik.
“Apa selama ini mataku buta, ya? Ternyata istriku sangat cantik,” gumam Ferdi, kemudian ia memakai celana dan bajunya.
Amira mendekat dan merapikan baju Ferdi. Hati Ferdi terasa hangat.
“Tak kusangka aku bisa menaklukkan vampir. Ah, tidak… mulai hari ini dia bidadariku,” ucap Ferdi dalam hati.
“Tampannya suamiku,” ucap Amira sambil tersenyum.
Ferdi pun tersenyum, lalu menyentuh hidung Amira dengan lembut.
“Ayo, Sayang, kita keluar,” ucap Ferdi sambil menggandeng tangan Amira.
Amira memeluk lengan Ferdi, lalu mereka berdua keluar kamar bersama.
Amira mencium wangi tubuh Ferdi, disesapnya dalam-dalam agar selalu teringat terus, bahkan Amira merasa sangat candu dengan wangi Ferdi. Ferdi tampak tersenyum.
“Aku mau cepat-cepat selesai acaranya,” ucap Ferdi.
“Karena aku mau buat acara lagi sama kamu.”
Amira spontan mencubit pinggang Ferdi, dan Ferdi kembali tersenyum.
Saat melewati kamar 212, Amira tiba-tiba teringat pesan Yono.
“Sayang, kata ayahku di kamar 212 ini ada hal penting… aku buka ya?” Amira kini mulai membiasakan diri untuk selalu meminta izin pada Ferdi.
“Ok… aku akan hubungi pegawai hotel untuk membuka pintu kamar,” jawab Ferdi. Walau heran, namun ia tidak ingin mengganggu momen bahagia ini dengan menolak permintaan Amira.
“Tidak usah, aku bisa membukanya.”
Amira melangkah ke depan pintu kamar 212, lalu mengeluarkan penitih dari dalam tasnya. Tak perlu waktu lama, pintu kamar itu berhasil terbuka.
Daun pintu didorong perlahan.
Mata Amira langsung terbelalak, melihat pemandangan yang ada di dalam kamar tersebut.
"Ada apa yang?" Tanya Ferdi
OMG ngapain lihat Amira ma Ferdi 😂😂😂😂
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️