FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.
Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.
Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.
Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?
Yuk kepoin.
Semoga banyak yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Pertemuan Davira Dan Kaffa
"Davira," ulang orang itu.
Langkah Davira tertahan seketika. Jantungnya berdetak keras, seolah hendak pecah. Suara itu, suara yang begitu akrab, suara yang selama ini hanya ia ingat dan rindukan.
Davira menoleh perlahan menuju suara itu. Dan, seketika matanya melotot, bibirnya sedikit menganga, lalu tubuhnya mendadak tidak bertenaga. Malah Davira hampir saja oleng kalau saja tangannya tidak dipegang Arda.
"Vira…?" Kembali suara itu terdengar untuk meyakinkan.
Di hadapannya berdiri seseorang yang selama ini dia simpan namanya baik-baik di dalam hati. Dia Kaffa. Lelaki yang masih sah menjadi suaminya. Itupun kalau Kaffa tidak menalaknya. Lelaki yang selama dua tahun ini ia hindari, ia rindukan, sekaligus ia doakan.
"Kak Ka-Kaffa," gumamnya nyaris tidak terdengar. Tubuhnya tiba-tiba bergetar.
Pria yang diduga Kaffa, juga sama terkejutnya. Matanya menatap lurus, penuh amarah bercampur rasa tidak percaya. Sorot matanya langsung menuju pada tangan Davira yang dipegang Arda. Wajahnya menegang, rahangnya mengeras.
Kaffa marah, ditandai dengan wajah yang memerah. Rasa rindu dan perjuangannya selama dua tahun mencari Davira, kini dibalas dengan penampakan yang membuat hatinya dilanda cemburu.
"Davira!" Suara Kaffa meledak, membuat beberapa orang di sekitar menoleh penasaran.
Arda sontak kaget, tapi tidak melepas pegangan tangannya. "Maaf, Mas. Ada apa, ya? Kenal dengan Davira?" Arda bertanya penasaran.
Kaffa tidak menjawab. Ia justru melangkah cepat dan mendekat, sorot matanya tajam menusuk ke arah Davira. Tanpa banyak kata, ia meraih lengan Davira dengan kuat. Dia merebutnya dari Arda sangat refleks dan cepat.
"Ayo ikut aku!"
"Ka-kak Kak Kaffa…!” Davira terperanjat, tubuhnya ditarik paksa.
"Mas, hei! Tunggu! Kamu siapa sebenarnya?" Arda panik, mencoba menghalangi.
Tapi, Kaffa sama sekali tidak menggubris. Ia menyeret Davira keluar dari area swalayan menuju parkiran. Langkahnya cepat, penuh kemarahan yang nyaris meledak.
"Kak Kaffa. Tolong, sakit!” Davira meronta, karena genggaman tangan Kaffa terlalu kuat, sehingga membuat pergelangan tangan Davira sakit.
Arda berlari menyusul. "Hei! Jangan seenaknya tarik Davira! Dia bersama saya!"
Kaffa menoleh tajam, matanya menyala. "Jangan cegah saya, dia ISTRI saya!" bentaknya lantang, suaranya menekan kata ISTRI di depan Arda.
Kalimat itu membuat Arda terhenyak. Begitupun Davira,hatinya sedikit lega saat kata istri itu diucapkan oleh Kaffa. Arda terpaku di tempat, wajahnya membeku tidak percaya.
"Istri? Davira istri orang?" gumam Arda berdiri terpaku dengan perasaan shock dan bingung.
Dalam kebingungan Arda, Kaffa sudah membuka pintu mobilnya dan mendorong Davira masuk. Tanpa banyak bicara, ia masuk di belakang kursi pengemudi, menyalakan mesin, dan melajukan mobilnya kencang.
"Davira!" Arda berteriak panik, bergegas ke mobilnya untuk menyusul. Namun, sekuat apa pun ia menekan pedal gas, mobil Kaffa melesat jauh, tidak terkejar.
Tiba di rumah Kaffa
Dalam keadaan terkejut dan takut, tapi terselip perasaan lega karena masih dipertemukan lagi dengan Kaffa, Davira seketika berubah takut, karena melihat Kaffa diliputi amarah. Dia pasti sudah salah paham tentang keberadaannya dengan Arda di depan halaman swalayan tadi.
Mobil Kaffa berhenti tepat di depan halaman rumah yang berdiri di kawasan perumahan khusus kalangan menengah ke atas. Ini rumah Kaffa yang dulu pernah dia angan-angankan akan ditinggali bersama Marini.
Namun sayang, karena Marini ketahuan selingkuh, niat Kaffa akhirnya tidak kesampaian. Sejak itu, kadang rumah ini ditempati kadang juga tidak, karena akhir-akhir ini dirinya sering menghabiskan waktu di kediaman kedua orang tuanya, sejak sang mama sakit.
Kaffa keluar, menghentak pintu, lalu membuka pintu penumpang dengan kasar. "Turun!" sentaknya.
Davira menunduk, matanya basah. Dengan gemetar ia menuruti, melangkah masuk ke dalam rumah itu. Aroma kayu jati langsung menguar dan tercium langsung di hidungnya.
Begitu pintu ruang tamu tertutup, suara bentakan itu meledak.
"Dua tahun, Davira! Dua tahun aku cari kamu ke mana-mana! Kamu tahu betapa hancurnya hidupku waktu itu? Kamu tahu, tanpa lelah aku mencarimu bahkan sampai ke kota lain, tapi ternyata kamu masih berada di kota yang sama, bersama seorang laki-laki. Kamu sengaja sembunyi dari kami." Kaffa menatapnya dengan mata merah berapi.
Davira ketakutan, air matanya mulai turun. Hatinya berdebar dan berkata, pasti Kaffa salah paham terhadapnya. "Kak Kaffa, aku… aku terpaksa pergi, Kak.”
Suara Davira bergetar, dia benar-benar ngeri melihat Kaffa semarah itu. Matanya hampir keluar, wajahnya memerah.
"Terpaksa?!" Kaffa mendekat, nadanya meninggi. "Terpaksa kamu bilang? Kamu biarkan aku hampir gila mencarimu ke sana kemari dengan perasaan sangat bersalah. Kamu bilang terpaksa? Seharusnya kamu tunggu aku dan bicara denganku lalu katakan apa yang sesungguhnya. Bukan jadi pengecut dan menghindar."
Suara Kaffa melengking tidak terbendung, amarahnya sudah tidak tertahan.
"Atas perbuatan licikmu, kamu berhasil membelenggu aku dalam sebuah pernikahan, tapi setelah semua rahasiamu terbongkar, dengan pengecutnya kamu pergi. Tapi, lihat, aku menemukanmu justru dengan seorang laki-laki. Kamu ternyata lebih jahat dari iblis betina. Kamu bersembunyi dan pria itu jadi pelindungmu."
Kaffa belum berhenti mengumpat Davira, karena ia merasa terkhianati dua kali. Keberadaan Davira bersama seorang pria, menjelaskan kalau Davira lari bersama seorang pria dan sengaja bersembunyi darinya.
"I-itu tidak benar, Kak ...." lirihnya hampir tidak terdengar, karena Davira begitu sedih dengan tuduhan kejam Kaffa.
"Bahkan karena ulahmu, mama kini sakit karena terguncang memikirkanmu," lanjut Kaffa.
Davira terhenyak, saat Kaffa menyebut bahwa sang mama saat ini sakit.
"Mama, sa-sakit?!"
"Jangan pura-pura terkejut, aku tahu kamu hanya pura-pura. Sekarang jelaskan siapa pria tadi?"
Davira memberanikan menatap wajah Kaffa walau Kaffa membalasnya dengan amarah dan bengis.
"Pria itu Mas Arda, dia ... dia orang yang membantu Vira mendapatkan pekerjaan yang layak di sebuah perusahaan," jelas Davira walau tadi sempat akan terputus karena masih kaget.
"Mas Arda. Katakan, dia siapa, dia pria yang selama ini memeliharamu sehingga kamu lupa dengan statusmu? Status yang kamu dapat dari jebakan," cetus Kaffa membuat Davira semakin tersudut.
"Tidakkk, semua itu tidak benar. Dia pria baik yang berusaha menolong Vira. Tolong Kak Kaffa percaya. Kami tidak menjalin hubungan apa-apa, kami ...."
"Sudah, aku muak dengan omong kosongmu. Ternyata benar dugaan Disa saat dia berhasil memergokimu memasuki sebuah mobil. Kamu ternyata perempuan tidak benar. Buka saja hijabmu ini, karena tidak sesuai dengan kelakuanmu. Semua hanya kedok dan kamu munafik."
Kaffa menarik hijab Davira kasar. Davira berusaha mencegahnya, tapi gagal. Hijab itu sudah terburai dan terlepas dari kepala Davira.
Gerai rambut Davira yang panjang tergerai sempurna jatuh di bahunya. Davira tidak kuasa lagi menahan tangisnya, dia terisak karena Kaffa baginya sudah terlalu dan menuduh yang tidak benar.
"Atas nama hijab yang telah Kak Kaffa paksa lepas ini, Vira bersumpah, bahwa semu yang Kakak tuduhkan itu tidak benar. Bahkan rambut ini sehelaipun tidak pernah Vira perlihatkan pada pria manapun, kecuali Kak Kaffa."
Ucapannya terhenti, setelah itu tubuh Davira tersungkur dan ambruk.
Kaffa kaget lalu memburu tubuh Davira dan menahannya supaya tidak terbentur ke lantai.
"Daviraaaa." Kaffa panik dan memeluk tubuh Davira erat.
Kira-kira habis ini akan ada kejadian apa lagi ya setelah mereka dipertemukan?
dr awal sudah dianggap rendahan..
klo kafa g suka mending talak aja biarkan davira bahagia dgn caranya
krn tdk prnh mo jujur tu yg sdh bw davira dlm kebodohanx😏🙄
sm halx dgn diri qt,
suami mna yg tdk marah lo dpati qt ber2 sm laki" lain sx pun qt cm anggap tmn yg suami qt tdk knl???
psti mrh kan....
sm lo suami qt kdpatan ber2 sm perem lain qt j9 psti marah.
z ttap d pihak kafa, krn sbgai istri tdk mnjaga MARWAHNYA.
pinterx cm mghilang sj n jd prempuan bodoh.
z jd jemek jengkel dgn sifat davira ni, dsni jd tokoh utama tp tokoh utamax goblok bin o'on🙄🙄🙄
bner yg d blg kafa lo davira ni pengecut, kafa jg tdk slh dgn kata" yg d lontarkan buka sj hijab mu n menarikx hingga lepas
krn kafa jg py hAk krn suamix, lo kafa blg bk sj hijab mu mang benar ...
krn apa....krna davira goblok, sbgai istri tdk bs mnjaga MARWAHNYA
seenakx jln sm laki" lain bhkan smpe dbw krmh ortux,
untung ortux arda menolak
jd perempuan tu hrs tegas davira, jgn jd prempuan goblok trus.
lo ad apa" tu mulut mu bicara jgn diam jd pengecut.
lm" z jd pngin ulek mulut davira ni biar bs bicara jujur bkn jd pengecut trus mnerus