Liburan yang menyenangkan berakhir hancur tersapu ombak akibat hal kecil. Membuat dua orang sahabat terjebak di pulau pribadi dengan cinta penuh misteri.
Bagaimana bisa gadis miliarder yang super tengil mendadak bangkrut karena ulahnya sendiri. Dan di masa sulitnya ia bertemu pun dengan kuli kampung yang mampu memalingkan dunia penuh masalahnya.
Namun apakah dia benar-benar kuli kampung? Atau hanya bermain di atas panggung sandiwara dibalik dunia gelapnya.
••••
Novel ini pernah dibikin komik dengan judul berbeda tapi gak dilanjut lagi, kalau pernah liat itu ada di akun lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
[Dia menunjukkan Ketertarikan]
.
.
"Aku tidak tahu apa yang salah, kamu punya alergi atau semacamnya sama makanan laut?" Tanya Dylan, memandang penuh perhatian.
"Aku tidak punya alergi, hanya saja aku tidak ingin makan sendirian. gimana kalau kamu juga ikut mencobanya?" Ucap Cherry, menyerahkan sepiring potongan cacing laut berminyak wijen.
"No thanks! aku ini pria pencinta laut yang hanya mengangumi keindahan laut tanpa memakan hewan air di dalamannya."
"Aahh, omong kosong." Rutuk Cherry dalam hati, tersenyum kesal.
Cherry menghela panjang nafasnya, mencoba bersabar saat dirinya dipermainkan. Ia juga mulai berhati-hati jikalau bocah itu sedang merencanakan kejahatan dengan menambahkan sesuatu ke dalam sajian ini, mungkin itu sebabnya dia beralasan tak mau memakannya.
ia juga berwaspada terhadap sekitar, karena kemungkinan ada kamera tersembunyi dari seseorang yang menjadi komplotan Dylan sedang merekam dirinya dari kejauhan, untuk sekedar prank untuk menghancurkan karinya.
Begitu banyak prasangka buruk memenuhi benak, sehingga Cherry tak bisa lagi berpikir positif.
Melihat wanita itu kembali melamun untuk kesekian kalinya, Dylan menyerahkan sesendok gurita mentah yang sudah dipotong-potong ke depan bibir Cherry. Sontak saja dirinya dihadiahi lirikan maut darinya, sejenak Cherry berubah, dia tersenyum miring.
"Ini tidak gratis loh! Menontonku saat sedang makan secara langsung artinya memberikan tantangan."
"Kamu harus membayar ku." Ucap Cherry, memanfaatkan kesempatan untuk merampok Dylan yang terus saja memaksanya.
"Katakan saja berapapun yang kamu inginkan! Aku mampu membayar." Sahut Dylan, mengangkat alis sambil juga tersenyum nakal.
"Harganya sangat... Mahal." Cherry memainkan nada suaranya, memicingkan mata.
Kemudian, Cherry membuka mulutnya, menerima sesendok gurita mentah yang Dylan berikan lalu mengunyahnya sampai habis. Ternyata rasanya tidak terlalu buruk seperti kelihatannya, tekstur yang lembut tanpa tercium bau amis pada makanan ini.
Tak hanya gurita mentah itu saja yang Cherry nikmati, ia mencoba satu per satu hidangan lain. Awalnya pada suapan pertama rasanya memang terasa aneh di lidah, tapi untuk kedua kali ia mulai merasakan kenikmatan itu.
Tak heran tempat ini begitu populer karena dari segi rasa maupun pemandangan alam yang indah, memuaskan selera makan para pelanggan sambil melihat alam terbuka.
Lalu, setelah mencicipi semua makanan, yang paling cocok untuk lidahnya adalah hot pot dengan daging ikan buntal, serta beberapa jenis sayuran sebagai pelengkap memenuhi isi panci.
Yang ahli dalam urusan racun adalah seorang chef profesional yang dipekerjakan secara khusus dalam mengolah ikan buntal itu agar bisa dikonsumsi, salah sedikit saja dalam penanganan nyawa taruhannya.
Dikarenakan terlalu fokus kepada makanan sampai-sampai Cherry lupa bila didepannya masih ada Dylan. Pemuda itu terus memandangi dengan senyuman lebar sambil bertopang dagu, entah mengapa melihat dia menyeringai seperti itu menimbulkan rasa jengkel tak karuan di hati.
"Baru kali ini aku kesal sama orang meski dia sangat ramah." Decak Cherry seraya melahap makanan.
Melihat mulut yang belepotan seperti bayi baru belajar makan sendiri, Dylan pun mengambilkan selembar tisu untuk membersihkan mulut Cherry. Ia mendekat sambil mengulurkan tangan, tapi niat baik itu ditepis kasar oleh wanita itu.
"Jangan coba-coba menyentuhku!" Tegas Cherry, mengkerut sekilas.
"Kenapa? Aku hanya ingin membantu. Kamu tidak bisa membersihkannya sendiri." Ucap Dylan, mengulur tangan kembali.
"Cih! kubilang jangan! Aku bisa sendiri."
Sembari mendengus kesal Cherry mengambil tisu lalu menyeka mulutnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia menjaga jarak karena tidak ingin terlalu dekat dengan orang yang masih belum ia kenal, apalagi Dylan begitu mencurigakan.
Selagi masih memiliki keraguan itu ia tak akan pernah membiarkan seseorang memasuki lingkungan kehidupannya.
...----------------...
Sesekali hembusan angin bertiup dari laut terasa menyegarkan di tengah panasnya udara di tengah hari. Dari hembusan itulah Dylan mendapatkan kesempatan untuk melihat wajah Cherry yang selalu tertutup oleh poni rambut yang panjang.
Terlihat dari balik rambutnya, tatapan mata tajam dari wanita itu seolah merasa tak aman pada sekitarnya. Manik hitam matanya selalu merasa terancam, memandang orang lain seolah mereka berbahaya.
Lalu, hembusan angin tiba-tiba bertiup tak beraturan menerpa rambut hitam Cherry sehingga Dylan dapat melihat tindik perak pada bagian alis kiri, tak hanya itu ia juga dapat melihat sekilas di telinga kiri dipenuhi banyak tindikan dan anting dengan rantai. Tidak tahu mengapa Cherry hanya menindik bagian kiri saja.
Bagi Dylan, Cherry seperti serigala liar yang terlihat sangat menggemaskan, tapi dibalik bulu tebal dan lembutnya terdapat cakar tajam yang bisa dikeluarkan kapan saja untuk menyerang.
"Hei, bocah! kamu melihatnya barusan, kan?" Tegur Cherry sambil meletakkan sendok di atas piring.
Kemudian, Cherry tersenyum tajam seraya meletakkan jari telunjuk pada bibirnya untuk memberikan isyarat bahwa Dylan harus tetap diam dan merahasiakan apa yang baru saja dia lihat.
Cherry bukanlah wanita anggun seperti Chai Tea. Dirinya adalah ketua geng motor yang memiliki ratusan anggota tersebar di berbagai kota, wajar saja jika sebanyak itu karena Cherry sudah mendirikan geng ini selama bertahun-tahun.
Sejak dirinya masih duduk di bangku SMP, Cherry dikenali sebagai murid bandel yang paling ditakuti di sekolahnya. Dan setelah lulus barulah ia memimpin geng disela-sela kebebasannya, mengarungi jalanan malam di kota.
Walaupun ia hanyalah seorang wanita, Cherry mampu mengatur ratusan anak buahnya dan memimpin secara bijak seorang diri, Hanya wanita tangguh-lah yang dapat mempertahankan kekuasaannya tanpa ada yang bisa merebut posisi itu.
Akibat pergaulan bebas tak kenal batasan, Chai Tea pun terkena imbasnya hingga memiliki sifat yang kurang baik tumbuh seiring waktu.
Bukan karena Cherry yang menyesatkannya tetapi Chai Tea sendirilah yang suka bergaul dengan para anggota geng sampai-sampai diangkat menjadi wakil ketua karena Chai Tea sering mentraktir dan menghabiskan banyak uang hanya untuk pesta satu malam.
Dengan hartanya yang begitu berlimpah membuat Chai Tea selalu menyelesaikan permasalahan yang ia lakukan menggunakan uang, dan terus bertindak nakal semaunya tanpa takut apapun karena ia merasa dilindungi.
Terkadang Cherry merasa kasihan pada temannya itu, ia juga terus membimbing dan menasehati supaya kehidupan Chai Tea tak berantakan seperti dirinya.
Cherry sebenarnya ingin keluar dari lingkaran buruk itu, agar bisa menikmati kehidupan layaknya orang biasa tanpa ada kekerasan antar geng lagi. Karena kemanapun ia pergi Cherry selalu merasa terganggu hingga tak pernah merasa aman.
Inilah alasan mengapa Cherry akhirnya ikut ke pulau ini untuk menenangkan pikiran yang lelah dan mencari kedamaian sementara, apalagi di sini tidak ada yang mampu mengenalinya sebagai berandalan kota, sehingga Cherry bebas berkeliaran tanpa merasa risau.
Tetapi tanpa terduga ia malah ketahuan lebih awal oleh pemuda itu. Apalagi Cherry semakin tertantang sebab bukannya takut setelah mengetahui kebenaran tentang sisi gelap si youtuber mukbang yang dikagumi, Dylan malah semakin penasaran dan begitu tertarik untuk mengenal Cherry lebih dekat.